Nadiem Makarim Sebut Semangat Berbudaya Seniman dan Pelaku Budaya Kian Bangkit

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2022, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menampilkan beberapa kekayaan budaya Indonesia.

oleh Fachri pada 15 Mei 2022, 10:14 WIB
Diperbarui 15 Mei 2022, 10:15 WIB
Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim.
Mendikbud Ristek berpidato di hadapan peserta upacara di Jakarta, Jumat (13/5).

Liputan6.com, Jakarta Sebagai bagian dari menjaga kebudayaan Indonesia, dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2022, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menampilkan beberapa kekayaan budaya Indonesia. Pagelaran musik dari paduan suara Alumni Gita Bahana Nusantara (GBN) dan orkestra dari SMKN 2 Cibinong, serta pertunjukkan Reog (Reyog) Ponorogo dihadirkan untuk memeriahkan acara tersebut.

Sebelumnya, Mendikbud Ristek menyatakan bahwa semangat berbudaya para seniman dan pelaku budaya kian bangkit. Tampak dari berbagai karya yang ‘lebih’ merdeka.

“Itu semua berkat kegigihan kita untuk merdeka dalam berbudaya. Dampaknya, sekarang tidak ada lagi batasan ruang dan dukungan untuk berekspresi, untuk terus menggerakkan pemajuan kebudayaan,” demikian pidatonya di hadapan peserta upacara di Jakarta, Jumat (13/5).

Senada dengan Mendikbudristek, Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Kemendikbud Ristek, Hilmar Farid, berharap agar Hardiknas menjadi momen kebangkitan yang digunakan sepenuhnya oleh para seniman dan pelaku budaya.

“Harapan saya, momen kebangkitan ini kita gunakan penuh. Hubungan kebudayaan dengan pendidikan sangat penting, karena kebudayaan adalah sumber belajar sekaligus tujuan pembelajaran. Hasil pendidikan nantinya adalah kebudayaan kita meningkat. Maka, untuk generasi muda teruslah kenali negerimu, kenali budayamu, supaya kecintaan terhadap budaya itu bertambah,” pesannya.

Para peserta upacara di lingkungan Kemendikbud Ristek terdiri atas jajaran pejabat dan staf Kemendikbud Ristek, perwakilan peserta didik, dan mahasiswa. Mereka hadir dalam balutan kain khas Nusantara, yaitu tenun, serta ragam pakaian adat dari seluruh penjuru Indonesia, seperti Kain Tenun Badui, Tenun Gringsing dan Rangrang Bali, Tenun Siak Riau, Tenun Sasak Nusa Tenggara Barat, Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur, Tenun Ulos Toba, Tenun Toraja Sulawesi Selatan, Tenun Bugis Sulawesi Selatan, Tenun Sarung Mandar Sulawesi Barat, Tenun Lurik Yogyakarta, serta pakaian adat Minangkabau dan Palembang.

Upacara peringatan Hardiknas tahun ini juga menghadirkan jamuan tradisional khas Indonesia untuk para peserta dan undangan. Mereka dapat menikmati jamu yakni minuman herbal yang terbuat dari rempah-rempah. Jamu yang merupakan budaya kesehatan warisan nenek moyang umumnya dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional.

Peneliti Warisan Budaya Takbenda, Gaura Mancacaritadipura yang hadir pada kesempatan ini menilai jamu dapat menjadi persembahan Indonesia bagi dunia, khususnya di masa pandemi.

“Jamu punya nilai kebudayaan yang kuat. Pembuat jamu biasanya berdoa bagi kesehatan pemesannya sebelum membagikan jamu,” tuturnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa komunitas jamu di seluruh Indonesia jumlahnya sangat banyak dan mereka terus berupaya menyosialisasikan jamu sebagai obat tradisional yang berkhasiat dan menyembuhkan.

Tak luput dinikmati para peserta dan undangan upacara yaitu tempe, makanan khas Indonesia yang lezat dan sehat yang telah membudaya dalam kehidupan masyarakat Jawa sejak abad ke-16 Masehi. Beragam masakan yang berbahan dasar tempe disajikan sebagai hidangan utama maupun kudapan.

Tradisi pembuatan tempe diwariskan dan dibawa ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kini, tempe menjadi salah satu menu pokok tanah air yang dapat ditemui di warung makan hingga restoran-restoran bintang lima. Bahkan, tempe mengglobal karena diminati kaum vegetarian mancanegara.

Jaga Kebudayaan

Reyog Ponorogo.
Menutup rangkaian upacara bendera, pertunjukkan tari dan musik Reyog asli Indonesia ditampilkan usai upacara bendera.

Menutup rangkaian upacara bendera, pertunjukkan tari dan musik Reyog asli Indonesia ditampilkan usai upacara bendera oleh Paguyuban Reyog Ponorogo Jabodetabek. Ketua Umum Paguyuban Reyog Ponorogo, Catur Yudianto, mengungkapkan bahwa organisasinya rutin menggelar program tahunan, seperti pendidikan dan latihan seni tari, festival dan parade, serta gelar Reyog Ponorogo yang dihelat tiap bulan. Hal ini dilakukan guna menarik minat generasi muda pada kesenian Reyog.

“Bahkan sekarang Reyog Ponorogo dimainkan bukan dari Jawa saja, tapi ada anak-anak muda dari Medan, Padang, Papua, Jakarta, dan lain-lain,” tutur Yudi.

Salah satu tujuan utama paguyubannya, ucap Yudi, adalah agar para penerus bangsa memiliki panutan kebudayaan.

“Generasi muda tergantung didikan orang tua. Kalau orang tua membiarkan anak-anak kita bebas berkeliaran ke mana saja, mungkin tidak akan terarah. Tugas kami adalah mengarahkan pewarisan kebudayaan,” terang Yudi.

Yudi yakin, seperti halnya kertas putih kosong, pendidikan memiliki peran sebagai awal mula kehidupan.

“Kita lahir sebagai kertas putih dan tergantung siapa yang mencoret. Kalau coretannya bagus, pasti kertasnya jadi bagus. Jika pendidikannya baik, budayanya juga baik. Maka, keterkaitan pendidikan dan kebudayaan sangat erat. Keseharian kita merupakan hasil pendidikan yang menjadi budaya dan kebiasaan. Masyarakat dengan budaya adiluhung pasti orangnya cerdas-cerdas,” terang Yudi.

Reyog merupakan tarian komunal yang dikemas sebagai sendratari yang terdiri atas penari topeng menyerupai harimau besar dengan hiasan bulu ekor merak. Penari-penari lain berkostum raja, panglima perang, kesatria, dan prajurit penunggang kuda.

Reyog Ponorogo awalnya berkembang di Desa Somoroto, Kabupaten Ponorogo, dan kemudian menyebar ke seluruh kabupaten. Reyog kini juga berkembang di berbagai provinsi di Indonesia. Kepopuleran Reyog juga membumi di berbagai wilayah dan negara, seperti Amerika Serikat, Belanda, Korea, Jepang, Hong Kong, dan Malaysia.

Tahun ini, Kemendikbud Ristek menominasikan empat elemen budaya Indonesia agar terdaftar sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO, antara lain Tenun Indonesia, Reyog, Jamu, dan Tempe. Pengajuan nominasi ini telah melewati kajian dan tahapan yang panjang sampai akhirnya diajukan secara resmi pada 25 Maret 2022. Keempat kekayaan Warisan Budaya Takbenda ini akan terus dikawal Kemendikbudristek hingga tercantum dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO.

“Kekayaan budaya Indonesia harus terus kita jaga dan lestarikan. Saya mengajak seluruh pemuda mencintai kebudayaan Indonesia,” pesan Menteri Nadiem.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya