Survei BKKBN: 97,7 Persen Pasutri Saling Menguatkan saat Pandemi Covid-19

BKKBN mewaspadai adanya kelompok masyarakat dalam hal ini keluarga yang sudah terlanjur berutang sebelum pandemi Covid-19, yakni sebesar 19,8 persen.

oleh Luqman RimadiLiputan6.com diperbarui 10 Jul 2020, 13:30 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2020, 13:29 WIB
Kepala BKKBN, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Hasto Wardoyo
Hasto Wardoyo merinci apa saja tantangan yang tengah dihadapi dalam menyongsong bonus demografi yang bakal terjadi beberapa tahun mendatang. Hasto saat menghadari Sarasehan Nasional di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung pada Jumat, 13 September 2019 (Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Survei secara virtual yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan bahwa sebanyak 97,7 persen pasangan suami-istri saling menguatkan saat pandemi COVID-19 melanda Tanah Air.

"Kami mewawancarai secara virtual dan terkumpul sampelnya 20.400 yang secara proporsional terdistribusi dengan baik," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat terkait Hari Kependudukan Dunia.

Sebanyak 50 persen data sampel dikumpulkan dari Pulau Jawa, 35 persen dari Sumatera dan sisanya dari berbagai wilayah Tanah Air. Survei virtual itu juga mengungkapkan bahwa 2,5 persen suami- istri cekcok atau bertengkar dampak dari pandemi.

Dia membenarkan potensi pertengkaran atau disharmoni hingga kekerasan dalam rumah tangga selama pandemi COVID-19 mendekati 2,5 persen. Hal itu juga disebabkan karena pasangan merasa stres sehingga terjadi keributan.

Selain itu, BKKBN juga mewaspadai adanya kelompok masyarakat dalam hal ini keluarga yang sudah terlanjur berutang sebelum pandemi COVID-19 di Tanah Air terjadi yakni sebesar 19,8 persen.

Kondisi tersebut, ujar Wardoyo, harus diwaspadai sebab berpotensi menimbulkan disharmoni dalam keluarga akibat pandemi COVID-19. Kemudian, BKKBN juga mencatat sebanyak 50,08 persen keluarga yang terpaksa menjual barang perhiasan karena desakan ekonomi.

"Ini kelompok keluarga yang sudah menjual barang-barang perhiasan dan yang ada di dalam rumah tangga," kata Hasto seperti dilansir dari Antara. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Picu Disharmoni Rumah Tangga

keluarga
ilustrasi anak/Photo by Emma Bauso from Pexels

Secara umum, BKKBN menyimpulkan beragam masalah dalam rumah tangga selama pandemi COVID-19 tersebut dapat memicu disharmoni dalam rumah tangga bahkan bisa berujung pada kekerasan.

Terakhir, ia mengimbau seluruh masyarakat agar lebih bisa memahami masing-masing pasangan di tengah situasi pandemi. Sebab, jika tidak dapat merusak tatanan rumah tangga yang telah dibangun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya