KPAI: Kemendikbud Pakai 3 Kurikulum, Membingungkan Guru

KPAI menilai dengan adanya pilihan tiga kurikulum bisa membuat bingung para tenaga pendidik dalam hal ini guru-guru sebagai pelaksana kurikulum.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Agu 2020, 19:15 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2020, 19:15 WIB
Datangi KPAI, Pihak Sekolah Bantah Anak NN Di-bully
Komisioner KPAI Retno Listyarti (ketiga kiri) memberi keterangan terkait kasus dugaan perisakan terhadap anak tersangka pengguna sabu NN di Jakarta, Selasa (23/7/2019). Bersama perwakilan sekolah, KPAI membantah kasus dugaan perisakan yang menimpa anak tersebut. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Tawaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan memberikan kebebasan kepada para tenaga pendidik memakai tiga kurikulum di masa pandemi Covid-19, dinilai membuat ketidakjelasan sistem belajar siswa.

Diketahui bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadim Makariem telah memperbolehkan para tenaga pendidik untuk memakai tiga kurikulum yakni 2013, kurikulum mandiri, dan yang terbaru kurikulum darurat sebagai bentuk penyederhanaan dari kurikulum 2013.

Atas hal itu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menilai dengan adanya pilihan tiga kurikulum bisa membuat bingung para tenaga pendidik dalam hal ini guru-guru sebagai pelaksana kurikulum.

"Ini membingungkan, jadi guru dengan adanya kurikulum darurat tugas anak juga lebih ringan, karena sudah dikurangi. Tapi, kalau tiba-tiba sekolah diminta dinas untuk jangan menggunakan kurikulum darurat dan tetap memakai kurikulum 2013 atas nama kualitas. Nah bagaimana sekolah menolak dan guru menolak," ujar Retno dalam diskusi radio SmartFM, Sabtu (8/8/2020).

Menurutnya, kebebasan memilih kurikulum di masa pandemi Covid-19 tidak tepat. Karena, akan berdampak pada perbedaan sistem belajar di masing-masing unit pendidikan. Oleh sebab itu, dia meminta ketegasan Kemendikbud untuk menentukan satu kurikulum sebagai acuan selama pandemi Covid-19.

"Nah ini tetap harus ketegasan ya, jadi Kepada Kementerian Pendidikan, bukan saya orang-orang yang sukanya sentralistik. Tetapi disaat seperti ini harus ada ketegasan untuk sekolah untuk memggunakan satu kurikulum di Indonesia," jelasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Dampak Perbedaan Kurikulum

Dia menambahkan, bila kebebasan penggunaan kurikulum dilakukan anak berdampak pada evaluasi pendidikan siswa selama satu periode yang hasilnya berbeda-beda.

"Agar nanti kedepan dalam satu tahun, Kemendikbud memiliki ukuran yang sama dan evaluasinya juga lebih mudah. Artinya anak pun akan belajar dengan satu kurikulum yang sama, jadi janganlah berbagai macan, itu tentukan satu saja," ujarnya.

Oleh sebab itu, Retno akan mencoba untuk bersurat kepada Mendikbud hingga Presiden agar mempertimbangkan keputusan atas pilihan kurikulum dalam pendidikan.

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya