Orangtua Dukung Peningkatan Kompetensi Guru, Tapi Minta Waktu Belajar Murid Tetap Terjaga

Program ini juga dapat memberikan pengaruh positif yang dirasakan bukan hanya guru tapi murid yang diajarkan.

oleh Arviola Marchsyalina Syurgandari Diperbarui 23 Apr 2025, 14:40 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2025, 14:40 WIB
Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)
Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) setiap tanggal 2 Mei, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk melakukan rehabilitasi dan renovasi sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi untuk mendukung kegiatan belajar dan mengajar. (Dok. Kementerian PUPR)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memiliki program baru untuk guru memiliki waktu belajar setiap pekan yang bernama Hari Guru Belajar.

Menanggapi hal tersebut, salah satu orang tua murid bernama Tanti merasa program tersebut bermanfaat dan berdampak baik untuk meningkatkan kompetensi guru agar dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih baik dan cerdas.

“Sebagai orang tua murid pastinya sangat senang karena upaya ini bisa membuat kompetensi pendidik semakin meningkat. Hal ini akan berdampak baik bagi transfer ilmu untuk murid, yang pada akhirnya bisa menciptakan generasi penerus bangsa yang kompeten,” kata Tanti kepada Tim News Liputan6.com, Rabu (23/4/2025).

Menurut Tanti, program ini juga dapat memberikan pengaruh positif yang dirasakan bukan hanya guru tapi murid yang diajarkan.

“Dengan pembaharuan ilmu yang didapat guru, otomatis murid juga mendapatkan ilmu yang lebih update sehingga akan tercipta generasi yang lebih baik tentunya,” ujar Tanti.

Tanti berharap guru bisa menerima dan menjalankan program baru ini dengan baik. Sehingga dapat bermanfaat juga dalam memberikan pengajaran kepada murid. Selain itu, Tanti juga berharap adanya kompensasi tambahan atas waktu dan energi yang diluangkan oleh guru-guru untuk mengikuti program tersebut.

“Harapannya para guru dengan legowo bisa mengikuti program tersebut, demi kebaikan bersama. Baik kompentensi pendidik maupun transfer ilmu untuk murid. Namun tentunya harus ada kompensasi bagi guru untuk meluangkan waktu mengikuti program tersebut,” harap Tanti.

“Kompensasi misalnya dalam bentuk apresiasi penambahan tunjangan, sehingga bisa memberikan semangat bagi para guru yang harus meluangkan waktu ekstra untuk mengikuti program tersebut,” lanjut Tanti.

Sementara wali murid lainnya, Luqman juga menyambut baik program peningkatan kompetensi guru yang digagas pemerintah dan institusi pendidikan. Menurutnya, kebijakan ini dapat memberikan dampak positif secara langsung pada kualitas pembelajaran di sekolah.

"Sebagai orangtua, saya menilai kebijakan ini akan memberikan dampak positif bagi anak. Tentu para orangtua ingin anak diajari oleh guru yang kompeten, inspiratif, dan terus berkembang," ungkap Luqman.

Ia menekankan bahwa guru yang terus mengasah keterampilan tidak hanya akan lebih memahami materi ajar, tetapi juga dapat menyampaikannya secara lebih kreatif dan menyenangkan bagi siswa.

“Pengembangan skill ini tentu akan membuat guru semakin memahami materi mengajar, menjadi lebih kreatif dan menggembirakan, bukan sekadar menuntut hafalan,” tambahnya.

Tak hanya pada sisi akademis, Luqman juga menilai bahwa guru yang terbiasa mengevaluasi praktik mengajarnya akan lebih peka terhadap karakter dan kebutuhan tiap murid. Hal ini dinilai mampu meningkatkan kenyamanan dan semangat belajar siswa di sekolah.

“Guru juga akan lebih memahami karakter dan kebutuhan murid karena terbiasa mengevaluasi praktik mengajarnya sendiri,” kata Luqman.

 

Orangtua Minta Kepastian: Jangan Sampai Anak Kehilangan Waktu Belajar

Meski mendukung, Luqman juga menyuarakan kekhawatiran sebagai orangtua. Ia berharap proses peningkatan kemampuan guru tidak sampai mengganggu waktu belajar anak di sekolah.

“Sebagai orangtua, wajar jika muncul kekhawatiran. Kalau guru sibuk belajar, apakah anak jadi kurang jam pelajaran atau tidak diajar maksimal?” ujarnya.

Karena itu, ia berharap pelatihan atau kegiatan peningkatan kompetensi guru dapat dirancang dengan cermat agar tidak mengganggu proses belajar mengajar.

“Misalnya diadakan di luar jam belajar, atau digilir secara terjadwal antar guru. Selain itu, perlu ada sistem pendukung seperti guru pengganti atau metode pembelajaran mandiri yang menyenangkan saat guru belajar,” jelas Luqman.

Menurutnya, komunikasi terbuka antara sekolah dan orangtua sangat penting untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang diterapkan tidak menimbulkan kebingungan atau keresahan.

“Dengan komunikasi yang baik, orangtua bisa lebih memahami tujuan program dan ikut mendukung dengan penuh,” pungkasnya.

Kemendikdasmen Wajibkan Guru Belajar Setiap Pekan untuk Tingkatkan Kompetensi

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mewajibkan para guru untuk mengikuti program belajar satu kali dalam seminggu. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru serta membangun ekosistem pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.

Langkah ini diharapkan dapat memperkuat budaya belajar di kalangan guru dan memberikan ruang refleksi serta pengembangan diri yang berkelanjutan.

"Hari Belajar Guru merupakan upaya untuk memperkuat budaya belajar di ekosistem guru, sekaligus memberikan ruang refleksi dan pengembangan diri secara berkelanjutan. Ini adalah wujud nyata komitmen kami untuk menjadikan guru sebagai pembelajar sepanjang hayat. Hari Belajar Guru bukan hanya soal menydiakan waktu luang untuk belajar, tetapi ruang bersama untuk tumbuh dan berkembang," kata Dirjen Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru, Nunuk Suryani, seperti dilihat dari laman Kemendikdasmen, Rabu (23/4/2025).

Sebagai ujung tombak pendidikan, guru memegang peran penting dalam membentuk generasi penerus yang berkarakter dan berdaya saing tinggi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, setiap guru diwajibkan memenuhi kualifikasi akademik serta melakukan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Hari Belajar Guru dirancang agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali dalam seminggu, dengan jadwal yang ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama para guru. Melalui Hari Belajar Guru, kami mendorong para guru untuk memperkuat kompetensi, memperdalam refleksi atas praktik pembelajaran, serta membangun kolaborasi yang lebih bermakna antar sesama guru," lanjut Nunuk.

Kegiatan ini bersifat kolektif dan dilaksanakan dalam forum-forum kolaboratif seperti Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Kebijakan ini berlaku untuk seluruh jenjang pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, hingga pendidikan kesetaraan, baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.

Bisa Disesuaikan dengan Mata Pelajaran

Nunuk juga menjelaskan bahwa Hari Belajar Guru dapat disesuaikan per mata pelajaran. Sebagai contoh, guru Matematika memiliki hari belajar yang berbeda dari guru IPA atau PJOK. Guru dapat belajar bersama melalui kelompok belajar dalam satuan pendidikan maupun kelompok belajar di luar satuan pendidikan.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat dibiayai menggunakan dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOP PAUD/BOS/BOP Kesetaraan) atau sumber dana lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan dukungan dari kepala daerah serta dinas pendidikan di seluruh Indonesia, Hari Belajar Guru diharapkan menjadi budaya yang mengakar.

"Kebijakan ini akan berkontribusi pada peningkatan kompetensi dan kinerja guru, serta berimbas pada kualitas pembelajaran dan penguatan karakter peserta didik di seluruh Indonesia," pungkas Nunuk.

Infografis Besaran Kenaikan Gaji Guru ASN dan Non-ASN 2025
Infografis Besaran Kenaikan Gaji Guru ASN dan Non-ASN 2025. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya