Liputan6.com, Banyuwangi Kinerja bidang pertanian Kabupaten Banyuwangi mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat. Salah satu bentuk apresiasi tersebut, di tahun 2020 ini Pemkab mendapatkan bantuan 162 alat dan mesin pertanian yang saat ini telah diserahkan kepada para petani.
Sebanyak 162 alat dan mesin pertanian tersebut terdiri atas Combine Harvester (mesin pemanen) besar, sedang dan kecil, power thresher (perontok padi), corn sheller (mesin perontok jagung), hand tractor, pompa air, rice transplanter (mesin tanam padi), cultivator (mesin pengolah tanah), traktor roda empat dan hand sprayer digital.
“Kami berterima kasih kepada Kementrian Pertanian yang terus memberikan dukungan pada bidang pertanian daerah khususnya dengan pemberian alat dan mesin pertanian,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Kamis (3/9/2020).
Advertisement
Anas mengatakan, di masa pandemi saat ini, komoditas pangan tetap menjadi kebutuhan utama semua orang. Untuk itu bantuan mesin dan alat pertanian tersebut sangat bermanfaat untuk menunjang dan meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
“Alat dan mesin pertanian yang diperoleh Banyuwangi akan semakin memudahkan kerja para petani. Proses pertanian akan lebih mudah dan efisien,” ujar Anas.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Arief Setiawan mengatakan, di tahun 2020 ini Banyuwangi mendapatkan bantuan alat dan mesin pertanian dengan jumlah yang cukup banyak, 162 buah.
Produksi Pangan Banyuwangi
Salah satu alasan banyaknya jumlah bantuan tersebut karena hasil produksi komoditas pangan Banyuwangi dinilai sangat baik.
“Bantuan ini sebagai reward atas hasil pertanian yang dinilai baik, yakni produksinya sudah surplus atau berlebih dari kebutuhan di dalam daerah,” terang Arief.
Contohnya, untuk komoditas beras (telah dikonversi dari produksi padi) pada tahun 2018, produksinya surplus 298 persen dengan perbandingan jumlah produksi beras sebanyak 464.020 ton, dan tingkat konsumsi warga sebesar 166,808 ton. Sedangkan di 2019 surplus 299 persen dimana jumlah produksi sebesar 466 ribu ton, konsumsinya 166,747 ton.
Begitu juga dengan jagung, yang mengalami surplus produksi. Seperti di tahun 2018 mengalami surplus hingga 204,8 persen dimana produksi 177,341 ton, tingkat konsumsinya hanya 4.313 ton. Di 2019 surplus 173 persen dengan produksi 177,341 ton, tingkat konsumsinya hanya 4.314 ton.
“Sehingga hasil padi dan jagung kabupaten kita juga dikirim ke beberapa daerah untuk memenuhi kebutuhan disana,” imbuh Arief.
Saat ini, lanjut Arief, sebagian besar alat-alat dan mesin pertanian tersebut telah diserahkan kepada para petani daerah melalui kelompok-kelompok tani. Nantinya alat dan mesin tersebut juga bisa digunakan oleh petani di luar kelompok tani.
“Jadi kami ingin bantuan alat dan mesin tersebut bisa digunakan oleh lebih banyak petani di daerah. Caranya, kami minta para kelompok tani tersebut untuk membuat usaha jasa pelayanan alsintan (alat dan mesin pertanian) bersama. Di dalam usaha tersebut salah satunya memfasilitasi petani-petani lain yang tidak tergabung dalam kelompok agar bisa menggunakan alsintan tersebut,” pungkas Arief.
(*)
Advertisement