Deretan Fakta Saat Gunung Tangkuban Parahu Kembali Erupsi

Erupsi pada Gunung Tangkuban Parahu tidak hanya terjadi sekali. Erupsi pertama terjadi Kamis malam, pukul 20.46 WIB.

oleh Maria Flora diperbarui 02 Agu 2019, 12:40 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2019, 12:40 WIB
Suasana Gunung Tangkuban Perahu Sehari Setelah Erupsi
Abu letusan gunung berapi Tangkuban Perahu terlihat di Subang, Kabupaten Bandung Barat, provinsi Jawa Barat (26/7/2019). Gunung Tangkuban Parahu meletus. Lontaran abu mencapai ketinggian sekitar 200 meter. (AFP Photo/Timur Matahari)

Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas vulkanis Gunung Tangkuban Parahu di Subang, Jawa Barat kembali meningkat Kamis malam, 1 Agustus 2019. Peningkatan tersebut kini membuat statusnya naik dari Normal (Level I) ke level Waspada (Level II).

"Karena ada peningkatan ancaman, maka hari ini, 2 Agustus 2019 mulai jam 8 pagi ini Gunung Tangkuban Parahu dinyatakan statusnya naik dari level 1 Normal menjadi level 2 Waspada," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kasbani di Bandung, Jumat (2/8/2019).

Saat terjadi peningkatan, kolom abu dengan intensitas tebal teramati condong ke arah utara dan timur.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 50 mm dan durasi kurang lebih 11 menit 23 detik.

Sebelumnya, Gunung Tangkuban Parahu Jawa Barat mengalami erupsi pertama pada Jumat, 26 Juli 2019. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) menyebutkan bahwa erupsi Gunung Tangkuban Parahu merupakan tipe freatik.

Berikut fakta Gunung Tangkuban Parahu yang kembali erupsi:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


2 Kali Erupsi

Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu
Embusan gas berwarna putih tipis dengan ketinggian 50 meter dari dasar Kawah Ratu di Gunung Tangkuban Parahu pada Minggu (28/7/2019). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Erupsi pada Gunung Tangkuban Parahu tidak hanya terjadi sekali. Erupsi pertama terjadi pukul 20.46 WIB, Kamis 1 Agustus 2019. Saat terjadi peningkatan, tinggi kolom abu teramati sekitar 180 meter dari dasar kawah.

Kemudian pada pukul 00.43 WIB, Jumat (2/8/2019), erupsi kedua kembali terjadi. Namun, dengan tinggi kolom yang tak teramati.

PVMBG mencatat, sejak Kamis malam telah terjadi peningkatan aktivitas vulkanik sebanyak 8 kali.

"Sejak malam ada peningkatan yang cukup signifikan, ada beberapa kali erupsi. Setidaknya ada 4 kali erupsi pada malam hari, sedangkan pada dini hari tadi 4 kali erupsi," kata Kasbani.


Jarak Aman 1,5 Km

Suasana Gunung Tangkuban Perahu Sehari Setelah Erupsi
Petugas Basarnas meninjau gunung Tangkuban Perahu sehari setelah erupsi di Subang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (27/7/2019). PVMBG menyatakan berdasarkan analisis, Gunung Tangkuban Parahu masih berpotensi erupsi dengan masih terekamnya tremor berkelanjutan. (AFP Photo/Timur Matahari)

Akibat adanya peningkatan status Gunung Tangkuban Parahu tersebut, imbauan pun dikeluarkan PVMB agar masyarakat menjauh dari 1.500 meter dari pusat kawah.

Mereka meminta warga tetap tenang dan mengikuti terus perkembangan terkait kondisi Gunung Tangkuban Parahu.

"Ancaman daerah bahaya sejauh 1,5 kilometer dari pusat kawah. Kami harapkan masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan PVMBG terkait perkembangan Gunung Tangkuban Parahu," ujarnya.

Selain itu, masyarakat diimbau tidak berlama-lama berada di sekitar kawah aktif Gunung Tangkuban Parahu agar terhindar dari paparan gas yang dapat berdampak bagi kesehatan dan keselamatan jiwa.


Dipastikan Tak Ada Wisatawan

Gunung Tangkuban Parahu
Area Kawah Ratu di kawasan wisata Gunung Tangkuban Parahu menunjukkan aktivitas vulkanologi normal pada Minggu (28/7/2019). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Sementara itu, Petugas di Pos Pengamatan Gunung Tangkuban Parahu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Ilham Mardikaryanta menyatakan, saat erupsi terjadi pihaknya memastikan kawasan wisata Gunung Tangkuban Parahu dipastikan tidak ada pengunjung maupun pedagang.

"Tidak ada, kosong kalau malam hari," kata Ilham saat dikonfirmasi.

Dia juga belum bisa memastikan abu vulkanik dipastikan turun atau tidak. Hal itu disebabkan pada malam hari penglihatan jarak pandang cukup terganggu.

"Soalnya ini posisinya malam hari ya, untuk visualnya tidak bisa optimal," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya