5 Fakta Kondisi Gunung Merapi Usai Hujan Abu

Hujan abu Gunung Merapi juga sempat mengganggu penerbangan.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 07 Jan 2019, 16:30 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2019, 16:30 WIB
Gunung Merapi Meletus
Gunung Merapi memuntahkan abu vulkanik terlihat di Cangkringan, Yogyakarta, (1/6). Gunung Merapi kembali meletus mengeluarkan abu mencapai ketinggian sekitar 6 kilometer (4 mil) dan berlangsung dua menit. (AP Photo/Slamet Riyadi)

Liputan6.com, Sleman - Beberapa hari terakhir, aktivitas vulkanik Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta, sedang meningkat. Hujan abu Gunung Merapi terus turun.

Bahkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDP) Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menyiapkan sekitar 25.000 masker untuk mengantisipasi abu dari letusan Gunung Merapi.

"Untuk hujan abu yang terjadi tadi malam (4 Januari) kami sudah mengirimkan 2.600 masker ke Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten," kata Kepala BPBD Kabupaten Klaten Bambang Giyanto di Klaten, Sabtu 5 Januari 2019.

Ia mengatakan hujan abu terjadi sekitar 150 detik pada pukul 21.01 WIB dengan amplitudo 70 mm dan jarak luncur kurang lebih 1,2 km ke arah hulu Kali Gendol, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Tak hanya itu, hujan abu Gunung Merapi juga sempat mengganggu penerbangan. Hal ini berdasarkan surat elektronik (e-mail) volcano observatory notice for aviation (VONA).

Berikut 5 fakta kondisi terakhir Gunung Merapi yang dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

1. Hujan Abu Ganggu Penerbangan

Gunung Merapi kembali meletus pada Jumat pagi (1/6/2018)
Gunung Merapi kembali meletus pada Jumat pagi (1/6/2018) (foto: BNPB)

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyatakan sembilan gunung api di Indonesia telah mengganggu jalur penerbangan. Salah satunya adalah Gunung Merapi.

Hal itu disebabkan aktivitas vulkanologi berupa kolom abu dampak erupsi yang cukup tinggi.

"Disampaikan melalui email VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) dengan menggunakan aplikasi MAGMA Indonesia ke stakeholders nasional maupun internasional seperti Dirjen Perhubungan Udara-Kemenhub, BMKG, Air Nav, Air Traffic Control, Airlines, VAAC Darwin, VAAC Tokyo, dan lain-lainnya," kata Kasbani dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Minggu, 6 Januari 2019.

Melalui surat elektronik (e-mail) volcano observatory notice for aviation (VONA), Gunung Merapi, Jawa Tengah, terkirim kode warna green diterbitkan tanggal 3 Juni 2018 pukul 20.39 WIB.

Pengiriman VONA itu, terkait dengan adanya aktivitas hembusan asap berwarna putih, dengan ketinggian kolom asap setinggi 3768 meter di atas permukaan laut atau sekitar 800 meter di atas puncak.

 

2. Warga Diminta Aktif Ronda

Erupsi Gunung Merapi
Erupsi Gunung Merapi. (Liputan6.com/Istimewa)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDP) Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menyiapkan sekitar 25.000 masker untuk mengantisipasi abu dari letusan Gunung Merapi.

"Untuk hujan abu yang terjadi tadi malam (4 Januari) kami sudah mengirimkan 2.600 masker ke Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten," kata Kepala BPBD Kabupaten Klaten Bambang Giyanto di Klaten, Sabtu 5 Januari 2019.

Ia mengatakan hujan abu terjadi sekitar 150 detik pada pukul 21.01 WIB dengan amplitudo 70 mm dan jarak luncur kurang lebih 1,2 km ke arah hulu Kali Gendol, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Ia menuturkan, pada hari ini, hujan abu tipis kembali terjadi pada pukul 11.50 WIB di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang. Meski demikian, sejauh ini kondisi tersebut tidak berdampak pada aktivitas warga.

Sementara itu, Kepala BPBD Provinsi Jawa Tengah Sarwa Pramana mengatakan ikut memantau langsung perkembangan aktivitas Gunung Merapi.

"Kami mengimbau masyarakat tetap tenang karena aktivitas Merapi masih level waspada," katanya dilansir Antara.

Ia juga meminta masyarakat melanjutkan aktivitas ronda sekaligus memantau perkembangan Gunung Merapi. Terkait hal itu, ia merekomendasikan agar tidak ada aktivitas di luar kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana di sekitar puncak Gunung Merapi.

"Radius 3 km dari puncak Gunung Merapi agar dikosongkan dari aktivitas penduduk dan masyarakat yang tinggal di KRB (kawasan rawan bencana, red) lll mohon meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi," katanya.

Menurut dia, jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

"Kami juga meminta agar masyarakat tidak terpancing isu-isu mengenahi erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat," katanya.

 

3. Siapkan Kluster Pengungsian

Gunung Merapi
Gunung Merapi (Liputan6.com/ Reza Kuncoro)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten menyatakan hujan abu akibat aktivitas Gunung Merapi yang terjadi pada Jumat, 4 Januari 2019 malam tidak mengganggu aktivitas warga.

"Terjadi luncuran lava sejauh 1,2 kilometer dan tidak parah, hanya berlangsung 20 menit," kata Kepala BPBD Kabupaten Klaten Bambang Giyanto di Klaten, Sabtu, 5 Januari 2019.

Ia mengatakan kejadian tersebut pada pukul 20.01 WIB. Dua desa yang terkena hujan abu tersebut, yaitu Desa Tegalmulyo dan Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

"Malam itu juga kami langsung 'dropping' masker, meskipun di sana (rumah warga, red.) juga masih tetapi kami mengantisipasi kalau kekurangan," katanya dilansir Antara.

Ia mengatakan beberapa hari terakhir ini, Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar yang mengarah ke Kali Gendol, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

"Semalam juga keluar lagi lava pijar, tepatnya pukul 00.53 WIB dan hanya berlangsung sekitar dua menit," katanya.

Sebagai langkah antisipasi terjadinya erupsi Merapi, pihaknya sudah menyiapkan 10 klaster pengungsian, di antaranya klaster pengungsian, klaster keamanan, klaster peternakan, klaster kesehatan, dan klaster dapur umum.

"Tetapi biasanya untuk para pengungsi ada sistem pengungsian mandiri. Mereka ada partner untuk mengungsi, jadi mereka sudah menyiapkan tempat masing-masing. Ini sesuai SOP (standar operasional prosedur, red)," katanya.

Ia mengatakan, salah satu kendala pengungsian, yaitu warga meminta agar ternaknya terlebih dahulu yang diungsikan baru mereka mau keluar dari tempat tinggalnya. "Ini agak menyulitkan kami, tetapi kemauan warga seperti itu," katanya.

Salah satu relawan Kecamatan Kemalang, Djenarto, mengatakan sejauh ini kehidupan warga setempat masih kondusif dan nyaman.

"Mereka tidak terganggu dengan kejadian semalam, ini juga bekas abu Gunung Merapi sudah tidak kelihatan karena tadi malam sangat tipis," katanya.

 

4. Lava Pijar Gunung Merapi

Gunung Merapi
Warga melakukan aktivitas seperti biasanya setelah sempat mengungsi semalam di TPPS Tlogolele, Selasa (22/5).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Gunung Merapi kembali meluncurkan lava pijar, Senin pagi, sekitar pukul 04.50 WIB. Luncuran lava pijar mengarah ke hulu Kali Gendol, Sleman, Yogyakarta dan terlihat jelas dari Pos Pantauan Merapi Induk Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah.

Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Senin (7/1/2019), status Gunung Merapi masih berada dalam level dua atau waspada.

Meski demikian warga diminta untuk tidak perlu panik. Untuk mengantisipasi adanya hujan abu, petugas sudah menyiapkan cadangan masker.

Warga pun tak tinggal diam, mereka melakukan jaga malam untuk mengantisiapsi terjadinya peningkatan aktivitas di Merapi. Mereka juga diminta tidak mempercayai informasi yang belum pasti atau hoaks.

Selain itu, warga juga diminta untuk menaati rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), yaitu tidak melakukan aktivitas dalam radius kurang dari 3 kilometer dari Puncak Merapi.

 

5. Tetap Ramai Dikunjungi

Gunung Marapi
Pemandangan Gunung Singgalang dari Cadas Merapi (foto : akbarmuhibar)

Aktivitas vulkanik Gunung Merapi sedang meningkat. Namun minat wisatawan untuk datang berwisata ke lereng Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta, tak surut.

Seperti ditayangkan Liputan6 SCTV, Minggu, 6 Januari 2019, salah satu objek wisata terdekat dengan puncak Gunung Merapi, Bukit Klagon, bahkan tak sepi pengunjung. Warga datang ke Bukit Klagon untuk berswafoto serta mencari rumput untuk hewan ternak mereka.

Padahal, lokasi wisata tersebut hanya berjarak sekitar 4 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Dari lokasi wisata, warga bisa melihat Gunung Merapi dan Kota Yogyakarta dengan lebih dekat dan jelas. Apalagi harga tiket masuk ke lokasi wisata terbilang murah yaitu Rp 3.000.

"Ibaratnya lokasi ini salah satu tempat yang banyak minat wisatanya ya. Makanya saya ke sini," ujar salah satu wisatawan, Salsalina.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya