Tiga Burung Elang Langka Dilepasliarkan di Kawasan Gunung Botol Bogor

Balai Besar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) melepasliarkan tiga ekor burung elang langka, Senin (4/7/2022).

oleh Achmad Sudarno diperbarui 06 Jul 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2022, 07:30 WIB
Elang Brontok yang dilepas Balai Besar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)
Balai Besar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) melepasliarkan tiga ekor burung elang langka, Senin (4/7/2022). (Foto: Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta Balai Besar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) melepasliarkan tiga ekor burung elang langka, Senin (4/7/2022).

Adapun Tiga ekor burung elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) masing-masing bernama Zaza, Maul dan Rinjani. Kegiatan ini dilakukan di kawasan Gunung Botol, Seksi PTNW II Bogor, yang memang merupakan habitat asli burung elang tersebut.

Zaza dan Maul merupakan elang serahan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogjakarta pada 26 Maret 2022 dan telah melewati masa rehabilitasi di Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ) Loji, TNGHS selama 3 bulan.

Adapun Rinjani merupakan elang serahan dari masyarakat pada 18 April 2022 dan telah melewati masa rehabilitasi di PSSEJ Loji, TNGHS selama 2 bulan.

Sebelum ketiga elang tersebut dilepasliarkan, pihak Balai TNGHS telah melakukan beberapa prosedur, diantaranya memastikan kesehatan satwa, perilaku satwa menunjukkan kesiapan untuk pelepasliaran dan lokasi pelepasliaran adalah kawasan yang telah sesuai sebagaimana hasil kajian habitat menggunakan tool Maxent tahun 2020 dan didetailkan oleh tim PSSEJ pada 27-30 Juni 2022.

Selain pelepasliaran, turut dilakukan penanaman pohon di blok Hutan Hanjawar. Kawasan hutan ini juga biasa digunakan latihan personel Korps Brimob Polri.

Sebanyak 1.000 bibit pohon ditanam di kawasan itu dengan melibatkan 400 personil anggota Brimob dan didukung Pemerintah Pusat, daerah, swasta, hingga masyarakat.

Direktur Perencanaan Kawasan Konservasi, Ahmad Munawir menyampaikan bahwa kegiatan penanaman pohon asli TNGHS dan pelepasliaran elang brontok ini merupakan kolaborasi dalam pengelolaan kawasan konservasi.

"Kerja sama dalam pengelolaan kawasan konservasi TNGHS harus terus didorong untuk mewujudkan kerja sama dengan lima pihak utama yang dikenal sebagai pentahelix yaitu, pemerintah, swasta, pendidikan atau akademisi, kalangan media dan non-Government Organization atau masyarakat secara luas," ujar Munawir dalam keterangannya yang diterima, Selasa (5/7/2022).

 

Mengikuti Pemerintah Pusat

Kegiatan penanaman ini juga bagian dari program Folu Net Sink 2030 yang saat ini sedang digalakkan pemerintah dalam hal ini Kementerian LHK.

Jenis pohon yang ditanam di sekitar area Kolat dan di blok Hutan Hanjawar sendiri merupakan asli TNGHS, antara lain Rasamala (Altingia excelsa), Puspa (Schima walichii), Kisireum (Jambosa acuminatissima) serta berbagai jenis pohon Huru.

Kepala Balai TNGHS, Dr. Pairah, pelepasliaran elang brontok merupakan upaya untuk mempertahankan keberadaan populasi raptor TNGHS sebagai salah satu predator puncak yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan TNGHS.

Di samping itu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat luas akan pentingnya menjaga kelestarian flora dan fauna asli TNGHS beserta ekosistemnya, sebagai sistem penyangga kelangsungan hidup manusia.

"Penanaman pohon ini bertujuan untuk mengembalikan area TNGHS yang telah mengalami kerusakan, sehingga akan kembali menjadi habitat yang baik bagi berbagai flora dan fauna sekaligus meningkatkan fungsi ekologi kawasan TNGHS yaitu sebagai pengatur tata air, penyerap karbon dan penghasil oksigen," terangnya.

 

Kondisi Ideal

Hutan di sekitar area Kolat Korps Brimob Polri dinilai cocok untuk menjadi lokasi lepasliar, berdasarkan beberapa kriteria, di antaranya kondisi habitat, keberadaan elang lain, aksesibilitas dan potensi keberadaan pakan.

Sementara itu, Kepala Koordinator Instruktur AKBP Daulat Nainggolan menyampaikan bahwa selama ini Korps Brimob Polri rutin menggunakan kawasan TNGHS sebagai area latihan.

"Area ini dipandang memiliki kondisi biofisik yang ideal untuk pembentukan anggota Korps Brimob Polri yang memiliki keterampilan dan kemampuan optimal dalam menjawab potensi tantangan tugas di area-area yang ekstrem," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya