Merawat Anugerah Keberagaman dari Pengalaman Pahit Tragedi Sampit

Kala itu 500 lebih jiwa terenggut akibat konflik antaretnis.

oleh Andry Haryanto diperbarui 21 Des 2016, 09:16 WIB
Diterbitkan 21 Des 2016, 09:16 WIB
20160525- Jokowi Serahkan Surat Petikan-Jakarta-Faizal Fanani
Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Habib Said Ismail saat menerima surat petikan oleh Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (25/5/2016). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran mengatakan, Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2016 menjadi momentum masyarakat kembali kepada kearifan lokal. Pahit manis pengalaman memupuk keberagaman diharapkan menjadi pemicu untul saling menghormati.

"HKSN adalah momentum untuk kembali menggali nilai-nilai persatuan yang terdapat di dalam budaya lokal. Nilai kearifan itu selalu mengingatkan kita untuk merawat keragaman, kemanusiaan dan kesetiakawanan,‎" kata Sugianto.

Hal tersebut dikatakan oleh Sugianto Sabran di hadapan Presiden Joko Widodo pada puncak peringatan HKSN 2016 yang diadakan di Lapangan Sanaman Mantikei, Palangka Raya, Selasa 20 Desember 2016.

"Bagi masyarakat Kalteng, keragaman adalah anugerah yang luar biasa yang membuat hidup kita jadi lebih indah dan berwarna. Perbedaan juga memicu kami untuk saling belajar, saling menghormati, menjadi masyarakat yang damai dan harmonis," kata Sugianto.

"Tentu tidak mudah. Kita semua juga tahu catatan sejarah bagaimana masyarakat Kalteng harus belajar dari peristiwa demi peristiwa yang akhirnya mendewasakan kita," dia menambahkan.

Kalteng tercatat memiliki pengalaman pahit tragedi Sampit. Kerusuhan antaretnis suku Dayak asli dan warga migran Madura pecah pada 18 Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian dan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal.

Toleransi

Presiden Joko Widodo dalam acara ini menerima penganugrahan gelar Raja Haring Hatungku Tungket Langit dari Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah. Gelar yang dinobatkan oleh Ketua DAD Kalteng Agustiar Sabran tersebut memiliki makna seorang pemimpin yang adil, bijaksana, dan memberi manfaat bagi banyak orang.

Sementara dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo menekankan tindakan nyata dalam kesetiakawanan sosial.

"Saya tegaskan bahwa kesetiakawanan sosial perlu dirasakan secara nyata, bukan hanya nyata dibicarakan. Nyata dalam arti benar-benar bertindak saling membantu. Karena itu, mulai dari diri kita masing-masing, dari tiap keluarga, harus terus menanamkan dan memupuk nilai-nilai kesetiakawanan sosial, nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai kebhinnekatunggalikaan kita," ujar Presiden.

"Saya mengingatkan, bahwa kesetiakawanan sosial jangan hanya dilakukan saat ada bencana. Kesetiakawanan sosial seharusnya dapat dirasakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Saling tolong-menolong, saling membantu, seperti dalam usaha kita bersama mengatasi kesenjangan sosial, menjaga persatuan dan toleransi, serta menjaga kesejukan hidup berbangsa dan bernegara," Jokowi memungkasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya