Jokowi Buka Konferensi Ulama Afghanistan-Indonesia-Pakistan

Konferensi tersebut turut membahas pentingnya peran Pakistan dalam mendukung upaya perdamaian di Afghanistan.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 11 Mei 2018, 11:41 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2018, 11:41 WIB
Suasan pembukaan Konferensi Ulama Afghanistan-Indonesia-Pakistan di Istana Bogor, Jumat (11/5) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)
Suasan pembukaan Konferensi Ulama Afghanistan-Indonesia-Pakistan di Istana Bogor, Jumat (11/5) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Liputan6.com, Bogor - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), pada hari ini membuka pertemuan trilateral bertajuk Konferensi Ulama Afghanistan-Indonesia-Pakistan di Istana Bogor.

Perhelatan yang mempertemukan ulama dan cendekiawan dari ketiga negara tersebut, ditujukan untuk membahas perdamaian serta stabilitas di Afghanistan yang terus didera konflik menahun.

"Saya melihat, ulama memiliki peran penting untuk mendorong perdamaian yang inklusif di Afghanistan," kata Jokowi dalam pidato pembukaan Konferensi Ulama Afghanistan-Indonesia-Pakistan.

Upaya Indonesia menjadi tuan rumah konferesi tersebut, lanjut Jokowi, juga menunjukkan komitmen pemerintah untuk membantu proses perdamaian di Afghanistan.

"Indonesia berkomitmen untuk memfasilitasi peran konstruktif para ulama. Dan pertemuan trilateral ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk mengedepankan peran ulama dalam proses perdamaian," tambah Jokowi.

Sang presiden juga menggarisbawahi peran penting Pakistan untuk mendorong perdamaian di Afghanistan.

"Pakistan adalah negara tetangga yang penting dan berperan di kawasan. Pakistan juga menyambut baik komitmen dan upaya Indonesia membantu peace building di Afghanistan," kata Presiden ke-7 RI itu.

Konferensi ulama Afghanistan-Indonesia-Pakistan digagas oleh Presiden Jokowi kala melakukan kunjungan kenegaraan, dan bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul pada Januari 2018.

Presiden Ghani, yang negaranya masih belum bebas dari konflik, sangat menyambut baik inisiatif Presiden Jokowi. Ghani juga memandang Indonesia sebagai pihak netral yang mengupayakan proses perdamaian.

Di sisi lain, Wapres Jusuf Kalla, dalam kunjungannya ke Kabul pada Februari 2018, juga telah mengatakan bahwa peran ulama sangat penting untuk menempa jalan menuju perdamaian berkelanjutan di Afghanistan.

Pakistan, yang kerap dituduh komunitas internasional sebagai sekutu Taliban, turut menyambut dan mendukung inisiatif Indonesia menggelar konferensi tripartit tersebut.

Islamabad sendiri membantah menjadi sekutu Taliban, dengan beralasan bahwa penghentian konflik dan perdamaian di Afghanistan merupakan kunci bagi stabilitas domestik Pakistan sendiri.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Taliban Menolak Hadir

Pasukan Taliban
Pasukan Taliban (AP)

Seperti dikutip dari VOA, para pemimpin Indonesia berharap bahwa diskusi akan menghasilkan "kesepakatan bersama atau fatwa (dekrit)" guna membujuk Taliban mengakhiri kampanye kekerasan dan masuk ke perundingan damai dengan pemerintah Afghanistan.

Partisipan konferensi tripartit juga mengharapkan para petinggi Taliban menghadiri perhelatan tersebut. Namun, Taliban telah menolak konferensi yang diusulkan itu dan mendesak para ulama untuk tidak hadir.

Kelompok militan itu juga terang-terangan telah mengabaikan tawaran rekonsiliasi dan perdamaian dari Presiden Ghani.

Bentuk pengabaian itu dilakukan dengan kembali mengumumkan Al Khandaq atau Spring Offensive -- gerakan militansi yang rutin dilaksanakan kelompok itu pada Musim Semi setiap tahun -- pada Rabu, 25 April 2018.

Gerakan militansi itu juga ditujukan untuk merespons operasi militer Amerika Serikat, yang menurut Taliban, semakin beroperasi secara agresif sejak tahun lalu. Kelompok itu juga menilai, operasi militer itu merupakan bentuk paksaan AS agar Taliban mau berpartisipasi dalam dialog damai.

"(Oleh karenanya) kami akan menargetkan para penginvasi Amerika Serikat dan agen-agen intelijen mereka. Pendukung AS juga akan menjadi target sekunder kami," kata Taliban.

Taliban memberi nama gerakan militansi itu dengan sebutan Al Khandaq, mengadopsi nama peperangan yang dipimpin oleh Nabi Muhammad untuk mempertahankan kota Suci Madinah. Pihak dan media Barat menyebutnya dengan nama Spring Offensive -- karena terjadi dalam kalender Musim Semi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya