Kepala Suku Pastikan Tak Ada Warga Arfak Terlibat Aksi Anarkis di Papua Barat

Masyarakat Suku Arfak berkomitmen untuk melanjutkan apa yang sudah diletakkan para orang tua dalam menjaga kerukunan dan kedamaian.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Sep 2019, 05:14 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2019, 05:14 WIB
Kota Manokwari
Salah satu sudut Kota Manokwari. (Liputan6.com/Katharina Janur/ist)

Liputan6.com, Jakarta - Suku Besar Arfak mengharapkan semua pihak menghargai warga suku tersebut sebagai tuan rumah di wilayah Provinsi Papua Barat.

Suku Besar Arfak pada Minggu menggelar pertemuan masyarakat adat untuk menyikapi aksi yang berujung rusuh di Manokwari, Papua Barat, pada 19 Agustus 2019 

Arfak adalah suku asli yang mendiami Manokwari. Wilayah adat suku ini meliputi Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan, Pegunungan Arak, Teluk Bintuni, Teluk Wondama dan Tambrauw.

"Manokwari ini rumah kita bersama, orang tua kami dahulu menerima siapapun dari suku apapun yang datang ke Manokwari," kata Kepala Suku Besar Arfak, Dominggus Mandacan pada pertemuan yang digelar di Manokwari tersebut.

"Kami menghargai siapa saja, tolong hargai kami juga sebagai tuan rumah. Siapapun tidak boleh berbuat kerusakan di sini," kata dia.

Dominggus memastikan, tidak ada warga dari Suku Arfak yang terlibat dalam aksi yang diwarnai dengan pembakaran kantor DPRD Provinsi Papua Barat, kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) serta fasilitas publik dan tempat usaha milik warga tersebut.

"Manokwari ini kita juluki sebagai kota Injil, karena itu semua orang yang ada di sini harus merasa aman. Kita harus jamin kota Injil ini tanah aman, tanah yang damai untuk siapapun," katanya.

Masyarakat Suku Arfak berkomitmen untuk melanjutkan apa yang sudah diletakkan para orang tua dalam menjaga kerukunan dan kedamaian. Sebagai tuan rumah, Suku Arfak menjamin masyarakat dari seluruh suku aman tinggal di Manokwari.

Suku Arfak mengutuk tindakan persekusi dan rasial yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya (Jawa Timur). Pihaknya mendesak agar para pelaku ditindak tegas sesuai peraturan yang berlaku di negeri ini.

Pihaknya pun mengutuk aksi anarkis yang terjadi di Manokwari dan beberapa daerah di Papua Barat. Suku Arfak mendukung aparat penegak hukum untuk mengusut dan memproses hukum terhadap para pelaku perusakan, pembakaran dan penjarahan selama aksi berlangsung.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Jangan Sampai Terulang

Kerusuhan Pecah di Manokwari
Massa turun ke jalan dalam unjuk rasa yang berujung kerusuhan di Manokwari, Papua, Senin (19/8/2019). Mereka membakar gedung DPR juga memblokade jalan dengan membakar ban sebagai buntut dari peristiwa yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, serta Semarang beberapa hari lalu. (STR / AFP)

Sementara itu, Kepala Suku Besar Arfak Keturunan Barens Mandacan, Nataniel Mandacan pada kesempatan itu menekankan bahwa aksi anarkis tidak boleh terulang kembali. Situasi keamanan Manokwari harus segera pulih agar pembangunan berjalan lancar.

"Stop! Cukup kantor DPR dan MRP yang terbakar, tidak boleh ada kantor-kantor lain lagi yang terbakar. Demonstrasi boleh tapi damai, tidak boleh merusak, menjarah dan bakar-bakar fasilitas," ujarnya.

Kepala Suku Besar Arfak Keturunan Irogi Maidodga, Keliopas Madodga pun mengimbau seluruh masyarakat Arfak siap menjaga seluruh wilayah adat, termasuk Manokwari.

"Menjaga keamanan harus dimulai dengan sikap kasih sayang dan saling menghargai siapapun," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya