NU Dukung PTM Terbatas di Sekolah dan Pesantren dengan Prokes Ketat

Sekolah dan pesantren pun siap menerapkan protokol kesehatan secara ketat demi terselenggaranya hal tersebut.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 30 Sep 2021, 20:46 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2021, 20:46 WIB
Banner Infografis Klaster Covid-19 Bermunculan di Sekolah Selama PTM Terbatas. (Liputan6.com/Trieyasni)
PTM Terbatas. (Liputan6.com/Trieyasni)

Liputan6.com, Jakarta Penyelenggara sekolah dan pesantren yang berada dalam naungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), mendukung penuh proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Sekolah dan pesantren pun siap menerapkan protokol kesehatan secara ketat demi terselenggaranya hal tersebut.

Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) NU, Abdul Ghaffar Rozin atau Gus Rozin menyampaikan, pihaknya bersama seluruh elemen NU terus berusaha menerapkan protokol kesehatan ketat demi PTM terbatas di lingkungan pesantren.

"Kami tidak ingin pesantren menjadi pusat penyebaran baru Covid-19," tutur Gus Rozin dalam keterangan tertulis acara istighosah dan doa bersama yang diselenggarakan secara online oleh Kominfo, Kemendikbudristek, KPCPEN, PB IDI, dan PBNU, Kamis (30/9/2021).

Menurut Gus Rozin, RMI NU sendiri beranggotakan hampir 24 ribu pesantren dan LPI Ma'arif menaungi sekitar 22 ribu sekolah. Adapun tradisi pesantren selama ratusan tahun menggelar pendidikan adalah secara tatap muka dan berkelompok.

Sementara proses pendidikan di pesantren, terutama soal akhlak dan budi pekerti, dilakukan lewat pembiasaan sehari-hari di lingkungan pesantren dan memerlukan bimbingan langsung para guru.

"Hampir seluruh kegiatan santri sejak bangun tidur dilakukan secara berkelompok," jelas dia.

Sekjen LPI Ma'arif NU, Harianto Oghie menambahkan, pandemi Covid-19 telah mengubah tradisi pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan pesantren selama berabad-abad.

Pada akhirnya, memang keselamatan para santri menjadi yang utama. Sebab itu, PTM terbatas sangat memerlukan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

"Mencegah kemudaratan diutamakan daripada mengambil manfaat," kata Harianto.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Soedjatmiko mengingatkan bahwa penerapan protokol kesehatan di pesantren memang memiliki peluang dan tantangan tersendiri.

"Pesantren lingkungan terbatas. Jadi, perlu membatasi interaksi dengan orang di luar dan di dalam pondok," ujar Soedjatmiko.

Pasalnya, lanjut Soedjatmiko, virus Corona hanya butuh waktu 10 detik untuk masuk ke saluran pernafasan, lalu berkembang biak dan menginfeksi organ tubuh lebih luas.

"Infeksi bisa terjadi kala orang berkumpul dan tidak memakai masker dengan benar," terangnya.

 

Hanya di Zona Hijau

Sementara itu, Direktur Sekolah Dasar Dirjen PAUD Kemendikbudristek, Sri Wahyuningsih mengatakan, penerapan PTM terbatas kini sudah diizinkan secara selektif. Pihaknya pun telah membuat panduan pelaksanaan PTM terbatas.

Sekolah dapat menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membeli peralatan yang dibutuhkan dalam penerapan protokol kesehatan. Selain itu, orang tua juga berhak memilih metode pembelajaran bagi anak, baik itu metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau pun PTM terbatas.

Keamanan proses PTM terbatas adalah tanggung jawab semua pihak, termasuk orang tua.

"Hanya di zona hijau boleh tatap muka secara terbatas," Sri menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya