Liputan6.com, Jakarta Suasana di depan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat Selasa malam mencekam. Puluhan polisi bersenjata lengkap berjaga-jaga dan kendaraan taktis juga memasuki Kompleks Mako Brimob. Polisi siaga setelah sekitar Pukul 22.00 WIB kerusuhan narapidana teroris terjadi di Rutan Mako Brimob.
kerusuhan berawal ketika wawan salah seorang napi menanyakan titipan makanan dari keluarga. Saat dijawab makanan dipegang petugas lain, napi tersebut tidak terima dan mengajak rekan-rekannya dari blok c dan d membuat kerusuhan. Napi kemudian membobol pintu dan dinding sel sehingga suasana semakin tidak terkontrol. Mereka juga mengambil senjata tajam dan senjata api di ruang barang bukti.
Baca Juga
Seperti ditayangkan Liputan6SCTV dalam Kopi Pagi, Minggu (13/5/2018), petugas yang ada di lokasi kerusuhan pun menjadi sasaran kemarahan napi. Empat orang petugas Iptu Sulastri, Brigadir Lalu Abdul Haris, Briptu Hadi Nata dan Bripda Rahmadan menderika luka-luka.
Advertisement
Bahkan lima anggota polisi dibunuh para napi secara keji. Dari hasil uji forensik sebagian besar korban meninggal akibat kekerasan senjata tajam dan luka tembak. Mereka yang gugur adalah Iptu Anumerta Yudi Rospuji Siswanto, Aipda Anumerta Denny Setiadi, Brigadir Anumerta Fandy Setyo Nugroho, Briptu Anumerta Syukron Fadhli, dan Briptu Anumerta Wahyu Catur Pamungkas.
Kerusuhan di Lapas Mako Brimob terus berlanjut hingga Kamis malam. Napi masih menyandera seorang anggota polisi Bripka Iwan Sarjana. Melalui pendekatan persuasif akhirnya Bripka Iwan dilepaskan sementara napi mendapat makanan. Kesabaran polisi dalam menangani kasus ini kembali membuahkan hasil menjelang fajar. Sebanyak 145 napi menyerah tanpa syarat. Mereka pun diperlakukan dengan baik. 145 napi yang menyerahkan diri langsung dibawa ke Nusa Kambangan. Sementara 10 napi yang melawan masih diinvestigasi di Mako Brimob
Beragam komentar pun disampaikan warga atas peristiwa ini. Namun kerusuhan di Rutan Mako Brimob juga harus menjadi pelajaran bagi semua. Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengakui Rumah Tahanan Mako Brimob tidak layak menjadi rumah tahanan bagi kasus terorisme karena tidak didesain dengan maximum security. Apalagi jumlah tahanan yang ada jauh melebihi kapasitas.