Varian Baru Corona B117 Sudah Masuk RI, Jubir: Pemerintah Telusuri Agar Tidak Meluas

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengungkap ada temuan dua kasus mutasi virus corona B117 di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mar 2021, 02:31 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2021, 02:31 WIB
Wiku Adisasmito
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan bencana alam membawa tantangan sendiri bergotong royong mencegah COVID-19 saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (23/2/2021). (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB Marji)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito memastikan pemerintah segera menelusuri temuan varian baru corona B117. Upaya ini untuk mencegah meluasnya mutasi dari virus SARS-CoV-2 itu.

"Adanya temuan ini akan ditindaklanjuti dengan penelusuran segera dari kasus positif tersebut untuk mencegah meluasnya penyebaran," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Selasa (2/3/2021).

Wiku mengatakan, saat ini seluruh petugas terkait tengah mengawasi ketat jalur masuk Indonesia. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 juga terus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pembatasan pelaku perjalanan internasional.

"Sebagaimana yang saya sampaikan dalam konferensi pers sebelumnya saat mensosialisasikan penetapan pelaku perjalanan internasional, pemerintah akan selalu berusaha adaptif dengan situasi dan kondisi yang ada termasuk perubahan kebijakan jika diperlukan," sambungnya.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengungkap ada temuan dua kasus mutasi virus corona B117 di Indonesia. Mutasi virus tersebut baru ditemukan pada Senin (1/3) malam.

"Tepat satu tahun hari ini, kita menemukan mutasi B117, UK mutation di Indonesia. Ini fresh from the oven, baru tadi malam ditemukan 2 kasus," ujarnya saat memberikan sambutan dalam acara Satu Tahun Pandemi Covid-19.

Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo mengatakan masuknya varian baru virus corona B117 menunjukkan pemerintah tidak serius membatasi perjalanan internasional.

"Kenapa kita kebobolan? karena kita terlambat menutup pintu masuk ke Indonesia karena kita lengah, kita terlambat menutup pintu," katanya saat dihubungi merdeka.com, Selasa (2/3).

Windhu mengambil contoh keputusan pemerintah melarang WNA Inggris masuk ke Indonesia pada 23 Desember 2020. Namun, kebijakan tersebut baru berjalan efektif awal Januari 2021.

Dalam rentang waktu antara akhir Desember 2020 hingga awal Januari 2021, kemungkinan besar varian baru corona masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya WNA.

"Di masa itu kan orang (WNA) pada masuk dan masuk itu mungkin sudah membawa virus. Varian baru itu contohnya saja," ujarnya.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tidak Jaga Ketat

Selain terlambat menutup akses masuk WNA, pemerintah juga tidak ketat melakukan karantina atau isolasi WNA. Hal itu ditandai dengan masa karantina untuk pelaku perjalanan internasional hanya lima hari. Padahal, negara lain di dunia memberlakukan karantina 14 hari untuk pelaku perjalanan internasional.

Tak hanya itu, sambung Windhu, pemerintah juga membiarkan pelaku perjalanan internasional menuju tempat isolasi tanpa pengawasan.

"Disuruh pergi sendiri, naik taksi sendiri. Baik kalau dia ketika menuju ke lokasi karantina langsung saja, kalau mampir dulu beli soto, bagaimana itu. Justru kita ini tidak sungguh-sungguh," ucapnya.

"Artinya prosedur dalam karantina isolasi, bagaimana menangani orang baru masuk dari luar negeri rasanya kita sedikit ada mainnya. Jadi seperti kita tidak berada dalam situasi krisis. Kita sangat lengah, permisif," tandasnya.

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya