Ulama dan Habaib se Jabodetabek Tolak Polarisasi Umat

Sebelumnya, dia bersama para Ulama dan Habaib menggelar Silahturahmi dan doa bersama sekaligus menyampaikan pernyataan sikap bersama untuk keutuhan NKRI.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Mei 2019, 22:32 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2019, 22:32 WIB
Ulama dan habaib
Ulama dan Habaib se Jabodetabek tolak polarisasi umat. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Para Ulama, habaib se Jabotabek mengajak masyarakat untuk bersatu kembali dan tidak terbelah atau terpolarisasi antarkelompok kekuatan, jelang penghitungan suara Pilpres dan Pileg pada 22 Mei 2019 mendatang.

Salah satu ulama, Muhyidin Ishaq berharap kepada para ulama, habaib dan mubalig atau guru leker untuk dapat menyejukkan situasi yang kondusif. Selain itu ia mengimbau masyarakat untuk tidak termakan berita-berita hoax.

"Kita ingin para mubalig dan ustaz menyampaikan pesan-pesan yang kondusif kepada masyarakat sambil menunggu KPU. Jangan sampai nanti masyarakat termakan berita-berita hoax yang mengarah kepada perpecahan bangsa," Ucap Muhyidin Ishaq, Jakarta, Minggu (12 /5/2019).

Sebelumnya, dia bersama para Ulama dan Habaib menggelar Silahturahmi dan doa bersama sekaligus menyampaikan pernyataan sikap bersama untuk keutuhan NKRI di salah satu aula kawasan Ampera, Jakarta Selatan, pada Jumat 10 Mei 2019.

Hal itu dilakukan, menurut dia ada sekelompok masa yang mengatakan menjaga keutuhan NKRI, namun dia menilai ada sikap-sikap yang malah memecah belah, dan membuat polarisasi umat.

"Kita berkumpul itu berangkat dari bawah, karena melihat keprihatinan bangsa saat ini. Karenanya jangan ada yang memboncengi suhu politik saat ini. Kita ingin menjaga keutuhan NKRI sambil menunggu putusan KPU," tuturnya.

Sementara tokoh masyarakat Betawi, Jubaillah Yusuf menambahkan, jika melihat kondisi real count KPU sudah jelas mereka bekerja dengan sungguh-sungguh. Apalagi, banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia.

"Saya turut berduka cita, semoga mereka husnul khotimah. Dan, dengan digulirkannya isu-isu kecurangan saya rasa itu hal yang sangat naif. Kasihan masyarakat mereka sudah bekerja keras susah payah dengan saksi yang begitu banyak, mustahil ada kecurangan-kecurangan," ujar Jubaillah yang juga Ketua Penyelenggara Silaturahmi Para Ulama dan Habib se Jabotabek ini.

 

Jangan Saling Fitnah

Ilustrasi hoax
Ilustrasi hoax (iStockPhoto)

Karenanya dia mengimbau pada ramadhan ini, agar saling menjaga dari fitnah dan hoax. Dia juga menyebutkan untuk memberikan kepercayaan penuh kepada KPU dan Bawaslu, yang Insya Allah kata dia dua lembaga itu amanah dalam menjalankan tugasnya.

"Kita harapkan, denga kumpulnya para ulama dan habaib di bulan Ramadan ini untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat, jangan ikut-ikutan. Karena ini sudah benar penyelenggaraan Pemilu, sudah baik, sudah susah payah dengan mengunakan uang negara. Jangan bikin susah aparat, aparat juga manusia. Sudah bekerja setiap hari dari mulai kampanye, masa tenang, sampai pemilu. Saya berharap implementasi bulan suci ini harus diterapkan dengan baik," tutur dia.

Terkait adanya wacana pemilu ulang, dia menilai tidak masuk akal, karena apa penyelenggaranya sudah berjalan dengan baik. Saksi semua pihak ada. Karenanya dia heran apa yang mau dilaporkan. Kalau memang punya alat bukti sudah ada saluran hukumnya.

"Silakan melalui mahkamah konstitusi, saya rasa itu. Buat apa semua lembaga dibentuk, terus kita mengunakan cara-cara yang lain. Kita bukan nggak bisa mengunakan kekuatan, NU dan Banser siap, tapi kan bukan itu, bukan main gede-gedean gitu. Tapi kalau mau dicobakan sudah ngak benar. Ini negara," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya