Tantangan Kian Berat, Partai Golkar Didorong Lakukan Perubahan

Freddy meyakini, kader yang betul-betul mencintai Golkar pasti akan bersuara melihat kondisi partai saat ini.

oleh Muhammad Ali diperbarui 21 Nov 2019, 07:20 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2019, 07:20 WIB
Jelang Munas, Partai Golkar Gelar Rapimnas
Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto bersama Ketua MPR Bambang Soesatyo dan Wakil Ketua DPR Aziz Syamsuddin foto bersama saat menghadiri rapat pimpinan nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2019). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Politikus senior Partai Golkar Freddy Latumahina menilai kader di daerah merasa kehilangan sosok pemimpin. Kondisi ini dibuktikan dengan suara Golkar yang anjlok serta tak konsolidasi pengurus daerah-pusat tak berjalan dengan baik juga tidak dijalankannya partai sesuai AD/ART.

"Selama tiga tahun Airlangga pimpin partai, suara turun. Daerah-daerah kehilangan ketokohan Golkar. Jadi bukan hanya di nasional saja. Ini membuat semua orang yang cinta partai bertanya-tanya. Mekanisme tingkat pusat tidak jalan, suka-suka dia, ada kesalahan konsolidasi organisasi, melanggar konstitusi partai, otoriter," kata Freddy, Rabu 20 November 2019.

Freddy meyakini, kader yang betul-betul mencintai Golkar pasti akan bersuara melihat kondisi partai saat ini. Dia memastikan desakan dari para senior agar Airlangga tidak lagi memimpin Golkar bukan karena masalah pribadi, tapi agar partai ini selamat menjalani agenda politik selanjutnya.

Pada Pileg 2019, suara Partai Golkar berada di peringkat tiga dengan perolehan 17.229.789 suara atau 12,31%. Di atasnya ada Partai Gerindra dan PDIP. Padahal saat Pileg 2014, Golkar berhasil meraih 18.432.312 suara atau 14,75%.

"Kesimpulan akhirnya, harus ada perubahan, mengganti semuanya dengan orang baru yang sudah terbukti. Siapa dia? Bambang Soesatyo," tegas Freddy.

Menurut Freddy, Bambang Soesatyo yang sering disapa Bamsoet, salah satu kader Partai Golkar yang cukup berprestasi dan layak didukung menjadi ketua umum. Bamsoet punya jejak sangat panjang dalam berorganisasi. Dia juga terbuka dengan semua kalangan.

"Ini tokoh benaran. Dia berhasil memimpin DPR. Selama 2 tahun, semua berjalan dengan baik. Keputusan diambil dengan musyawarah mufakat. Produksi undang-undang berjalan dengan baik," terang Freddy.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Okjektif Lihat Golkar

Saat ini, Bamsoet menjabat Ketua MPR. Menurut Freddy, jabatan ini bisa melekat pada Bamsoet bukan karena namanya disodorkan oleh Golkar, tapi lebih karena ketokohan dan prestasinya selama di DPR. Melalui musyawarah mufakat, fraksi-fraksi di MPR setuju Bamsoet sebagai ketua.

"Semua orang melihat prestasi Bamsoet dan akhirnya orang membandingkan, Bamsoet sudah berbuat apa? Airlangga juga sudah berbuat apa?" kata Freddy.

Terakhir, Freddy berharap DPD I objektif menilai kondisi Golkar saat ini. Tantangan yang akan dihadapi Golkar ke depan akan semakin berat. Karena itu, Golkar butuh sosok pemimpin yang bisa merangkul semua kader, berjuang bersama meraih suara yang hilang di Pileg 2019.

Selain Freddy, tokoh senior Golkar yang mendukung Bamsoet menjadi ketua umum ada MS Hidayat, Marzuki Darusman, Pontjo Sutowo, Paskah Suzetta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya