Wapres Ma'ruf: NU Kalau Tidak Begerak, Namanya Sukutul Ulama

Liputan6.com, Jakarta - Menyongsong 100 tahun berdirinya, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki banyak ulama dan cendekiawan yang berdaya saing secara nasional maupun internasional.

Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin pada puncak peringatan hari lahir ke-99 NU, Kamis (17/02/2022) malam.

Wapres menyebut, di usia 100 tahunnya ini tantangan yang dihadapi pun semakin besar. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan dengan baik, NU perlu mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan menjadi motor penggerak perubahan dalam berbagai sektor.

“Dia bukan merupakan kekuatan yang hanya terkumpul tapi tidak memberikan dampak dinamika terhadap perbaikan-perbaikan, tetapi dia justru bagaimana bisa menjadi kekuatan itu lokomotif penggerak di berbagai sektor,” kata Wapres dalam keterangannya, Jumat (18/2/2022).

Lebih jauh Wapres menyampaikan, mengutip pernyataan Hadlratus Syekh Hasyim Asy’ari, NU adalah jam’iyyatu ishlahin, organisasi perbaikan. Sehingga, NU merupakan sebuah gerakan ulama dalam menuntun umat kea rah kebaikan di berbagai bidang.

“Itulah sebabnya maka Hadlratus Syekh Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa Nahdlatul Ulama adalah jam’iyyatu ishlahin, organisasi perbaikan,” papar Wapres.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Oleh karena itu, Wapres berharap kepada para pemimpin NU di setiap tingkatan untuk dapat menjadi dinamo penggerak (muharrik) yang akan membawa seluruh jaringan NU baik di Indonesia maupun di luar negeri untuk menjadi penggerak di semua tingkatan.

“Itu arti dari pada Nahdlatul Ulama itu kebangkitan ulama. Sebab kalau tidak terjadi gerakan itu bukan Nahdlatul Ulama lagi namanya, tapi sukutul ulama, diamnya ulama,” pungkas Wapres.