4 Fakta Gunung Anak Krakatau Erupsi Kembali

Sebelum kembali erupsi, BMKG melaporkan muncul retakan baru di Gunung Anak Krakatau.

oleh Maria Flora diperbarui 04 Jan 2019, 17:05 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2019, 17:05 WIB
Begini Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Aktivitas Gunung Anak Krakatau dari udara yang terus mengalami erupsi, Minggu (23/12). Dari ketinggian Gunung Anak Krakatau terus mengalami erupsi dengan mengeluarkan kolom abu tebal. (Liputan6.com/Pool/Susi Air)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Anak Krakatau kembali erupsi. Dari pantauan Pos Pantau Anak Krakatau, material vulkanik yang dimuntahkan dari gunung di Selat Sunda ini mencapai ketinggian 2.000 meter.

"Ketinggian kolom abu antara 200 sampai 2.000 meter," kata Mardiono, petugas Pos Pantau Anak Krakatau, melalui sambungan selulernya, Kamis (3/1/2019).

Sebelum kembali erupsi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan muncul retakan baru di Gunung Anak Krakatau. Retakan tersebut memanjang dari arah utara ke lereng kawah gunung di sisi selatan.

Retakan tersebut, menurut Kepala BMKG Dwikorita bisa berkembang menjadi longsor bawah laut saat erupsi. 

Berikut fakta terbaru Gunung Anak Krakatau yang erupsi kembali pada Kamis pagi, 3 Januari 2019:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

1. Gunung Anak Krakatau Meletus Lagi

Penampakan jejak abu vulkanis Gunung Anak Krakatau yang tertangkap kamera satelit NASA pada 24 September 2018 (NASA)
Penampakan jejak abu vulkanis Gunung Anak Krakatau yang tertangkap kamera satelit NASA pada 24 September 2018 (NASA)

Erupsi Gunung Anak Krakatau terpantau pada Kamis pagi, 3 Januari 2019, dari pukul 06.00 hingga 12.00 WIB.

Saat erupsi, kolom abu akibat yang muntahkan mencapai 2.000 meter dari puncak gunung.

Sebelum kembali erupsi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada 60 gempa letusan yang diiringi 32 gempa embusan dan gempa tektonik dari puncak Anak Krakatau.

"60 gempa letusan dengan amplitudo 16-30 mm dan durasi 38-120 detik, sedangkan gempa embusan dengan amplitudo 8-28 mm dan durasi 39-145 detik," jelas petugas di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau.

2. Patahan Sepanjang 1 Kilometer

Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau. (dok BNPB)

Selain erupsi, kata Mardiono, kini muncul patahan sepanjang 1 kilimeter di tubuh Gunung Anak Krakatau. Jika patahan tersebut runtuh bisa menyebabkan tsunami.

Aktivitas gempa vulkanik juga terus terjadi saat erupsi. Tercatat ada 4 kali letusan, 12 kali embusan, dan satu kali gempa vulkanik dalam.

"Gempa tremor juga terjadi terus-menerus," kata Mardiono, petugas Pos Pantau Anak Krakatau.

3. Tinggi Abu Vulkanik Capai 2.000 Meter

Begini Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Aktivitas Gunung Anak Krakatau dari udara yang terus mengalami erupsi, Minggu (23/12). Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami erupsi pada Sabtu malam sekitar pukul 21.03 (Liputan6.com/Pool/Susi Air)

Saat Gunung Anak Krakatau kembali erupsi, kolom abu gunung di Selat Sunda ini mencapai ketinggian 2.000 meter.

Kolom abu teramati berwarna hitam tebal dan condong ke arah utara dan timur laut.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan berdurasi sekitar 2 menit 8 detik.

"Tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih Siaga (level III) dan erupsi masih terjadi sehingga masih terdapat ancaman berupa lontaran material letusan, sehingga direkomendasikan untuk tidak mendekat dalam radius 5 kilometer dari kawah," ujar Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar.

4. Potensi Tsunami?

Penampakan Volume Gunung Anak Krakatau yang Menyusut
Pengamatan Gunung Anak Krakatau dilihat dari Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampumg Selatan, Senin (31/12). Pengamatan PVMBG, tinggi gunung dari permukaan air laut hanya tersisa 110 meter. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Erupsi Gunung Anak Krakatau, lanjut Rudy, tidak menimbulkan potensi tsunami. Hal ini berdasarkan analisis data yang dipegang Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Dari hasil evaluasi seismik dan data visual PVMBG, Gunung Anak Krakatau saat ini masih dalam fase erupsi.

Di samping itu masih terekam kegempaan di stasiun seismik di Pulau Sertung berupa gempa-gempa letusan, embusan, dan tremor menerus dengan amplitudo maksimum dominan 7 mm.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya