Belajar dari India, Densus 88 Dinilai Sudah On the Track

Hari ini, 26 November, tepat 13 Tahun terjadinya tragedi Mumbai, India. Ratusan orang tewas dalam serangan teroris.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Nov 2021, 03:28 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2021, 03:28 WIB
FOTO: 22 Terduga Teroris dari Jawa Timur Dipindahkan ke Jakarta
Mobil yang membawa terduga teroris terparkir saat anggota Densus 88 Antiteror berjaga di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (18/3/2021). Polri memindahkan 22 terduga teroris jaringan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) dari Jawa Timur ke Jakarta. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) meminta masyarakat dunia khususnya Indonesia untuk senantiasa waspada terhadap gerakan dan aksi terorisme, seperti yang terjadi di Mumbai, kota terbesar di India 13 tahun silam, tepatnya 26 November 2008.

Ratusan orang tewas dalam kejadian itu. 25 Di antaranya adalah turis asing. Pasukan Komando India berhasil menumpas kelompok teroris yang bersembunyi di Hotel Taj Mahal.

“Hari ini tepat 13 Tahun terjadinya tragedi Mumbai, India. Peristiwa keji ini menunjukkan bahwasanya terorisme adalah musih nyata terhadap nilai-nilai kemanusiaan, bertentangan dengan nilai-nilai agama dan ketuhanan,” Kata peneliti senior CENTRIS, AB Solissa kepada wartawan, Jum’at, (26/11/2021).

Sebuah kelompok yang menamakan dirinya "Deccan Mujahidin" mengaku bertanggung jawab melalui surat elektronik yang dikirimkan ke beberapa media massa sesaat setelah para teroris menyerbu Mumbai.

Berbagai lembaga investigasi, seperti FBI Amerika, dan jurnalis independen telah sampai pada kesimpulan bahwa keterlibatan Pakistan dalam hal ini Inter-Services Intelligence (ISI) Pakistan, telah memberikan uang, perlengkapan militer, dan panduan perencanaan strategis bagi para teroris.

Konspirator utama dalam serangan Mumbai diduga kuat adalah Kepala militer LeT Zaki-ur-Rehman-Lakhvi, yang dibebaskan dengan jaminan pada tahun 2014 setelah kasus jaksa dan setidaknya satu hakim persidangan dikabarkan menerima ancaman pembunuhan.

“Cara-cara teror seperti ini jelas tidak dibenarkan oleh hukum negara manapun bahkan dilarang oleh agama apapun di muka bumi ini,” tutur Solissa.

Penangkapan jihadis Pakistan-Amerika tahun 2009, David Headley, karena dianggap ikut merencanakan serangan Mumbai, mengungkapkan bahwa seorang perwira ISI yang bertugas mengidentifikasi 'Mayor Iqbal' telah membayarnya $28.500.

"Semua hal ini memperkuat dugaan keterlibatan ISI dan LeT dalam Serangan Mumbai. Namun sayangnya, 13 tahun kemudian, kasus tersebut tetap tidak terpecahkan dan telah dipindahkan dari Pengadilan Teror Lahore ke Pengadilan Teror Islamabad," kata dia.

India baru-baru ini menolak daftar teroris terbaru Pakistan yang terlibat dalam serangan Mumbai karena hilangnya nama dalang dan konspirator utama, Hafiz Muhammad Saeed dan Zakir-ur-Rehman Lakhvi.

Pada Januari 2021, kata AB Solissa, pengadilan Pakistan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara kepada Lakhvi atas tuduhan pendanaan teror, dimana dari 27 saksi yang awalnya dipanggil, 4 atau 5 telah meninggal karena sebab alami dan sisanya sudah pensiun sehingga tidak mau melakukan perjalanan ke Pakistan dengan alasan keamanan.

“Negara-negara dunia termasuk Indonesia seyogianya ikut mendesak Pakistan untuk menuntaskan kasus ini dengan cara-cara konstitusional,seperti mendorong saksi agar dapat mengundurkan diri melalui konferensi video atau komisi yudisial gabungan dari Pakistan dapat mengunjungi India,” jelas AB Solissa

Sampai saat ini, Pakistan belum menyetujui dua cara atau opsi tersebut, sementara keluarga dari 166 orang yang meninggal pada malam naas itu, masih menunggu keadilan hingga saat ini.

“Apapun alasan dan tujuannya, aksi terorisme adalah kejahatan keji kemanusiaan yang dampak destruktifnya, dapat menghancurkan tujuan bernegara sebuah negara. Teroris adalah musuh bersama seluruh bangsa di dunia, bukan teman apalagi diposisikan sebagai sahabat,” tutur Solissa.

Terorisme, lanjut AB Solissa, tidak ada kaitannya dengan agama tertentu sehingga siapapun yang terlibat terorisme sejatinya orang yang tidak memiliki agama maupun kepercayaan.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Tumpas Terorisme

Sama halnya dengan CENTRIS, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga menilai setiap negara wajib memiliki instrumen khusus yang kuat seperti bentukan pemerintah India, untuk berperang melawan dan menumpas terorisme di tanah airnya.

Di Indonesia sendiri sudah ada Densus 88 Anti Teror Polri yang performanya sama dengan pasukan elite atau pasukan komando India.

Seperti India dan negara dunia lainnya, penanganan terorisme oleh Densus 88 Anti Teror cendrung dipusatkan pada upaya pencegahan untuk meminimalisasi korban, dengan menggunakan tekhnologi informasi dan mutakhirnya dunia intelejen.

“Kita acungkan jempol untuk instrumen negara antiteror milik pemerintah India yang dapat menyelesaikan aksi terosisme Mumbai 2008 lalu, dan mengantisipasi aksi serupa dikemudian hari,” ujar Ketua DPP IMM, Rimbo Bugis dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/11/2021).

Disisi lain, Rimbo juga mempertanyakan maksud dan tujuan pihak-pihak tertentu yang terus meminta pemerintah untuk membubarkan Densus 88 Anti Teror, ditengah kondisi masyarakat yang rentan terfregmentasi.

“Yang minta Densus bubar wajib dipertanyakan ‘merah-putih’ nya. Densus 88 Anti Teror Polri sudah on the track, mencegah terjadinya kembali aksi terorisme seperti di India dan tanah air tahun 2000 an silam,” tegas Rimbo.

“Penangkapan terduga jaringan teroris di pusat maupun daerah oleh Densus 88 Anti Teror jangan dipolitisir, apalagi dikait-kaitkan dengan agama tertentu. Densus Anti Teror di India dan negara-negara dunia juga melakukan hal sama, langkah-langkah pencegahan, salah satunya menangkap aktor-aktor terorisme sebelum terjadi aksi teroris,” pungkas Rimbo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya