Inovasi Jadi Kunci Sukses Pembangunan Bendungan di Indonesia

Inovasi menjadi solusi bagi pemerintah dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan. Pasalnya, Indonesia mempunyai potensi 3,9 triliun meter kubik per tahun.

oleh Reza diperbarui 30 Mei 2018, 11:07 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2018, 11:07 WIB
Seminar Bendungan Besar 2018 di NTB, Jumat (25/5/2018).
Kementerian PUPR serta KNIBB membuka seminar bendungan besar di NTB, Jumat (25/5/2018).

Liputan6.com, Jakarta Inovasi menjadi solusi bagi pemerintah dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan. Pasalnya, Indonesia mempunyai potensi 3,9 triliun meter kubik pertahun.

Hal itu diutarakan Sekretaris Jenderal Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen-PUPR), Anita Firmanti saat acara seminar nasional bendungan besar 2018 dengan tema ‘Tantangan Terkini Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Pembangunan’ yang diselenggarakan oleh Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNIBB) di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (25/5/2018).

“Potensi kita sangat besar, jika dikelola dengan baik tentu akan bermanfaat bagi masyarakat. Mulai dari suplai air irigasi, membantu saat dilanda kekeringan, dan menampung air pada musim kemarau,” ujar Sekjen KemenPUPR, Anita Firmanti.

Mengenai hal itu, lanjut Anita, saat ini Indonesia kalah dengan negara Tiongkok. Dengan potensi yang sama, Indonesia hanya mempunyai 231 bendungan. Sebaliknya, negara gingseng tersebut mampu memiliki 98 ribu bendungan.

“Dengan potensi yang sama tidak ideal jika dibandingan dengan negara Tiongkok. Maka dari itu, pemerintah melalui Kemen-PUPR menargetkan 65 pembangunan bendungan dalam kurun waktu 2015-2019 agar potensi tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik,” tutur Anita Firmanti.

Tak seperti membalikan telapak tangan, Anita Firmanti mengatakan bahwa ada sejumlah tantangan yang perlu diselesaikan dahulu, seperti tenaga ahli, anggaran, dan teknologi.

“Kita tuh perlu tenaga ahli yang bersertifikat. Maka dari itu peran penting KNIBB sangat dibutuhkan. Selain itu, dengan teknologi yang benar, tentu akan berpengaruh dengan efisien anggaran,” tutur Anita.

Mengenai tenaga ahli, dalam pembangunan bendungan diperlukan Sumber Daya Manusia yang mumpuni. Maka dari itu, nantinya Kemen-PUPR akan merangkul tenaga muda ahli Indonesia untuk terlibat dalam pembangunan.

“Kita dorong anak muda untuk mengambil bagian. Mulai dari bendungan, terowongan, dan jembatan. Jadi yang sudah tua akan diganti oleh geneasi muda,” imbuh Anita.

Dalam seminar tersebut, Ia berharap kedepannya pemerintah mempunyai solusi mengenai tantangan pembangunan dan pengelolaan bendungan. Tak hanya itu, seminar tersebut bisa memberikan kesempatan bagi generasi muda Indonesia untuk berkarya di negara sendiri.

“Seminar ini bisa memberikan dampak positif bagi generasi muda. Mereka kita berikan kesempatan agar bisa turut andil dalam pengelolaan bendungan,” tutur Anita.

Perlu diketahui, saat ini, lanjut Anita ada 5 bendungan yang sedang berjalan (on trek) sampai akhir 2019.

Sementara itu, ketua KINBB, Hari Suprayogi mendukung dengan tenaga ahli dari abak bangsa sendiri. “Masalah SDM memang menjadi tantangan bagi pemerintah. Tenaga ahli saat ini masih rendah,” ujar Anita

 

Sekjen KemenPUPR, Anita Firmanti
Sekjen KemenPUPR, Anita Firmanti saat memberikan keterangan saat seminar nasional bendungan besar 2018, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (25/5/2018).

“Idealnya untuk pembangunan bendungan diperlukan 6 tenaga ahli dan untuk pengelolaan setidaknya ada 2-3 tenaga profesionalnya,” imbuh Hari.

Maka dari itu, dengan acara seminar tersebut bisa memberikan informasi, inovasi, teknologi, serta menambah wawasan baru mengenai tantangan pembangunan dan pemeliharaan bendungan di Indonesia.

“Dalam seminar ini kami memberikan kesempatan bagi para anak muda dan tenaga ahli lainnya untuk memaparkan makalah mengenai bendungan,” imbuh Hari.

Selain SDM yang dibutuhkan dalam pembangunan bendungan, diperlukan pula teknologi. Hal itu bisa memberikan efisien mengenai anggaran dan mendapatkan solusi pengelolaan bendungan di Indonesia.

“Dengan teknologi terkini pengelolaan bendungan bisa lebih efisein lagi. kedepannya, dengan adanya seminar ini bisa Indonesia mempunyai tenaga ahli sendiri dan bisa ‘bersuara’ dalam dunia internasional,” kata Hari.

 

 

(*)

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya