Liputan6.com, Jakarta Calon gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok, mengaku bila selama menjadi Gubernur DKI Jakarta, dirinya terus menerus dituduh selalu membela orang kaya. Namun ia mengungkapkan, jika selama ini dirinya justru selalu mengutamakan kepentingan rakyat kecil di Jakarta.
Ahok mengatakan, program yang ia buat selalu ditujukan bagi masyarakat kecil. Ia memberi contoh, program Kartu Jakarta Pintar (KJP), kini program tersebut dapat dinikmati manfaatnya bagi para siswa pelajar yang berasal dari golongan masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Baca Juga
Tidak hanya di Jakarta, selama masih menjadi Bupati Belitung Timur, Ahok mengaku ia kerap mengupayakan adanya kebijakan bagi masyarakat ekonomi menegah ke bawah. Baginya, pemerintah daerah harus selalu memperhatikan masalah kesehatan warganya, tanpa memperhatikan status ekonomi seseorang.
Advertisement
Tidak hanya program KJP, Ahok juga mengadakan program bantuan bagi kaum duafa sebagai bentuk perhatiannya pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Bantuan kepada kaum dhuafa tersebut diberikan dari Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (Bazis), dan dilakukan dengan cara ditransfer. Hal ini dilakukan pemprov DKI Jakarta, agar masyarakat dapat memiliki rekening bank dan dana bantuan yang mereka terima, tidak disunat atau dipotong oleh phak-pihak tertentu.
"Keki gua. Kalau dibilang gua bantu orang kaya. Selama ini gua emang bantu siapa?" Nikmatin KJP, berobat gak bayar pada lupa. Semua kaum duafa sudah punya rekening bank loh. Karena saya minta uang Bazis itu ditransfer langsung. Agar tidak ada sunat-sunatan lagi. Sekarang ada gak yang disunat?" ujar Ahok.
Selain berbagai bantuan sebagai program membantu masyarakat ekonomi menengah ke bawah, Ahok juga mengungkapkan jika selama ini persoalan penggusuran kerap dihembuskan oleh pihak yang tidak menyukainya, Ahok berujar, ia hanya akan menggusur pemukiman yang berada di bantaran sungai.
Selama menjabat sebagai gubernur, Ahok mengaku hanya ada satu permukiman yang pernah dibongkarnya dan tidak memiliki kaitan dengan program normalisasi sungai, yaitu Kalijodo. Penggusuran dilakukan karena di kawasan tersebut banyak kegiatan negatif. Ahok mengatakan, penggusuran pun hanya dilakukan jika sudah tersedia rumah susun sebagai tempat relokasi warga. Penggusuran dilakukan sebagai program normalisasi kali untuk mengurangi potensi banjir.
"Saya selama jadi wakil gubernur sampai jadi gubernur, saya pernah bongkar kampung orang gak? Saya gusur itu yang deket kali. Kampung Pulo, Bukit Duri, Luar Batang. Semumur saya menjabat, kampung yang baru saya bongkar dan gak ada urusan sama kali itu cuma Kalijodo. Karena di sana gua udah muak sama narkoba, sama prostitusi, sama judi. Makanya kita bongkar itu Kalijodo," ungkap Ahok.
Melalui program normalisasi kali yang dilakukan Ahok selama ini, Ahok diketahui berhasil mengatasi sejumlah titik banjir di DKI
Jakarta. Setidaknya, dari 2000 titik banjir yang dahulu ada di Jakarta, saat ini jumlahnya tinggal 81 titik. “Di Jakarta dulu ada 2000 titik banjir. Sekarang tinggal 81 titik. Sekarang Jakarta sudah berkurang banjir. Lalu ada orang yang bilang, kalo Ahok jadi gubernur, apa mau lu digusur lagi? Logikanya di mana?” ucap Ahok.