Liputan6.com, Jakarta Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko memaparkan peta kemiskinan di Banyuwangi, saat Komisi XI DPR melakukan kunjungan kerjanya, Senin (27/5). Hasilnya, 12 legislator terkesan dengan penjelasan Yusuf yang dikenal dengan program UGD (Unit Gawat Darurat) kemiskinan.
Dipimpin Wakil Ketua Komisi XI Marwan Cik Asan, rombongan mendengarkan pemaparan Yusuf melalui layar monitor yang terpasang di Lounge Pelayanan Publik. Dijelaskan Yusuf, penanganan kemiskinan di Banyuwangi melibatkan banyak stakeholder.
Bahkan, di setiap desa terdapat tim penanganan kemiskinan yang bertugas menyisir permasalahan warga di tingkat lokal agar segera tertangani. Data yang ada dari desa lalu disinkronkan dengan data dari pusat dan pemkab. Bisa dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan maupun Badan Pusat Statistik.
Advertisement
"Peta kemiskinan yang terpapar di sini adalah hasil sinkronisasi data. Di peta ini terpampang jelas, misalnya penduduk X ini masuk dalam indikator kemiskinan yang mana dan sudah mendapat bantuan dari program apa saja. Jadi, intervensi bantuan yang akan diberikan sangat terukur, sehingga mempercepat pengentasan warga miskin," terang Yusuf.
Penjelasan tersebut langsung diapresiasi para anggota Komisi XI DPR. Menurut mereka, cara atau program yang dilakukan Banyuwangi dalam pengentasan kemiskinan berjalan efektif.
"Ini menarik sekali, daerah sudah bisa membuat peta kemiskinan dengan detail. Bahkan melakukan sinkronisasi data hingga level desa. Seharusnya daerah lain bisa mencontoh peta semacam ini," kata Marwan.
Sekadar diketahui, kunjungan spesifik para legislator ini dalam rangka pertemuan dengan industri keuangan (Otoritas Jasa Keuangan, PT. Pegadaian, Jasa Raharja dan Perbankan) yang digelar di Hotel Dialog, Banyuwangi.
Saat ditanya mengapa memilih rapat di Banyuwangi, pihaknya mengaku bisa menyerap semangat inovasi yang banyak digiatkan di kabupaten ujung timur Pulau Jawa tersebut.
"Salah satu keuntungan menggelar pertemuan di sini, selain fasilitas yang memadai dan destinasi wisatanya menarik, kami dapat bonus, yaitu bisa menyerap semangat inovasi yang tumbuh di daerah ini," kata Marwan.
Dalam kesempatan itu, Marwan juga mengaku terpesona dengan berbagai arsitektur bangunan yang ada di kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini.
"Banyuwangi ini memang beda. Sejak turun dari pesawat dan melihat desain bandara, saya terkagum-kagum. Belum lagi lounge-nya. Tak hanya itu, kantor pemkab juga terlihat menyenangkan," kata Marwan.
(*)