4 Kabar Terbaru Kondisi Gunung Merapi Usai Alami 24 Kali Gempa Guguran

Meski aktivitas gempa semakin intensif, status Gunung Merapi masih berada pada Level III atau Siaga.

oleh Maria Flora diperbarui 21 Feb 2021, 12:07 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2021, 12:06 WIB
Gunung Merapi Erupsi, Warga Sleman Diungsikan
Awan panas dari bahan vulkanik mengalir menuruni lereng Gunung Merapi saat terjadi letusan di Sleman, Yogyakarta (27/1/2021). Gunung berapi paling aktif di Indonesia meletus pada Rabu dengan sungai lava dan awan gas yang membakar mengalir 1.500 meter (4.900 kaki) ke bawahnya. lereng. (AP Photo/Slam

Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas Gunung Merapi yang terletak di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta mengalami peningkatan.

Berdasarkan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), pada Jumat, 19 Februari 2021, gempa guguran terjadi sebanyak 24 kali dalam rentang waktu pukul 00.00-06.00 WIB.

Saat terjadi gempa disusul oleh asap putih dengan intensitas tebal setinggi 400 meter. Meski aktivitas gempa semakin intensif, status Gunung Merapi masih berada pada Level III atau Siaga.

Sementara itu, pertumbuhan kubah lava dilaporkan terus mengalami peningkatan. Volume kubah Gunung Merapi yang berada di tengah kini telah mencapai 426.000 meter kubik dengan panjang 160 meter, lebar 120 meter, dan tinggi 50 meter.

"Secara umum baik yang ada di tengah maupun di barat daya, pertumbuhannya rata-rata 10.000 meter kubik. Ini termasuk pertumbuhan yang kecil untuk ukuran merapi," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaid seperti dikutip dari Antara, Sabtu, 20 Februari kemarin.

Berikut sejumlah kabar terbaru terkait kondisi Gunung Merapi yang mengalami peningkatan gempa guguran sebanyak 24 kali: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Alami 24 Kali Gempa Guguran

Gunung Merapi yang Semburkan Lava Pijar
Gunung Merapi mengeluarkan lava pijar yang teramati dari Yogyakarta (7/1/2021). Jarak luncur maksimumnya 800 meter ke arah kali Krasak. (AFP/Agung Supriyanto)

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, selama periode pengamatan, Jumat, 19 Februari, Merapi mengalami 24 kali gempa guguran dengan amplitudo 4-38 mm selama 11-97 detik.

Merapi juga mengalami satu kali gempa embusan dengan amplitudo 30 mm selama 32 detik, serta tiga kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3 mm selama 6-8 detik.

Asap sulfatara berwarna putih juga terpantau keluar dari Gunung Merapi.

"Emisi asap sulfatara merupakan kejadian yang biasa terjadi di gunung api aktif. Asap berwarna putih menunjukkan komposisi gas yang dominan adalah uap air," kata Hanik soal aktivitas gunung yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah itu seperti dilansir Antara.

Sementara, pada pukul 00.00-24.00 WIB Kamis 18 Februari 2021, Gunung Merapi tercatat 15 kali meluncurkan guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimum 1.200 meter ke arah barat daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.


Volume Kubah Lava Meningkat

Erupsi Gunung Merapi
Erupsi Gunung Merapi/ESDM.

BPPTKG juga menjelaskan, bahwa laju pertumbuhan rata-rata kubah Merapi sekitar 10.000 meter kubik per hari.

Dan per 17 Februari 2021 lalu, volume kubah lava baru yang berada di tengah kawah puncak Gunung Merapi telah mencapai 426.000 meter kubik. Hal ini pun ditegaskan Hanik lewat keterangan resminya.

"Volume kubah lava terukur sebesar 426.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan rata-rata sekitar 10.000 meter kubik per hari," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya yang diterima di Yogyakarta, Sabtu, 20 Februari. 

Menurut Hanik, jumlah volume itu sedikit lebih besar dibandingkan volume kubah lava di sisi barat daya Gunung Merapi yang jumlahnya 397.500 meter kubik dengan laju pertumbuhan sebesar 25.200 meter kubik.

Sebelumnya, pada 4 Februari 2021 BPPTKG menemukan kubah lava baru Gunung Merapi. Sejak saat itu, Gunung Merapi disebutkan memiliki dua kubah lava yang sama-sama tumbuh. Kubah lava pertama (2021) berada di sisi barat daya Merapi atau tepatnya di atas lava sisa erupsi tahun 1997.

"Secara umum baik yang ada di tengah maupun di barat daya, pertumbuhannya rata-rata 10.000 meter kubik. Ini termasuk pertumbuhan yang kecil untuk ukuran merapi," kata dia seperti dikutip dari Antara.


Kubah Lava Cenderung Berkembang ke Barat

Banner Infografis Rentetan Awan Panas dan Lava Pijar Gunung Merapi. (AFP/Agung Supriyanto)
Banner Infografis Rentetan Awan Panas dan Lava Pijar Gunung Merapi. (AFP/Agung Supriyanto)

Pertumbuhan kubah lava di tengah kawah puncak Merapi, menurut Hanik, cenderung berkembang ke arah barat. Terkait kemungkinan kedua kubah lava itu bersatu, BPPTKG masih akan terus melakukan pemantauan.

"Sekarang masih ada jarak antara yang di tengah kawah dengan yang di pinggir (sisi barat daya)," kata dia.


Masih Berstatus Siaga

Gunung Merapi Erupsi, Warga Sleman Diungsikan
Seorang relawan menggunakan walkie talkie-nya saat memantau Gunung Merapi saat erupsi di Sleman (27/1/2021). Sekitar 150 warga di lereng barat daya Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, DIY, mengungsi dari rumah, Rabu (27/1/2021) sore. (AP Photo/Slamet Riyadi)

Meski aktivitas kegempaan meningkat, hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status aktivitas Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.

Potensi bahaya saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas yang bersumber dari kubah lava di sisi barat daya yang mengarah ke sektor selatan-barat daya meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.

Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya