Liputan6.com, Jakarta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM) menaikkan status Gunung Awu di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara dari Level II atau waspada menjadi Level III atau siaga terhitung sejak tanggal 11 Mei 2022 pukul 24.00 WITA.
Menurut Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono, peningkatan status geologi Gunung Awu itu berdasarkan hasil pemantauan kegempaan, serta antisipasi untuk gejala peningkatan menuju erupsi atau letusan.
Baca Juga
"Masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak mendekati dan beraktivitas di dalam radius 3,5 kilometer dari kawah puncak Gunung Awu," ujar Eko dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Kamis, 12 Mei 2022.
Advertisement
Eko menambahkan masyarakat di sekitar Gunung Awu diimbau tetap tenang, tidak terpancing isu-isu mengenai aktivitas gunung api yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Eko mengatakan potensi bahaya Gunung Awu yang mungkin terjadi berupa erupsi magmatik menghasilkan lontaran material pijar dan atau aliran piroklastik, maupun erupsi freatik yang didominasi uap, gas gunung api maupun material erupsi sebelumnya.
"Potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan di dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan," kata Eko.
Potensi bahaya lain lanjut Eko, berupa emisi gas gunung api seperti CO, CO2, H2S, N2 dan CH4.
Gas-gas tersebut dapat membahayakan jiwa jika konsentrasi yang terhirup melebihi nilai ambang batas aman.
"Potensi bahaya sekunder jika erupsi telah terjadi berupa aliran lahar yang berasal dari material piroklastik yang jatuh di bagian lereng dan terbawa air hujan mengikuti alur-alur sungai yang berhulu dari Gunung Awu," ungkap Eko.
Eko menuturkan pengamatan visual menunjukkan sedikit gejala perubahan berupa kemunculan asap dari kubah dan adanya kenaikan jumlah gempa-gempa vulkanik yang sangat signifikan.
Itu mengindikasikan saat ini sedang terjadi proses peretakan batuan di bawah tubuh Gunung Awu yang diikuti dengan pergerakan fluida berupa gas, cairan, padatan batuan ke permukaan yang lebih dangkal.
"Nilai energi gempa menunjukkan peningkatan drastis pada periode 9 dan 10 Mei 2022, berkaitan dengan kenaikan jumlah gempa-gempa vulkanik," sebut Eko.
Â
Kenaikan Jumlah Gempa Vulkanik
Eko menyebutkan pada 9 Mei 2022 terjadi kenaikkan jumlah gempa vulkanik yang signifikan, yaitu 88 kali gempa vulkanik dangkal dan 147 kali gempa vulkanik dalam.
Sedangkan 10 Mei 2022 kenaikan jumlah gempa vulkanik semakin signifikan, yaitu 90 kali gempa vulkanik dangkal dan 203 kali gempa vulkanik dalam.
"Karakteristik erupsi Gunung Awu dapat bersifat magmatik eksplosif, efusif maupun freatik," ucap Eko.
Eko menjelaskan erupsi terakhir Gunung Awu yaitu pada Juni 2004 menyisakan kubah lava di dalam kawahnya yang memiliki diameter sekitar 370 meter dan tinggi sekitar 30 meter.
Jenis gempa yang terekam periode 1 Januari - 10 Mei 2022 terdiri dari vulkanik dangkal, vulkanik dalam, tektonik lokal, dan tektonik Jauh.
"Sebelumnya selama tingkat aktivitas Level II atau waspada rata-rata kejadian jumlah gempa vulkanik dangkal adalah delapan kejadian per hari dan gempa vulkanik dalam lima kejadian per hari," tutur Eko.
Advertisement
Kenaikan Level I hingga II
Tingkat aktivitas Gunung Awu adalah Level atau normal sejak 31 Oktober 2016, kemudian pada 12 Desember 2021 pukul 12.00 WITA dinaikkan menjadi Level II atau waspada terkait peningkatan jumlah gempa-gempa vulkanik.
"Pasca peningkatan aktivitas dari Level I atau normal ke Level II atau waspada secara visual gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut," ungkap Eko.
Saat cuaca cerah, umumnya tidak teramati adanya hembusan gas dari arah kawah.
Namun pada 11 Mei 2022 pukul 15.00 WITA teramati asap kawah berwarna putih sedang setinggi 30 meter di atas puncak.
"Interval erupsi Gunung Awu berkisar antara 1 hingga 101 tahun. Erupsi terakhir terjadi pada Juni 2004, berupa erupsi magmatik menghasilkan kolom erupsi setinggi 3 ribu meter di atas puncak," tukas Eko.
Gunung Awu terletak pada posisi koordinat 3.6828460 LU, 125.455980 BT dan ketinggian puncak 1.320 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Secara administratif, berada di Pulau Sangihe yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.