Survei Indikator Politik: Elektabilitas Prabowo Disebut Tetap Tinggi Meski Tak Pasang Baliho

Burhanuddin menyampaikan, Prabowo secara perlahan mesti tetap hadir dan tampil di depan publik. Hal itu dinilai berpengaruh terhadap elektabilitasnya untuk ajang Pilpres 2024 mendatang.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 04 Apr 2022, 18:11 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2022, 18:11 WIB
prabowo
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berpidato dalam Forum Dialog The 17th International Institute for Strategic Studies (IISS) Manama Dialogue 2021, di Bahrain, Sabtu (20/11/2021). (Foto: ISS Manama)

Liputan6.com, Jakarta Elektabilitas Menteri Pertahanan Prabowo Subianto terbilang masih tetap tinggi meski terpantau tidak melakukan pemasangan baliho atau pun upaya pencitraan lewat media.

Hal itu sempat dipaparkan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi saat merilis hasil survei lembaganya.

"Ini bisa dibaca menggunakan gelas setengah penuh dan gelas setengah kosong. Gelas setengah penuhnya adalah Pak Prabowo tidak pernah pasang baliho, Pak Prabowo tidak pencitraan di televisi tetapi masih dapat 27 persen dalam simulasi tujuh nama," tutur Burhanuddin di Jakarta, Minggu (3/4/2022).

Hasil survei dalam simulasi 33 nama Capres mencatat, elektabilitas Prabowo masih tertinggi yakni 21,9 persen, disusul Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo 19,8 persen dan Anies Baswedan dengan 16,4 persen. Kemudian dalam simulasi 19 nama, ketiga sosok tersebut masih tetap teratas dengan Prabowo 22,4 persen, Ganjar 21,6 persen, dan Anies 17,1 persen.

Selanjutnya, kata Burhanuddin, dalam simulasi tujuh nama tertutup untuk Prabowo 27,4 persen, Ganjar 27,6 persen, dan Anies 22 persen. Adapun dalam simulasi 3 nama Capres, Prabowo memperoleh 32,7 persen, Ganjar 30,8 persen, dan Anies 24,9 persen.

"Kalau kita baca dalam gelas setengah kosongnya adalah Pak Prabowo itu perolehan di 2019, itu 44,5 persen lho. Berarti kan turun hampir separuhnya. Jadi ada banyak suara Pak Prabowo yang pindah ke yang lain," jelas dia.

Burhanuddin menyampaikan, Prabowo secara perlahan mesti tetap hadir dan tampil di depan publik. Hal itu dinilai berpengaruh terhadap elektabilitasnya untuk ajang Pilpres 2024 mendatang.

"Sebab kalau terlalu jauh dari radar publik itu terlalu berisiko buat Pak Prabowo kecuali Pak Prabowo tidak punya minat untuk maju lagi," katanya.

"Tapi kan menurut eliet Gerindra beliau masih diproyeksikan sebagai capres. Jadi perlu Pak Prabowo untuk tampil ke publik juga. Kalau tidak, ada dua nama setidaknya, Ganjar dan Anies yang berpotensi menyalip, kalau misalnya Pak Prabowo terlalu di belakang layar. Karena bagaimana pun urusan publik membutuhkan sosialisasi ke masyarakat," Burhanuddin menandaskan.

 

Metodologi Survei

Untuk diketahui Indikator Politik Indonesia melakukan survei secara tatap muka pada 11 Februari - 21 Februari 2022.

Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel basis sebanyak 1.200 orang. Sampel berasal dari seluruh Provinsi yang terdistribusi secara proporsional.

Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel basis 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya