Mulai Tak Nyaring Bersuara, Para Oposan Siap Tunggu Kursi Kabinet Jokowi?

Sempat memanas, akhirnya 13 Juli kemarin sudah menjadi simbol meredanya tensi politik.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 16 Jul 2019, 07:22 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2019, 07:22 WIB
Penuh Tawa, Jokowi-Prabowo Makan Sate Bersama
Presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi (kiri) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berjalan usai keluar dari Stasiun MRT Senayan, Jakarta, Sabtu (13/7/2019). Jokowi dan Prabowo makan siang bersama di pusat perbelanjaaan FX Sudirman. (Liputan6.com/JohanTallo)... Selengkapnya

 

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan Presiden 2019 telah usai dengan menempatkan Joko Widodo atau Jokowi dan Ma'ruf Amin sebagai pemenang, dari lawannya Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Sempat memanas, akhirnya 13 Juli kemarin sudah menjadi simbol meredanya tensi politik. Hal ini seakan-akan, juga mereda para oposan atau parpol yang diawal menyatakan beroposisi. Mereka tak lagi nyaring bersuara.

Meski belum ada pernyataan resmi, baik dari Gerindra, Demokrat, dan PAN, ketiganya seakan tak betah melihat kursi kabinet atau lembaga yang akan mulai 'dibagikan' Jokowi.

Lihat saja Sekjen PAN Eddy Soeparno. Dia mengatakan, baik berada di koalisi maupun di oposisi, sama-sama terhormat.

"Saya kira oposisi atau pemerintah, dua-duanya sangat terhormat. Yang penting bagaimana kita itu dalam jalankan kegiatan pengabdian ke masyarakat itu dirasakan oleh masyarakat. Itu saja yang penting," ucap Eddy di kantor DPP PAN, Jakarta, Senin (16/7/2019).

Bahkan, dia tak menampik, sikap ini membawa dua perbedaan di tubuh partainya. Meski demikian, dirinya beranggapan hal itu biasa saja.

"Namanya juga partai politik, bukan hanya di PAN, partai lain juga ada perbedaan pandangan. Dan saya kira di PAN itu kita justru menghargai berbagai pandangan yang ada. Dan kita biarkan itu sebagai bagian dari proses pendewasaan demorkasi di dalam internal partai," jelas Eddy.

Bahkan, masih kata dia, jika partainya sudah mencap sebagai oposisi, bukan berarti tak bisa mendukung pemerintahan Jokowi.

"Maksud saya udah lah, kita berada di luar pemerintahan sekalipun itu, kita bisa kok mendukung program-program pemerintah. Jadi oposisi cuman tittle aja," kata Eddy.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Mulai Melunak

Jokowi-Prabowo bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Sabtu (13/7/2019). (Liputan6.com/Lizsa Egeham)
Jokowi-Prabowo bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Sabtu (13/7/2019). (Liputan6.com/Lizsa Egeham)... Selengkapnya

Suara sumbang juga disuarakan Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono. Yang biasanya keras, dia melunak menyikapi pertemuan Jokowi dan Prabowo.

"Sangat lucu deh kalau pertemuan Kangmas Joko Widodo Dan Prabowo pada marah, kesal, dan kecewa sama Mas Bowo. Bagi yang kecewa dan kesal akan silahturahmi kedua tokoh ini, cobalah tersenyum untuk Indonesia saja. Jangan menghujat apalagi membully terus. Nanti jadi enggak bersahaja loh wajahnya," kata Arief.

Bahkan, Ketua DPP Gerindra Sodik Mujahid, meski menyuarakan partainya akan berada di luar pemerintah, menurutnya itu semua berada di tangan Prabowo.

"Kalau soal tawaran konkretnya yang berhak bicara adalah pimpinan kami," jelas Sodik.

Sinyal-sinyal para oposan 'tak punya nyali' untuk bersuara lagi, dimulai dari para kader Demokrat. Bahkan seusai pencoblosan pun, mereka mulai meredup.

Kini, mereka tengah menunggu Majelis Tinggi Demokrat untuk memutuskan langkah politik partainya ke depan.

"Jadi nanti tunggu lah sampai Majelis Tinggi itu menyampaikan Demokrat arahnya mau ke mana. Tapi kemanapun arah Demokrat, InsyaAllah itu akan baik untuk masyarakat dan baik untuk bangsa," kata politisi Demokrat Roy Suryo.

Bahkan, Presiden PKS Sohibul Iman, yang kader-kadernya percaya diri berada di luar koalisi, ternyata tak bisa langsung memutuskannya.

"PKS tentu juga punya sikap politik sendiri yang akan ditentukan melalui Musyawarah Majelis Syuro," tutupnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya