Liputan6.com, Jakarta - Fenomena jamaah haji yang ingin kembali ke Tanah Suci ternyata bukan sekadar kerinduan biasa. Ada rahasia makna yang tersimpan dalam Al-Qur’an mengenai hasrat yang tak pernah puas ini.
Kecenderungan manusia untuk kembali menunaikan ibadah haji lebih dari sekali bukanlah hal yang keliru. Bahkan menurut kajian tafsir, hal itu memang sudah disinggung dalam firman Allah.
Advertisement
Dalam sebuah ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) membeberkan alasan mengapa orang yang sudah haji sering merasa ingin berangkat lagi dan lagi. Hal ini, menurutnya, erat kaitannya dengan pilihan diksi dalam ayat Al-Qur’an.
Advertisement
UAH menjelaskan bahwa dalam surah Al-Baqarah ayat 196 disebutkan kata "wa atimmul hajja wal 'umrata lillah" yang artinya "sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah". Kata atimmu berasal dari akar kata tamam, bukan kamal.
Menurutnya, dalam bahasa Arab, terdapat dua istilah berbeda untuk menggambarkan penyempurnaan: kamal dan tamam. Keduanya tidak sama dalam makna kontekstualnya.
Penjelasan ini disampaikan Ustadz Adi Hidayat dan dikutip Senin (21/04/2025) melalui tayangan video di kanal YouTube @Lessy_TV yang menayangkan kajian dengan gaya khas dan referensi ilmiah yang rinci.
UAH menambahkan bahwa kamal digunakan ketika sesuatu sudah sempurna dan tidak boleh ditambah atau dikurangi. Contohnya dalam Surah Al-Ma’idah ayat 3, Allah berfirman: "Al-yawma akmaltu lakum dinakum".
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Pingin Haji Lagi, Begini Logikanya
Ayat tersebut menyatakan bahwa agama Islam sudah sempurna dan tidak perlu modifikasi lagi. Subuh dua rakaat, misalnya, tidak bisa diubah menjadi tiga atau satu.
Namun berbeda dengan konsep tamam. Ketika seseorang diberikan nikmat, kata UAH, dia akan merasa ingin terus menambah. Itulah sebabnya haji menggunakan kata tamam, bukan kamal.
“Orang kalau sudah naik haji, biasanya pengin lagi, pengin berangkat lagi. Karena itu konsepnya bukan kamal, tapi tamam,” jelas UAH dalam ceramahnya.
Dalam logika yang sama, manusia diberi sepeda ingin motor, setelah itu mobil, lalu pengin rumah lebih besar. Itulah sifat manusia ketika diberi kenikmatan—selalu ingin menambah.
Kata tamam mencerminkan keinginan untuk menyempurnakan secara bertahap dan terus-menerus. Maka tidak aneh jika seseorang yang telah berhaji merasa rindu kembali ke tanah suci.
UAH lalu memberi solusi bagi orang-orang yang belum bisa kembali berhaji. Ada dua amalan yang disebutkan dalam hadis nilainya setara dengan haji dan umrah.
Advertisement
Amalan Pahalanya Setara Ibadah Haji
Amalan pertama adalah menunaikan umrah di bulan Ramadhan. Rasulullah menyebut umrah di bulan suci ini pahalanya menyamai haji bersama beliau.
Yang kedua adalah sholat syuruk. Sholat ini dilakukan setelah sholat Subuh berjamaah, lalu duduk berzikir hingga matahari terbit, kemudian menunaikan dua rakaat.
Hadis yang menjadi rujukan UAH berasal dari At-Tirmidzi nomor 586. Dalam hadis tersebut disebutkan pahala salat syuruk setara dengan pahala haji dan umrah.
“Siapa yang menunaikan salat Subuh berjamaah, lalu duduk berdzikir hingga matahari naik, kemudian shalat dua rakaat, maka baginya pahala haji dan umrah,” ujar UAH mengutip hadis tersebut.
Tiga kali disebutkan dalam hadis itu: “sempurna, sempurna, sempurna”. Hal ini menandakan besarnya nilai ibadah syuruk di sisi Allah.
Namun UAH mengingatkan bahwa pahala yang disebut “senilai haji dan umrah” tidak berarti menggantikan kewajiban haji yang sebenarnya.
Ibadah haji tetap wajib bagi yang mampu, sedangkan dua amalan ini hanya sebagai pengganti pahala bagi yang belum memiliki kesempatan.
Pesan yang ditekankan UAH adalah semangat untuk terus beribadah dengan penuh cinta kepada Allah, meskipun tidak sedang di tanah suci.
Melalui penjelasan tentang tamam dan kamal, umat Islam bisa lebih memahami filosofi ibadah dan makna di balik setiap ayat yang Allah turunkan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
