Ikappi: 701 Pedagang di Pasar Tradisional Positif Corona Covid-19, 32 Meninggal

Jumlah pedagang positif Corona ini terungkap dari data yang dikumpulkan dari 129 pasar di Tanah Air hingga Jumat 19 Juni 2020.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 20 Jun 2020, 08:35 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2020, 08:35 WIB
FOTO: Pedagang Pasar Thomas Jalani Tes Swab COVID-19
Petugas medis Kecamatan Gambir melakukan tes swab terhadap pedagang Pasar Thomas, Jakarta, Rabu (17/6/2020). Tes swab dilakukan untuk memutus rantai penularan virus corona COVID-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengungkap 701 pedagang di pasar tradisional positif terkena Covid-19 akibat infeksi virus Corona jenis baru. Jumlah ini terungkap dari data yang dikumpulkan dari 129 pasar di Tanah Air hingga Jumat 19 Juni 2020.

"Ada penambahan dari kasus sebelumnya mencapai 128 kasus positif dan belum ada penambahan kasus meninggal. Data sebelumnya terjadi kasus positif Covid-19 di pasar sebanyak 573 orang dan meninggal sebanyak 32 orang," ujar Ketua SIGAP Covid-19 DPP Ikappi, Dimas Hermadiyansyah, dalam siaran tertulisnya, Sabtu (20/6/2020).

Kasus positif paling banyak ditemukan di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. Ikappi menemukan 113 kasus positif Corona di pasar tersebut.

Urutan kedua, ada Pasar Besar, Palangka Raya Kalteng dengan temuan kasus positif 50 orang. Sementara di urutan ketiga ada Pasar Kramatjati, Jakarta Timur dengan temuan kasus positif 49 orang.

Menurut dia, fakta ini harus mendapat perhatian dan tindakan yang tepat dari pemda dan pengelola pasar guna menyetop mata rantai penyebaran Corona. Salah satunya dengan mendisiplinkan protokol kesehatan di pasar.

"Tindakan tepat yang kami maksud adalah menerapkan protokol kesehatan di pasar serta mengajak pedagang untuk mematuhinya melalui komunikasi secara intensif dan persuasif dengan paguyuban atau organisasi pedagang pasar, agar saling mengawasi atau mengingatkan kedisiplinan," tutur Dimas.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ganjil Genap

Dimas juga menyesalkan penerapan ganjil genap serta penutupan pasar pada masa pandemi Corona. Dia menilai, hal itu belum seharusnya diterapkan. Dia yakin masih ada opsi lain yang lebih menguntungkan.

"Yaitu melakukan upaya maksimal berupa sosialisasi dan edukasi penerapan protokol kesehatan yang baik dalam bentuk penyediaan tempat cuci tangan beserta sabun disudut sudut pasar yang mudah dijangkau, penyediaan hand sanitizer, pembagian masker, penyediaan face shield, menyediakan penyekat plastik antara penjual dan pembeli, mengatur sirkulasi lalu lalang pembeli serta penyemprotan disinfektan di saat pasar berhenti beroprasi," Dimas menjelaskan.

Dia berharap pemerintah dan pengelola pasar mempelajari terlebih dahulu kondisi pasar dan pedagang sebelum membuat kebijakan atau peraturan. Misalkan dengan mengajak berdialog perwakilan kelompok pasar atau ketua blok pasar agar diketahui masalahnya. Setelah itu, dicari solusi yang tepat untuk masalah penyebaran Covid-19 di pasar tersebut.

"Bukan malah tiba-tiba keluar ancaman akan menutup pasar bila pedagang tidak setuju penerapan ganjil genap di pasar. Tiap pasar kan berbeda-beda. Jika sudah melalui dialog dan benar-benar diketahui masalah yang terjadi di pasar, baru didorong dinas terkait dan pengelola pasar serta komponen masyarakat untuk melakukan upaya dan pengawasan agar penerapan protokol kesehatan di pasar bisa berjalan dengan baik, kalau ada yang bandel baru dikenakan sanksi," tutur Dimas.

Menurut dia, pasar tradisional di seluruh Indonesia menampung sebanyak 12,3 juta pedagang. Mereka harus diselamatkan mata pencahariannya dengan cara-cara yang tepat dan manusiawi selama pandemi Corona.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya