Liputan6.com, Bogor - Vihara Dhanagun Bogor mulai bersolek jelang perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh 28 Januari 2017.
Salah satu tradisi warga keturunan Tionghoa yang wajib dilakukan yaitu ritual kimsin atau memandikan rupang. Ritual berupa memandikan patung dewa-dewi yang ada di vihara yang terletak di Jalan Suryakancana, Kota Bogor.
Dalam kepercayaan, ritual kimsin dilakukan setelah roh dewa dewi yang diyakini pergi ke langit untuk melaporkan amal perbuatan manusia di bumi selama satu tahun.
Advertisement
Ritual dilakukan dengan cara membasuh patung dengan air yang dicampur bunga mawar, melati, dan gading. Ini dilakukan dengan maksud menyiapkan kembali tempat yang bersih untuk para roh dewa dewi ketika kembali turun ke bumi.
Pembersihan dilakukan teratur, dari membersihkan pintu masuk vihara, altar sembahyang hingga tempat arca para dewa dewi. Hal ini merupakan simbol berbakti kepada leluhur. Setiap arca dibersihkan dengan perlakuan berbeda sesuai asal dan bahannya. Arca dewi dibersihkan perempuan, sedangkan arca dewa dibersihkan kaum laki-laki.
Sekretaris Vihara Dhanagun Sigit Sunarjadi Rusly menjelaskan, makna dari ritual penyucian kimsin ini adalah membersihkan kembali jiwa dan raga.
"Ini untuk penyucian diri agar saat memasuki tahun baru, jiwa dan raga suci dari berbagai kesalahan dan penyakit hati," ucap Rusly, Minggu (22/1/2017).
Sebelum melakukan ritual tersebut, umat melakukan sembahyang atau puja bakti dengan maksud berdoa memohon berkah kepada Tuhan.
"Ada cara-cara khusus untuk memandikan Kimsin, jadi tidak sembarangan," kata dia.
Ada puluhan patung dewa dan orang suci di Vihara Dhanagun yang dibersihkan. Satu per satu patung serta peranti peribadatan yang ada di kelenteng tersebut dibersihkan dari debu dan kotoran yang menempel.
Di antara koleksi rupang itu ada yang berusia ratusan tahun dan hanya ada di Vihara Dhanagun. Vihara itu sendiri sudah ada sejak 1862, yang dulu bernama Kelenteng Hok Tek Bio.
Patung tersebut terbuat dari kayu, kuningan, hingga porselen. Tampilan wajah mereka mulai dari yang rupawan dengan senyum manis hingga angker dan garang. Perlahan, patung-patung itu kemudian dibasuh dengan air yang sudah dicampur dengan air kembang, wangi-wangian, sikat gigi, dan handuk.
Pembersihan juga dilakukan di sejumlah bagian kelenteng dan altar pemujaan. Hal ini merupakan simbol berbakti kepada leluhur.
Menurut Rusly, pembersihan ini juga dilakukan oleh setiap masyarakat Tionghoa di altar rumah mereka masing-masing. Ini merupakan simbol tanda bakti etnis Tionghoa kepada leluhurnya.
"Ini untuk kesempurnaan Sang Dewi Welas Asih yang memiliki makna hakiki," ujar Rusly.