Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka kembali menghampiri Tanah Air. Mantan Menteri Penerangan Harmoko meninggal dunia pada Minggu 4 Juli 2021.
Harmoko mengembuskan napas terakhir di RSPAD Jakarta Pusat. Sosoknya cukup dikenal sebagai salah satu menteri di era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Harmoko juga diketahui cukup dekat dengan Presiden Soeharto. Saking dekatnya, Harmoko dipandang sebagai tangan kanan Soeharto oleh sebagian orang. Tak hanya itu, Harmoko juga dikenal dengan kata-kata fenomenalnya.
Advertisement
Lantas, seperti apakah sosok Harmoko? Dikutip dari situs resmi Perpusnas, Harmoko memulai kariernya sebagai wartawan di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka.
Karier di media menghantarkan Harmoko di politik. Dia menduduki kursi Menteri Penerangan di Kabinet Pembangunan VI.
Harmoko pun cukup dikenal sebagai salah satu menteri di era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Berikut kisah singkat Harmoko semasa hidup dihimpun dari berbagai sumber:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jejak Karier
Dikutip dari situs resmi Perpusnas, Harmoko memulai kariernya sebagai wartawan di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka. Dia kemudian bekerja sebagai wartawan di Harian Angkatan Bersenjata dan Harian API.
Pada 1970, Harmoko bersama koleganya melahirkan harian Pos Kota. Harian Pos Kota memberi porsi khusus untuk Harmoko dalam rubrik yang cukup terkenal yakni Kopi Pagi Harmoko.
Harmoko juga pernah menjabat sebagai ketua Persatuan Wartawan Indonesia. Karier yang mengantarkannya menduduki kursi Menteri Penerangan di Kabinet Pembangunan VI.
Pria kelahiran 7 Februari 1939 ini lantas menduduki kursi Menteri Penerangan pada periode 1983-1997. Lalu menjadi Ketua DPR pada 1997-1999. Kemudian menjadi ketua MPR pada periode yang sama.
Dia menjadi Ketua MPR ke-10 dan Ketua DPR ke-12. Saat menjadi menteri di kabinet Presiden Soeharto, Harmoko merupakan Menteri Penerangan Indonesia ke-22. Harmoko juga tercatat sebagai Ketua Umum Golongan Karya (Golkar) ke-6.
Advertisement
Harmoko dan Kata-Katanya
Harmoko cukup dikenal sebagai salah satu menteri di era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Bahkan diketahui Harmoko memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Soeharto. Saking dekatnya, dia dipandang sebagai tangan kanan Soeharto oleh sebagian masyarakat.
Tak hanya itu, Harmoko juga dikenal karena kata-kata fenomenalnya. Kata-kata tersebut berbunyi 'Menurut petunjuk bapak presiden'.
Meski cukup dekat dengan Soeharto, Harmoko juga yang meminta sang presiden lengser atau turun dari jabatannya. Di mana, saat itu Indonesia tengah dilanda krisis, tepatnya pada 1997-1998. Saat itu pula, Harmoko telah menjabat sebagai Ketua MPR/DPR.
Berdasarkan arsip Kompas yang terbit pada 19 Mei 1998, pimpinan DPR/MPR akhirnya meminta Presiden Soeharto mundur.
Permintaan itu disampaikan langsung oleh Ketua DPR/MPR Harmoko. Dia didampingi pimpinan lain meliputi Ismail Hasan Metareum, Abdul Gafur, Fatimah Achmad, dan Syarwan Hamid kemudian disampaikan pada 18 Mei 1998.
"Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, pimpinan Dewan, baik ketua maupun wakil-wakil ketua, mengharapkan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri," kata Harmoko hari itu.
Menteri yang Umumkan Harga Bahan Pokok
Ketua MPR ini juga mengaku kagum dengan kepribadian Harmoko. Apalagi saat masih menjadi pejabat negara.
Menurut Harmoko, di eranya harga-harga kebutuhan pokok rakyat terkendali karena kerap diumumkan.
Bahkan setiap hari tidak pernah terlewatkan, Harmoko muncul di televisi mengumumkan harga-harga kebutuhan pokok rakyat. Seperti harga cabai keriting dan lain-lain. Ini untuk mencegah para spekulan bermain.
"Perjalanan hidupnya luar biasa," ujar dia.
Reporter : Tantiya Nimas Nuraini
Sumber : Merdeka
Advertisement