Liputan6.com, Jakarta Dihadapan sekitar 2500 mahasiswa yang mengikuti kuliah umum di Politeknik Negeri Padang, Kamis (13/12), Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita menyampaikan pihaknya akan terlibat secara langsung untuk mencetak generasi muda Sumatra Barat menjadi pengusaha.Â
"Di era revolusi industri 4.0, generasi muda jangan hanya menjadi penonton, tetapi harus terlibat dan dapat memanfaatkan apa yang dihasilkan di era ini. Pemerintah berkomitmen untuk mendorong dan memfasilitasi agar tujuan ini dapat tercapai," jelasnya.
Baca Juga
Mendag juga menyampaikan, revolusi industri 5.0 yang ditandai dengan kecerdasan buatan sudah di depan mata.
Advertisement
"Perlu ada perubahan dalam dunia usaha karena banyak terjadi perubahan-perubahan dalam bidang usaha. Revolusi industri berkembang menjadi besar dan generasi muda harus bersiap," tandasnya.
Mendag juga memberikan pesan kepada para mahasiswa untuk tetap menjaga kejujuran dan konsistensi dalam menjalankan usahanya. "Kedua hal tersebut penting dan merupakan modal untuk menjadi pengusaha," imbuh Mendag.
Menurut Mendag, Sumatra Barat memiliki budaya yang kaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan. Ada juga potensi pariwisata dan kulinernya yang dapat mendunia.
"Budaya Sumatra Barat inilah yang mengantarkan Indonesia mendapat penghargaan di China-ASEAN Expo (CAEXPO) 2018 di Nanning, China. Paviliun Indonesia mengusung tema budaya minang dan menampilkan ragam budaya dari Minang," kata Mendag bangga.
Keberhasilan itu, lanjut Mendag, berkat dukungan Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno sehingga keikutsertaan Indonesia dalam CAEXPO dapat berjalan dengan sangat baik.
Â
Â
Â
Kuliah umum di Politeknik Negeri Padang digelar bersamaan dengan penyelenggaraan Rapat Kerja Daerah Badan Pengurus Daerah (Rakerda BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumatra Barat. Tema yang diusung adalah "Peluang dan Tantangan Generasi Milennial dalam Menyambut Perkembangan Bisnis di Era Revolusi Industri 4.0".
Tema yang diangkat bertujuan mengajak generasi muda agar mau terjun dalam dunia bisnis serta selalu berkreativitas dalam memberikan sumbangsih dan manfaat bagi lingkungan.
Rencana Revitalisasi Pasar Pariaman
Â
Usai memberikan kuliah umum di Politeknik Negeri Padang, Mendag melanjutkan kunjungan kerja ke Pasar Pariaman. Selain memantau harga dan stok barang kebutuhan pokok (bapok), kunjungan Mendag ini terutama dimaksudkan untuk meninjau kondisi Pasar Pariaman.
Mendag menyampaikan, kondisi Pasar Pariaman saat ini perlu direvitalisasi. "Kondisi Pasar Pariaman saat ini sudah tidak layak. Kondisi ini juga disebabkan akibat gempa yang terjadi pada tahun 2009. Untuk itu, Kemendag akan mengirim surat permohonan kepada Presiden Joko Widodo untuk mengalokasikan anggaran guna merevitalisasi Pasar Pariaman," jelas Mendag.
Menurut Mendag, Pasar Pariaman direncanakan dapat direvitalisasi pada tahun 2019. Revitalisasi pasar akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Pasar Pariaman terletak di tengah kota Pariaman, Kecamatan Pariaman Tengah. Pasar ini merupakan pasar utama dan terbesar di Kota Pariaman yang menjual komoditas primer kebutuhan bahan pokok sehari-hari bagi keperluan penduduk setempat. Pasar yang berada di atas lahan seluas 4.546 m² dengan luas bangunan 4.500 m² ini menampung 265 pedagang.
Sementara itu, hasil pantauan harga bahan pokok di Pasar Pariaman menunjukkan harga stabil dan pasokan menjelang Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 cukup.Harga beras lokal terpantau sebesar Rp10.500,-/kg; gula pasir Rp11.000-Rp12.000,-/kg; minyak goreng curah Rp8.100,-/liter; daging sapi Rp130.000,-/kg; daging ayam Rp24.000,-/kg; telur ayam ras Rp21.000,-/kg. Sedangkan cabe merah keriting Rp35.000,-/kg; bawang merah Rp28.000-Rp30.000,-/kg, dan bawang putih Rp16.000-Rp18.000,-/kg.
Harga gula pasir, minyak goreng curah, bawang merah, daging ayam, dan telur ayam dijual dengan harga di bawah atau sama dengan HET dan harga acuan. Sedangkan, komoditas yang harganya naik yaitu cabe merah keriting. Kenaikan disebabkan oleh putusnya jembatan antara Padang Panjang dan Pariaman, sehingga pasokan cabai di Pariaman tidak bisa ditambahkan dari Padang Panjang.
Â
(*)