Liputan6.com, Jakarta - Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie wafat pada Rabu 11 September 2019, sekitar pukul 18.05 WIB. Kini, Presiden Ketiga Republik Indonesia itu telah berada di dimensi yang sama dengan sang istri tercinta, Hasri Ainun Habibie.
Mengenang kisah Habibie Ainun, dalam buku Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie karya A Makmur Makka, digambarkan bagaimana detik-detik akhir BJ Habibie merangkum rasa cintanya kepada Ainun lewat basuhan air zam-zam, sebelum meninggal dunia.
Titik klimaks perjuangan Ainun melawan sakit yang dideritanya dimulai pada Rabu, 19 Mei 2010. Habibie yang baru selesai melaksanakan salat tahajud, dikabari dokter bahwa Ainun harus menjalani operasi yang ke-12.
Advertisement
Suasana pun emosional. Sambil mengantar ke ruang operasi, Habibie mengenggam tangan Ainun yang masih dalam kondisi sadar dan terus menatap ke arahnya.
Jumat, 21 Mei 2010, Habibie kembali membicarakan kondisi Ainun bersama tim dokter. Setelah penjelasan panjang lebar, dokter kemudian meminta izin untuk kembali mengoperasi Ainun untuk ke-13 kalinya.
Habibie mengatakan, "Anda sudah operasi istri saya 12 kali dalam 4 minggu dan hasilnya makin memperihatinkan. Apakah jikalau istri saya dioperasi lagi Anda dapat menggaransi keadaan Ainun lebih baik? Jikalau Anda memberi garansi membaik saya dapat menyetujui istri saya dioperasi lagi untuk ke-13 kalinya."
Dengan jujur, tim dokter menyampaikan tidak dapat memberikan garansi. Habibie pun mempertanyakan kebijaksanaannya itu. Para dokter menyatakan bahwa jika mereka dalam posisi tersebut, mereka akan mengambil kebijakan serupa. "Kemungkinannya sedikit istri Anda dapat tertolong."
Habibie kesulitan menahan emosi untuk menerima kenyataan tersebut. "Jika sampai waktunya istri saya akan tidur untuk selama-lamanya, maka jangan diperlihatkan monitor denyut jantungnya kepada saya. Saya pernah melihat itu ketika ibu yang melahirkan saya meninggal di rumah sakit di Singapura 20 tahun yang lalu. Saya takut menjadi histeris, sedih. Tolong dihindari itu."
Dalam kondisi tersebut, Habibie terus berada disamping Ainun. Memanjatkan doa, salat tahajud, sambil tetap berkomunikasi dalam bisik. Hingga pada 22 Mei 2010 sekitar pukul 04.15, dia disarankan untuk istirahat di ruangan lain.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Basuhan Zam-Zam
Pukul 10.00, Habibie kembali menuju kamar ICCU Ainun sambil membawa setengah liter air zam-zam yang diterimanya dari salah seorang pengurus ICMI Eropa. Awalnya, Habibie bermaksud meminumkannya ke Ainun jika sudah diperkenankan.
Lepas zuhur, Habibie membasahi handuk kecil dengan air zam-zam tersebut. Dibasuhnya tubuh Ainun dari kepala hingga ujung kakinya, sambil terus mengulang-ngulang lantunan surat Al Fatihah.
Habibie kemudian merasakan detik-detik terakhir Ainun berpindah ke alam lain. Pukul 17.20, dia memberikan isyarat mata. Lantunan dua kalimat syahadat pun dibisikkan ke telinga Ainun.
Tepat pukul 17.30 waktu Muenchen, Ainun meninggal dunia diiringi doa dan bisikan cinta Habibie.
Advertisement