Kapal Penumpang Dumai Expres Tenggelam 10 Tahun Silam

10 tahun lalu, Kapal Dumai Expres tenggelam akibat dihantam ombak. Ratusan penumpang menjadi korban.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 22 Nov 2019, 07:31 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2019, 07:31 WIB
20151220-Ilustrasi Kapal Tenggelam-AFP Photo
Ilustrasi kapal tenggelam (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Minggu 22 November 2009, menjadi hari yang mengerikan bagi para penumpang Kapal Ferry Dumai Expes 10. Kapal yang berangkat dari Sekupang, Batam menuju Dumai ini tenggelam.

Dikutip dari berbagai sumber, kapal nahas tesebut pecah menjadi dua setelah dihantam gelombang tinggi di Perairan Yu Kecil atau Takong Hiu, sekitar 8 mil dari Pelabuhan Tanjungbalai Karimun.

Danlanal Tanjungbalai Karimun, Letkol Laut (P) Edwin mengatakan, berdasarkan manifest jumlah penumpang yang ada di dalam Kapal Ferry Dumai Expres 10 sebanyak 213 orang.

Namun, berdasarkan keterangan dari nakhoda kapal, Johan Hutajulu yang selamat menyebutkan sebanyak 255 orang ditambah dengan 14 orang kru kapal.

"Pengakuan nakhoda kapal yang selamat menyebutkan, pada saat kapal pecah dihantam ombak terjadi sekitar pukul 09.28 WIB. Dan, tenggelam pukul 10.00 WIB. Jadi, lebih kurang setengah jam kapal tenggelam," ujarnya.

Seorang penumpang kapal, Boru Tampubolon ketika itu menuturkan, saat peristiwa tersebut, dirinya duduk pada bagian bawah atau palka kapal. Saat itu, kapal tiba-tiba oleng setelah dihantam gelombang.

Akibatnya, penumpang yang semula duduk tenang di dalam kapal, menjadi panik. Mereka langsung berdiri. Bahkan ada yang menangis, berteriak dan mengucapkan kalimat mengucapkan pujian kepada Allah.

"Sebelum kapal pecah, terlebih dulu dilambung ombak dan akhirnya pecah pada bagian depan kapal dan air langsung masuk," ujarnya yang masih terlihat trauma.

Melihat kejadian ini, dia berusaha menyelamatkan diri dengan mengambil jaket pelampung dan memegangnya. Begitu juga dengan penumpang yang lain terlihat panik semuanya. Apalagi dengan hitungan menit air masuk ke dalam kapal pada bagian depan. Melihat itu, penumpang yang berada di bagian depan kapal langsung berlarian ke belakang.

Sebagian di antara mereka ada yang mengambil barang-barang dan life jacket yang berada di bawah kursi dan bagian plafon kapal. Akibatnya, kapal menjadi bertambah oleng.

Penumpang lainnya mengatakan, sebelum kapal tenggelam, ABK kapal sempat menurunkan tiga buah sekoci untuk mengevakuasi penumpang.

"Setelah dihantam gelombang, ada sekitar 15 menit, kapal mengapung sebelum akhirnya tenggelam ke dasar laut," ujarnya.

Usai dihantam ombak, Nahkoda kapal sempat meminta bantuan kepada petugas Pelabuhan Tanjungbalai Karimun dan memberitahu posisi mereka. Mereka dilaporkan berada kurang satu 1 mil menjelang Takong Hiu.

Mendapat informasi ini, petugas pelabuhan langsung meluncur ke lokasi kapal karam. Kapal yang pertama diberangkatkan adalah kapal Ocean Indoma disusul kapal Baruna. Ketika itu, kedua kapal ini sedang merapat di ponton.

"Kami langsung perintah kapal yang ada untuk berangkat dan memberikan bantuan," kata Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Karimun, Cendra.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Stop Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Satgas 115 kembali melakukan pemusnahan barang bukti tindak pidana perikanan dengan menenggelamkan kapal perikanan pelaku illegal fishing di Natuna. (Dok: KKP)
Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Satgas 115 kembali melakukan pemusnahan barang bukti tindak pidana perikanan dengan menenggelamkan kapal perikanan pelaku illegal fishing di Natuna. (Dok: KKP)

Senin 23 November 2009, perusahaan pelayaran Dumai Express menghentikan kegiatan pelayaran rute domestik untuk semua jurusan setelah insiden tenggelamnya kapal Dumai Expres 10.

"Terhitung mulai hari ini sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan, kami menghentikan sementara kegiatan pelayaran," ujar Kepala Operasional Pelabuhan Dumai Express, Jailani, di Dumai, Riau, Senin 23 November 2009.

Menurut dia, penghentian kegiatan operasional Dumai Express itu juga terkait dengan meninggalnya pemilik perusahaan pelayaran itu Hendratno alias Sugiono alias Baheng (53) yang ikut menjadi korban dalam peristiwa itu.

Para calon penumpang yang telah membeli tiket kapal tersebut untuk jadwal keberangkatan beberapa pekan ke depan akan dikembalikan sesuai dengan jumlah uang yang telah dibayarkan.

Perusahaan pelayaran kapal penumpang dengan rute antarpulau antarprovinsi itu telah beroperasi sejak tahun 1990-an yang pada awalnya melayani pelayaran Dumai-Bengkalis-Batam dan sebaliknya.

Namun kini selain rute tersebut, Dumai Express juga melayani rute pelayaran lain yang singgah disetiap pulau yang dilewatinya di Kepulauan Riau yakni Dumai-Bengkalis-Selat Panjang-Tanjung Balai Karimun-Batam-Tanjung Pinang.

"Setiap harinya ada dua kapal yang berangkat dari Dumai, satu dari Batam dan satu dari Tanjung Pinang untuk melayani masyarakat yang berpergian ke daerah tujuan," jelasnya.

Pelayaran rute-rute domestik Riau dan Kepulauan Riau itu dilakukan dengan menggunakan 11 armada kapal laut yang dinyatakan laik jalan oleh pejabat Departemen Perhubungan atau Syahbandar setempat.

Kesebelas kapal semunya bernama Dumai Express dengan nomor 01, 3, 5, 8, 9, 10, 12, 15, 16, 18, dan 19 dengan kapasitas muatan berkisar antara 160 kursi hingga 270 kursi.

"Namun pada Minggu kemarin musibah menimpa dua kapal kami yakni Dumai Express 15, namun penumpang dinyatakan selamat. Sedangkan Dumai Express 10 memakan korban jiwa termasuk pemiliknya," ujar Jailani.

Data dari Posko Evakuasi di Tanjung Balai Karimun menyebutkan jumlah penumpang yang selamat dari tenggelamnya Dumai Express 10 sebanyak 255 orang, korban yang meninggal 27 orang dan 22 orang masih hilang.

Cegah Kapal Karam

H-6 Lebaran, Pemudik Kapal Laut Terus Padati Pelabuhan Tanjung Priok
Pemudik menaiki KM Dobonsolo tujuan Tanjung Emas Semarang di Terminal Nusantarapura, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (30/5). Jumlah pemudik yang menggunakan kapal laut dari Pelabuhan ini diprediksi akan bertambah hingga hari puncak 1 Juni 2019. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Merujuk pada kasus tenggelamnya Kapal Dumai Expres 10 pada 2009 lalu, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Balai Karimun menyatakan tidak akan mengizinkan kapal berangkat jika cuaca di laut buruk.

"Sesuai dengan motto pelayanan mudik Lebaran tahun ini, lebih baik tidak berangkat daripada tidak pernah sampai ke tempat tujuan. Kelancaran arus mudik memang penting, tapi keselamatan pemudik jauh lebih penting," kata Kepala KSOP Tanjung Balai Karimun Eko Priyo Handoyo usai Apel Siaga Mudik Lebaran 2016 di Tanjung Balai Karimun seperti dilansir dari Antara.

Sebagai regulator pelabuhan dan pelayaran, kata Eko, KSOP Tanjung Balai Karimun akan terus memantau perkembangan cuaca yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagai rujukan untuk mengizinkan atau menunda keberangkatan kapal penumpang.

Dia juga mengingatkan, nakhoda dan operator kapal agar tidak memaksakan kapal berlayar di tengah kondisi cuaca tidak bersahabat. Dia juga mengingatkan kepada nakhoda untuk tidak berangkat dengan jumlah penumpang melebihi kapasitas.

"Petugas akan mengecek jumlah penumpang. Kapal tidak diizinkan berangkat kalau jumlah penumpang melebihi kapasitas. Penumpang juga kami ingatkan untuk tidak naik ke kapal yang sudah penuh," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya