Dosen ATVI: Siapa Saja Bisa Buat Film Dokumenter, Termasuk Pemakai Smartphone

Dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI) IGP Wiranegara berbagi tips dalam membuat film dokumenter yang baik, menghibur, menginspirasi, serta dapat memberikan efek jangka panjang sebagai sumber sejarah.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 29 Jan 2022, 10:14 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2022, 10:14 WIB
Dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI) IGP Wiranegara
Dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI) IGP Wiranegara

Liputan6.com, Jakarta - Dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI) IGP Wiranegara berbagi tips dalam membuat film dokumenter yang baik, menghibur, menginspirasi, serta dapat memberikan efek jangka panjang sebagai sumber sejarah. Untuk membuat film dokumenter seperti ini, kata dia, diperlukan riset yang serius.

"Riset itu dimulai dengan melihat, membaca, mengamati, dan memahami apa yang akan kita rekam. Jika merekam kehidupan manusia atau tokoh, upayakan kita tahu betul kiprah sang tokoh, sehingga pengambilan gambar akan lebih hidup," kata Wiranegara dikutip dari siaran persnya, Sabtu (29/1/2022).

Adapun Wiranegara merupakan sutradara dan juri film dokumenter Festival Film Indonesia (FFI). Dia menilai pembuat film dokumenter atau film maker bidang ini akan dituntut untuk berinteraksi dan mempelajari semua hal agar hasil karya berkualitas.

"Gambar atau film dokumenter itu akan berbicara banyak dan panjang. Yang penting, ada unsur sinematografinya," ujarnya.

Wiranegara mengatakan kualitas kamera yang ada di gawai saat ini sudah cukup bagus untuk merekam gambar dan kualitas suara yang dihasilkan pun sangat baik. Fenomena tersebut semakin marak bersamaan dengan trend multi platform media sosial seperti Instagram, Twitter, YouTube dan tiktok di Indonesia.

"Semua orang bisa merekam dan meng-upload apa saja mulai dari tayangan yang bermanfaat, tayangan yang sekedar nyampah, sampai tayangan berupa ujaran kebecian maupun hoaks," jelas Wiranegara.

Ciptakan Prestasi, Bukan Sensasi

Dia menuturlan film dokumenter harus ikut dalam perjalanan trend tersebut. Hal ini agar film dokumenter tidak terabaikan dan ditinggalkan disamping karena karya film dokumenter mengedepankan data dan fakta serta kejujuran di dalamnya.

Lebih lanjut, Wiranegara menyampaikan kaidah dan konsep film dokumenter yang mengambil unsur pendidikan dan hiburan dapat dikemas dengan karya video berdurasi singkat dan yang cocok tampil di berbagai platform media sosial populer.

"Dengan sentuhan pengetahuan bahasa visual sinematografi yang sederhana siapa saja bisa menjadi film maker dokumenter karena setiap pemakai ponsel pintar (smartphone) dapat merekam berbagai peristiwa dengan kualitas gambar dan suara yang sempurna," tutur dia.

"Marilah berkarya dengan baik dan bertanggungjawab, menciptakan prestasi bukan sensasi. Karena sensasi bukan tidka mungkin akan menjerumuskan kita dalam jerat hukum," sambung Wiranegara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya