Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 11 Juli menjadi salah satu hari bersejarah bagi DKI Jakarta. Tepat hari ini, 11 Juli 7 tahun yang lalu (2012), Ibu Kota menggelar suksesi kepemimpinan untuk menentukan siapa yang berhak menjadi gubernur dan wakil gubernur lima tahun ke depan.
Penelusuran Sejarah Hari Ini (Sahrini) Liputan6.com, Pilkada DKI Jakarta 2012 benar-benar menjadi pesta demokrasi warga Ibu Kota. Bagaimana tidak, empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur usungan partai politik bertarung sengit. Tak cukup itu, dua pasangan calon independen juga turut meramaikan persaingan dan berlomba menjadi yang terbaik untuk mejadi DKI-1 dan DKI-2.
Baca Juga
Mereka adalah calon petahana Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi Ramli (diusung Demokrat, PAN, Hanura, PKB, PBB, PKNU dan PMB), Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) (diusung PDIP dan Gerindra), Hidayat Nur Wahid- Didik J Rachbini (diusung PKS), dan Alex Noerdin-Nono Sampono (diusung Golkar, PPP, PDS Patriot dan sejumlah partai kecil lainnya).
Advertisement
Sedangkan dua nama pasangan calon independen adalah yang maju adalah Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria dan Faisal Basri dan Biem Triani Benjamin.
Pilkada DKI 2012 yang digelar 11 Juli 2012 dipenuhi sejumlah drama. Perseteruan antara calon petahana dengan calon-calon menjadikan suhu politik di Ibu Kota kala itu sangat dinamis. Dan seperti yang telah diprediksi sebelumnya, pilkada DKI dipastikan berlangsung dua putaran setelah tidak ada satu pun pasangan calon yang berhasil meraih 50 persen + 1 suara.
Pasangan Jokowi-Ahok yang mendapat nomor undian 3 tampil mengejutkan dengan memenangi putaran pertama. Jokowi yang kala itu adalah mantan Wali Kota Solo berhasil menggungguli raihan suara petahana. Hasil hitung cepat (quick count) yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyebut Foke-Nara hanya meraih 34,42%, sedangkan Jokowi-Ahok mendulang 42,85% suara. Calon lainnya, Hendardji-Riza (1,85%), Hidayat-Didik (11,80%), Faisal-Biem (4,75%), dan Alex-Nono (4,41%).
Keunggulan Jokowi-Ahok versi hitung cepat ternyata berjalan linier dengan hasil penghitungan resmi KPU DKI yang dilakukan secara manual pada 19 Juli 2012. Berdasarkan penghitungan KPU, pasangan Jokowi-Ahok meraup suara sebanyak 1.847.157 atau sebesar 42,60 persen. Sedangkan, Foke-Nara harus puas di posisi kedua dengan jumlah suara 1.476.648 atau sebesar 34,05 persen.
Posisi ketiga ditempati pasangan Hidayat-Didik dengan perolehan suara 508.113 atau sebesar 11,72 persen. Kemudian posisi pasangan Faisal-Biem ada di posisi keempat dengan perolehan suara 215.935 atau sebesar 4,98 persen.
Pasangan Alex-Nono dan Hendardji-Riza menempati dua posisi terakhir dengan raihan suara 202.643 atau sebesar 4,67 persen dan 85.990 atau sebesar 1,98 persen.
Dengan hasil tersebut, pasangan Jokowi-Ahok dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dipastikan melenggang ke putaran kedua Pilkada DKI.
Jokowi-Ahok Menang
Pesta demokrasi berupa Pilkada DKI Jakarta akhirnya mencapai puncaknya pada Sabtu 28 September 2012. KPU memastikan pasangan Jokowi-Ahok menjadi pemenang pilkada 2012.
Pasangan Jokowi-Ahok meraih 2.472.130 suara atau 53,82 persen, sedang Foke-Nara mendapatkan 2.120.815 atau 46,18 persen. Dan Jokowi-Ahok pun sah terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017.
Tak lama berselang usai dipastikan kalah, Foke pun mengucapkan selamat kepada Jokowi yang berhasil memenangkan Pilkada DKI Jakarta putaran dua.
Hal tersebut diucapkan Foke dengan cara menghubungi Jokowi melalui telepon seluler saat Jokowi tengah makan siang di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. "Baru dua menit yang lalu, Pak Foke telepon saya. Intinya dia mengucapkan selamat," kata Jokowi kepada wartawan.
Jokowi juga mengaku telah meminta Foke agar turut membantu dalam memimpin Ibu Kota. "Karena Beliau kuasai lapangan dan sudah memberikan kesanggupannya," ujar Jokowi kala itu.
Advertisement