Selain Wiranto, Ini Pejabat-Pejabat Negara yang Pernah Diteror

Penyidik senior KPK Novel Baswedan diserang orang tak dikenal menggunakan air keras ke wajahnya pada Selasa pagi, 11 April 2017.

oleh Maria Flora diperbarui 15 Okt 2019, 09:35 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2019, 09:35 WIB
Menkopolhukam Wiranto diserang orang tak dikenal saat di Pandeglang, Banten
Menkopolhukam Wiranto diserang orang tak dikenal saat di Pandeglang, Banten. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Apa kabar Menko Polhukam Wiranto? Dia kini mulai belajar berjalan dan bisa diajak bicara pascapenusukan yang dialami saat kunjungan kerja di Pandeglang, Kamis siang, 10 Oktober 2019.

Hal ini diungkap Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto usai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Subroto, Senin, 14 Oktober kemarin.

"Beliau sudah latihan berjalan, dan kemudian mendapatkan perawatan yang intens," kata Hasto.

Politikus PDIP ini berharap kedepannya tak ada lagi para pejabat negara yang mengalami hal serupa. Karenanya perlu ada protap yang lebih ketat untuk memastikan keamanan bagi seluruh pejabat negara.

"Karena apapun, melaksanakan tugas-tugas dalam menjaga stabilitas politik, keamanan negara, ketentraman masyarakat, itu penuh risiko," tutur Hasto.

Jauh sebelum Wiranto, ada pula sejumlah pejabat negara yang pernah mengalami aksi teror. Salah satunya terjadi pada penyidik senior KPK Novel Baswedan. Dua tahun sudah, dalang di balik aksi teror tersebut masih menjadi misteri.

Berikut pejabat-pejabat yang pernah diteror, dirangkum Liputan6.com:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Novel Baswedan

Peringatan 500 Hari Penyerangan Novel Baswedan Digelar di KPK
Novel Baswedan bersama Wadah Pegawai (WP) KPK memperingati 500 hari penyerangan terhadap dirinya di depan Gedung KPK, Jakarta, Kamis (1/11). Penyidik senior KPK itu diserang dengan air keras pada 500 hari lalu. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mendapatkan teror berupa penyiraman air keras di wajahnya, pada Selasa pagi, 11 April 2017.

Peristiwa tersebut tepatnya terjadi pukul 05.10 WIB di Jalan Deposito, depan Masjid Al Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Saat itu, Novel Baswedan usai melaksanakan salat Subuh berjamaah di Masjid Al Ihsan. Tiba-tiba korban dihampiri dua laki-laki tak dikenal menggunakan kendaraan roda dua yang belum diketahui jenisnya.

"Mereka langsung menyiram dengan menggunakan air keras dan mengenai mukanya," demikian keterangan resmi polisi saat itu.

Akibat tindak kekerasan tersebut, Novel Baswedan mengalami cedera. Kelopak mata bagian bawah kirinya bengkak dan berwarna kebiruan. Dahi sebelah kirinya juga bengkak karena terbentur pohon.

Usai penyerangan tersebut Novel dilarikan ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, sementara para pelaku melarikan diri.

Kepada sang istri, pria kelahiran Semarang itu menceritakan soal siapa-siapa saja yang ia duga sebagai pelaku dan otak penyerangnya.

Namun, menurut Rina, Novel mengatakan, mereka tak akan tertangkap. Diduga ada keterlibatan "orang besar" di balik skenario penyerangan pagi buta itu.

"Dari awal Pak Novel sudah cerita kalau pelakunya tidak akan ditangkap. Dan buktinya, sudah setahun belum ditangkap," ungkap istri Novel Baswedan kala itu.

Pada 25 Februari 2018 siang, Novel Baswedan berbincang dengan Liputan6.com di rumahnya di jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Salah satu yang dibahas adalah dugaan keterlibatan "orang besar" dalam penyerangannya.

Novel juga hanya bergumam ketika ditanya siapa Jenderal yang terlibat. Malah dia mengaku belum mengetahui persis soal siapa yang tega membuat mata kirinya buta saat ini.

"Hmmm, siapa? Ada jenderal? Ah, bisa saja situ," ujar Novel Baswedan.


Agus Rahardjo

OTT Bupati Pakpak Bharat, KPK Tunjukan Barang Bukti Suap
Ketua KPK Agus Rahardjo saat memberi keterangan terkait OTT Bupati Pakpak Bharat Sumatera Utara, Remigo Yolanda Berutu di Gedung KPK, Jakarta, Minggu (18/11). KPK menetapkan tiga tersangka termasuk Remigo Yolanda Berutu. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dua tahun berlalu, aksi teror kembali menyasar para petinggi KPK. Kali ini korbannya adalah Ketua KPK Agus Rahardjo.

Benda diduga bom tersebut ditemukan di kediaman Agus di Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu, 9 Januari 2019.

Berdasarkan gambar yang diterima Liputan6.com, benda yang diduga bom terbuat dari pipa berukuran sedang. Terdapat lilitan kabel berwana oranye, kuning, dan biru yang di tempel menggunakan lakban hitam.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, benda mirip bom tersebut disimpan di dalam sebuah tas warna hitam. Hanya saja ia enggan mengungkap detail benda yang ada di dalam tas tersebut.

"Di kediaman Ketua KPK di Bekasi, ada tas yang ditemukan tercantel di pagar," kata Argo di Mabes Polri.

Dari hasil investigasi, benda mencurigakan di rumah Ketua KPK Agus Rahardjo sebagai fake bomb atau bom palsu.

"Yang di rumah Pak Agus itu adalah fake bomb atau bom palsu, jadi itu bukan bom," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis, 10 Januari 2019.

Tas hitam itu terdiri dari beberapa kabel, pipa paralon, baterai, serbuk putih, paku, dan material lain yang menyerupai bom.

Bom palsu itu dipastikan tidak berbahaya. Sementara, serbuk putih yang ditemukan bukan termasuk bahan peledak.

"Tidak merupakan firing divices yang selayaknya bom. Detonator tidak ada sama sekali," tuturnya.

Karena itu, Polri menyimpulkan bahwa benda yang ditemukan di pagar rumah Ketua KPK Agus Rahardjo di Bekasi, Jawa Barat, adalah bom palsu.


Laode M Syarif

Konpers OTT Romahurmuziy
Wakil Ketua KPK Laode M Syarif memberikan keterangan terkait OTT Ketum PPP Romahurmuziy, di gedung KPK, Sabtu (16/3). KPK mengamankan uang total Rp 156 juta dalam operasi tangkap tangan (OTT) di Surabaya pada Jumat (15/3). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pada hari yang bersamaan, aktivitas mencurigakan terekam CCTV di kediaman Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di Kalibata Selatan. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 01.00 WIB.

Saat itu, seorang warga mengaku mendengar ada bunyi pecahan kaca dari rumah Laode. Tak berapa lama dia mendengar suara bising dari knalpot motor.

"Dengar tengah malam kayak ada botol kaca pecah. Karena dulu ada yang ngelempar ke gang, bunyinya seperti botol pecah. Lalu ada bunyi bluk. Habis itu ada suara motor kencang. Jam 12 malam menjelang setengah 1, gitu suara motornya. Kenceng ngebut, ngegas," jelas Anita.

Hal senada juga diungkapkan Suwarni. Dia juga menyaksikan botol yang diduga bom itu dalam posisi berdiri.

"Botol kaca ada apinya layak sentir. Ada sumbunya di pojok pintu. Pas ada sopir datang, pas mau buka pintu mau lihat itu. Pas sopir datang kuncinya dilempar ke luar yang nyuruh pembantunya. Ada apa Pak Bambang, ada bom molotov. Enggak lama Pak Laode dan istrinya keluar. Cuma lihat aja keluar," kata Suwarni.

Polisi dan Tim Densuu 88 Antiterr langsung mengamakan TKP dan mengamankan barang bukti yang ditemukan para saks, termasuk CCTV.

Dari temuan tersebut, polisi menduga benda yang ditemukan di depan rumah kediaman Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif berupa bom molotov. Karena ada warna hitam bekas terbakar di dinding garasi rumah.

 


Menko Polhukam Wiranto

Wiranto Berkunjung ke Pandeglang
Menko Polhukam Wiranto saat berkunjung ke Pandeglang, Banten. Dalam kunjungan ini, Wiranto diserang orang tak dikenal. (Istimewa)

Sementara itu, pascapenusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto Tim Densus 88 Antiteror Polri telah menangkap 22 terduga teroris.

Tiga di antaranya merupakan terduga teroris yang saling terkait dalam aksi penusukan Wiranto . Mereka adalah Syahrial Alamsyah alias Abu Rara, FA istri dari Abu Rara, dan seorang perempuan berinisial RA di Banten.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyebut, sehari setelah penyerangan tersebut, pada 11 Oktober 2019, Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap enam terduga teroris di berbagai wilayah.

Mereka adalah AT dan ZAI yang ditangkap di Bali, S alias Jack Sparrow ditangkap di Sulawesi Utara, R alias Putra ditangkap di Jambi, dan H ditangkap di Cengkareng, Jakarta Barat.

"Atas nama S alias Jack Sparrow ini di Minahasa. Keterlibatannya bergabung dengan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan berencana jihad di Papua. Kemampuannya merakit dan membuat bom," jelas dia.

Selanjutnya, lima terduga teroris dibekuk pada Minggu 13 Oktober 2019. Terakhir, sebanyak delapan terduga teroris ditangkap hari ini, Senin (14/10/2019). Mereka adalah APS, TH, Y yang ditangkap di Bandar Lampung, dan MRM juga UD yang diringkus di Lampung. Kemudian N, JJ, dan AAS dibekuk di Bandung.

Menko Polhukam Wiranto diserang saat kunjungan kerja di Pandeglang, Banten. Dia terkena luka tusuk. Wiranto sempat dibawa ke RSUD Berkah Pandeglang untuk mendapatkan pertolongan sebelum dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Direktur Utama RSUD Berkah Pandeglang Firman menyatakan, Wiranto terkena dua tusukan di bagian perut.

Akibat penusukan yang dilakukan terduga teroris Abu Rara tersebut, saluran pencernaan Wiranto terluka. Tim medis mengambil tindakan operasi dengan memotong sekitar 40 cm ususnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya