Saat Kekerasan Berbasis Gender Online Jadi Fenomena Gunung Es

Korban yang terkena kasus KBGO namun tidak terlihat akan bingung untuk melakukan pengaduan ke pihak mana. Hal ini karena lembaga tersebut tidak dapat melihat korban tanpa adanya pengaduan.

oleh Rahma Vania Indriani Putri diperbarui 21 Des 2023, 02:20 WIB
Diterbitkan 21 Des 2023, 02:20 WIB
Ilustrasi pelecehan / kekerasan seksual
Ilustrasi pelecehan / kekerasan seksual. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Divisi Kesetaraan dan Inklusi SAFEnet Wida Arioka menyampaikan bahwa saat ini isu Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) masih banyak yang belum terlihat. Isu tersebut juga disebut sebagai fenomena gunung es yang telah diadukan ke pihak SAFEnet. 

“Yang kami sadari bahwa ini masih fenomena gunung es ya, karena kami merasa bahwa ini baru yang diadukan ke SAFEnet saja. Nanti juga Komnas Perempuan juga punya datanya," ungkap Kepala Divisi Kesetaraan dan Inklusi SAFEnet Wida Arioka dalam Konferensi pers “Ruang Digital Tak Aman, Penanganan KBGO Belum Sejalan, Butuh Perhatian” yang dilakukan secara daring, Selasa (19/12/2023). 

Menurut Wida, korban yang terkena kasus KBGO namun tidak terlihat akan bingung untuk melakukan pengaduan ke pihak mana. Hal ini karena lembaga tersebut tidak dapat melihat korban tanpa adanya pengaduan. 

“Berapa yang kemudian mengadu ke Komnas Perempuan, kita sadari bahwa masih banyak yang tidak kelihatan di bawah gunung es ini. Yang tidak kelihatan tidak tahu harus mengadu kemana, tidak tahu bagaimana harus bertindak seperti itu," sambungnya. 

Selain itu, Wida juga mengungkapkan bahwa kekacauan dalam menangani KBGO tersebut bukan hanya dari negara saja. Namun, kekacauan tersebut bersumber dari instrumen hukum dan platform media sosial yang banyak digunakan oleh pengguna. 

“Tadi berangkat dari semua kekacauan penanganan KBGO yang sumbernya enggak cuma dari negara, dari instrumen hukumnya, tapi juga dari platform media sosial atau perusahaan media sosial sebagai penyelenggara sistem elektronik. Di mana sebenarnya semua kejahatan berbasis gender atau yang online yang difasilitasi teknologi itu terjadi di platform-platform mereka,” jelas Wida.

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 Days of Activism Against Gender Violence) merupakan kampanye internasional untuk mendorong upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia. Salah satunya dengan mengedukasi publik. 

Hal ini juga diungkap Wida dalam konfrensi pers yang digelar Selasa kemarin. Dia mengatakan jika dalam momen 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan tersebut akan berusaha untuk mengedukasi publik. Dimana hal tersebut dilakukan agar perusahaan dari media sosial dapat bertanggung jawab dan publik dapat mendesaknya.  

"Dalam momen untuk 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan, kami mendorong atau berusaha mengedukasi publik untuk mengetahui atau mampu untuk mendorong bagaimana perusahaan media sosial ini semestinya juga bertanggung jawab. Selain itu, publik bisa mendesak untuk mereka juga bertanggung jawab gitu,” jelas Wida. 

Pentingnya Peran Media Sosial dalam Atasi KBGO

Tak hanya itu, pada kasus tersebut juga perusahaan media sosial memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi KBGO. Namun, KBGO juga harus dilihat sebagi isu ham dan diskriminasi terhadap perempuan melalui kekerasan yang berbasis gender. 

"Perusahaan media sosial memang punya peran atau bahkan krusial untuk mengatasi KBGO sebagai pertanggung jawaban pemenuhan hak asasi manusia. Utamanya terhadap perempuan dan kelompok marginal," jelasnya 

"Karena bagaimanapun juga pada akhirnya KBGO harus dilihat sebagai isu ham dan diskriminasi terhadap perempuan melalui kekerasan berbasis gendernya," tambah Wida. 

Infografis Vaksin Covid-19 Gratis Berakhir 31 Desember 2023. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Vaksin Covid-19 Gratis Berakhir 31 Desember 2023. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya