Liputan6.com, Banten - Presiden Joko Widodo atau Jokowi berjanji akan menjadikan Brigjen KH Syam'un, pendiri pondok pesantren (Ponpes) Al-Khairiyah, sebagai pahlawan nasional.
"Sampai ke meja saya ada delapan nama, dan beliau ada di antara delapan nama itu. Entah tahun ini, entah tahun depan, saya akan langsung berikan beliau gelar pahlawan," kata Jokowi di hadapan seribu kiai dan ulama Banten, di Ponpes Al-Khairiyah, Kota Cilegon, Jumat (11/5/2018).
Baca Juga
Jokowi menyatakan, sampai saat ini usulan nama KH Syam'un sebagai pahlawan nasional belum sampai ke tangannya. Biasanya, daftar nama calon pahlawan nasional disampaikan kepada Menteri Sekretaris Negara Pratikno kemudian diteruskan kepada Kepala Negara.
Advertisement
"Biasanya Mensesneg kirim delapan nama ke saya, lalu saya pilih tiga sampai empat nama," jelasnya.
Sementara itu, keluarga besar Al-Khairiyah mengaku akan membentuk tim untuk mempercepat pemberian gelar pahlawan nasional bagi Brigjen KH Syamun.
"Timnya akan disampaikan ke Mensos dan disambungkan ke Sekneg. Itu prosedur yang harus ditempuh. (Kepastian gelar pahlawan nasional) itu soal ikhtiar," kata Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Al-Khairiyah Ali Mujahidin di tempat yang sama.
Menurutnya, yang terpenting adalah Presiden Jokowi bersama Ulama Banten bertemu dan saling bertukar pendapat, untuk menyelesaikan berbagai persoalan kebangsaan saat ini.
"Berangkat dari Banten, masalah keumatan harus diselesaikan bersama. Kan banyak masukan positif dari ulama,"Â kata Ali.
Ketua MUI sekaligus alumni Al-Khairiyah Ma'ruf Amin mengaku bangga memiliki presiden seperti Jokowi yang selalu menjalin silaturahmi dengan para ulama, kiai dan santri di Indonesia.
"Saya tidak pernah bertemu Presiden seperti Presiden Jokowi, yang begitu dekat ulama. Beruntung di Banten ada tokoh sebesar Brigjen KH Syam'un, saya pernah mondok di Al-Khairiyah, Tebu Ireng, nyari berkahnya, nyari ilmunya," kata dia.
Jokowi datang menaiki helikopter superpuma TNI yang mendarat di Lapangan Sumampir. Tiba di Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khairiyah sekitar pukul 11.00 WIB bersama Ma'ruf Amin.
Presiden ketujuh RI itu kemudian beramah tamah dengan pengurus Al-Khairiyah. Sekitar pukul 11.42 WUB, berjalan kaki sekitar 100 meter menuju Masjid Jami' An'najah, Citangkil, untuk salat Jumat bersama seribu kiai Banten.
Sosok KY Syam'un
Â
Yayasan pendidikan Islam Al-khairiyah didirikan oleh Brigjen Kiai Haji Syam’un pada tahun 1925 di Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Banten. Perguruan tersebut dibagi dalam dua sistem, yakni sistem pesantren dan madrasah.
Nama Al-Khairiyah diambil dari sebuah nama bendungan di Sungai Nil, Mesir dengan harapan dapat menambah semangat juang Brigjen Syam'un dalam dunia pendidikan dan membawa manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, agama dan Negara. Sebagaimana bendungan tersebut member manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat Mesir.
Brigjen Syam'un, merupakan pria yang lahir pada 05 April 1894 di kampung Beji, Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang yang saat itu masih berupa Keresidenan Banten dan masuk ke dalam Provinsi Jawa Barat, dari pasangan H Alwiyan dan Hj Hajar.
Brigjen Syam’un masih keturunan dari KH Wasid tokoh Geger Cilegon 1888. Pada umur 11 Tahun, KH. Syam’un melanjutkan studi ke Mekah tahun 1905-1910 dan berguru di Masjid Al-Haram. Pendidikan akademinya dilalui di Al-Azhar University Cairo Mesir tahun 1910-1915.
Darah perjuangan selain ditularkan kedua orang tuanya, sang kakak pun, Kiai Haji Wasyid merupakan tokoh perlawanan terhadap penjajah yang terkenal melalui Geger Cilegon tahun 1888.
KH Syam’un bergabung dengan Pembela Tanah Air (Peta), sebuah gerakan pemuda bentukan Jepang. Dalam Peta, jabatan Syam’un adalah Dai Dan Tyo yang membawahi seluruh Dai Dan I Peta wilayah Serang.
Selama menjadi Dai Dan Tyo KH Syam’un sering mengajak anak buahnya untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Jepang. Keterlibatan KH Syam’un dalam dunia militer mengantarkannya menjadi pimpinan Brigade I Tirtayasa Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian berganti menjadi TNI Divisi Siliwangi.
Pada 1943-1948, Syam'un menjadi panglima Divisi Banten dengan pangkat kolonel merangkap menjadi Bupati Kabupaten Serang. Pada 23 Desember 1948, hari Kamis, tentara Belanda menyerbu daerah Banten.
Pada saat itu Brigjen Syam'un ditawan oleh tentara Belanda, tetapi pada malam harinya beliau dapat meloloskan diri. Keesokan harinya menggabungkan diri dengan Markas Gerilya sector I wilayah Gunungsari.
Kemudian beliau memimpin perang Gerilya bersama pemimpin-pemimpin lainnya, tepat pada senin pukul 09.00 WIB, tanggal 28 Februari 1949 beliau meninggal dunia di tengah hutan Cacaban Kampung Kamasan, Desa Kamasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten. Pada hari itu juga beliau dikebumikan di pemakaman umum Kampung Kamasan.
Namun hingga kini, Brigjen Syam'un, belum juga mendapatkan gelar pahlawan nasional, meski telah berulang kali diajukan.
Nama Al-Khairiyah dengan pendirinya adalah Brigjen Kiai Haji Syam'un, memang tak setenar Nahdlatul Ulama (NU) yang berdiri tahun 1926 dengan pendirinya KH Hasjim Asy'ari ataupun Muhammadiyah yang berdiri ditahun 1912 dengan tokohnya Muhammad Darwis.
Advertisement