Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas Gunung Merapi yang terletak di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta mengalami peningkatan.
Berdasarkan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), pada Jumat, 19 Februari 2021, gempa guguran terjadi sebanyak 24 kali dalam rentang waktu pukul 00.00-06.00 WIB.
Baca Juga
Saat terjadi gempa disusul oleh asap putih dengan intensitas tebal setinggi 400 meter. Meski aktivitas gempa semakin intensif, status Gunung Merapi masih berada pada Level III atau Siaga.
Advertisement
Sementara itu, pertumbuhan kubah lava dilaporkan terus mengalami peningkatan. Volume kubah Gunung Merapi yang berada di tengah kini telah mencapai 426.000 meter kubik dengan panjang 160 meter, lebar 120 meter, dan tinggi 50 meter.
"Secara umum baik yang ada di tengah maupun di barat daya, pertumbuhannya rata-rata 10.000 meter kubik. Ini termasuk pertumbuhan yang kecil untuk ukuran merapi," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaid seperti dikutip dari Antara, Sabtu, 20 Februari kemarin.
Berikut sejumlah kabar terbaru terkait kondisi Gunung Merapi yang mengalami peningkatan gempa guguran sebanyak 24 kali:Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Alami 24 Kali Gempa Guguran
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, selama periode pengamatan, Jumat, 19 Februari, Merapi mengalami 24 kali gempa guguran dengan amplitudo 4-38 mm selama 11-97 detik.
Merapi juga mengalami satu kali gempa embusan dengan amplitudo 30 mm selama 32 detik, serta tiga kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3 mm selama 6-8 detik.
Asap sulfatara berwarna putih juga terpantau keluar dari Gunung Merapi.
"Emisi asap sulfatara merupakan kejadian yang biasa terjadi di gunung api aktif. Asap berwarna putih menunjukkan komposisi gas yang dominan adalah uap air," kata Hanik soal aktivitas gunung yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah itu seperti dilansir Antara.
Sementara, pada pukul 00.00-24.00 WIB Kamis 18 Februari 2021, Gunung Merapi tercatat 15 kali meluncurkan guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimum 1.200 meter ke arah barat daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Advertisement
Volume Kubah Lava Meningkat
BPPTKG juga menjelaskan, bahwa laju pertumbuhan rata-rata kubah Merapi sekitar 10.000 meter kubik per hari.
Dan per 17 Februari 2021 lalu, volume kubah lava baru yang berada di tengah kawah puncak Gunung Merapi telah mencapai 426.000 meter kubik. Hal ini pun ditegaskan Hanik lewat keterangan resminya.
"Volume kubah lava terukur sebesar 426.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan rata-rata sekitar 10.000 meter kubik per hari," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya yang diterima di Yogyakarta, Sabtu, 20 Februari.Â
Menurut Hanik, jumlah volume itu sedikit lebih besar dibandingkan volume kubah lava di sisi barat daya Gunung Merapi yang jumlahnya 397.500 meter kubik dengan laju pertumbuhan sebesar 25.200 meter kubik.
Sebelumnya, pada 4 Februari 2021 BPPTKG menemukan kubah lava baru Gunung Merapi. Sejak saat itu, Gunung Merapi disebutkan memiliki dua kubah lava yang sama-sama tumbuh. Kubah lava pertama (2021) berada di sisi barat daya Merapi atau tepatnya di atas lava sisa erupsi tahun 1997.
"Secara umum baik yang ada di tengah maupun di barat daya, pertumbuhannya rata-rata 10.000 meter kubik. Ini termasuk pertumbuhan yang kecil untuk ukuran merapi," kata dia seperti dikutip dari Antara.
Kubah Lava Cenderung Berkembang ke Barat
Pertumbuhan kubah lava di tengah kawah puncak Merapi, menurut Hanik, cenderung berkembang ke arah barat. Terkait kemungkinan kedua kubah lava itu bersatu, BPPTKG masih akan terus melakukan pemantauan.
"Sekarang masih ada jarak antara yang di tengah kawah dengan yang di pinggir (sisi barat daya)," kata dia.
Advertisement
Masih Berstatus Siaga
Meski aktivitas kegempaan meningkat, hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status aktivitas Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Potensi bahaya saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas yang bersumber dari kubah lava di sisi barat daya yang mengarah ke sektor selatan-barat daya meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.