Liputan6.com, Jakarta - Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid menyebut bahwa sebagian besar terorisme modern terjadi akibat pengaruh internet, bukan karena pengaruh agama.
“Di dunia maya dibilang keterpaparan terorisme saat ini hampir 80 persen, karena dunia maya,” kata Ahmad Nurwakhid dalam diskusi publik ‘Mencintai NKRI Dari Balik Jeruji’ di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (28/5/2024).
Baca Juga
Meskipun radikalisme sudah ada sejak dulu, tetapi masuknya ideologi melalui internet di era digital yang sangat masif membuat angka radikalisme meningkat pesat.
Advertisement
“Sehingga perlu diputus, kita harus propaganda, kaderisasi yang ada. Kita putus donasi atau logistik atau pembiayaan terorisme,” jelasnya.
Di samping itu, ia juga meluruskan bahwa radikalisme maupun paham yang menyesatkan lain yang mendorong tindak terorisme tidak ada kaitannya dengan agama tertentu. Melainkan hanya oknum yang berasal dari agama tersebut.
Menurutnya, semua jenis terorisme hanya memanfaatkan agama mayoritas. Bisa dilihat dari terorisme di New Zealand yang pelakunya merupakan umat agama Kristen, sementara di Myanmar, pelakunya adalah umat agama Buddha. Di Indonesia sendiri, karena agama mayoritas adalah Islam, semua pelaku teroris yang telah ditangkap adalah umat agama Islam.
“Apakah radikalisme itu terkait agama? saya tegaskan radikalisme, ekstremisme, terorisme tidak ada kaitannya dengan agama apapun, apalagi dengan Islam,” tegas Ahmad.
72 Napi Teroris Serentak Ikrar Setia kepada NKRI
Sebanyak 72 narapidana teroris (napiter) dari sembilan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) seluruh Indonesia menyampaikan ikrar dan bersumpah setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ikrar setia terhadap NKRI dipusatkan secara online di Lapas Khusus Kelas IIA Gunung Sindur, Bogor, Rabu (24/4/2024).
Napi teroris yang mengucapkan ikrar setia terhadap NKRI berasal dari Lapas Khusus Kelas IIA Gunung Sindur sebanyak 48 orang, Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur 10 orang, Lapas Khusus Kelas IIB Sentul 5 orang, Lapas Kelas IIA Karawang 3 orang, Lapas Kelas I Tangerang 2 orang, serta Lapas Kelas IIA Kuningan, Lapas Kelas IIA Ambarawa, Lapas Khusus Kelas IIA Pasir Putih, dan Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang masing-masing 1 orang.
Seusai berikrar, seluruh napi teroris menandatangani surat pernyataan, melakukan sikap hormat, dan mencium Bendera Merah Putih. Kegiatan pun dilanjutkan dengan pembacaan sila-sila Pancasila serta pekik yel-yel 'NKRI Harga Mati'.
Seluruh prosesi ini dilakukan di hadapan para saksi, rohaniawan, dan tamu undangan antara lain dari BNPT, Densus 88, TNI, Polri, dan Kementerian Agama (Kemenag).
Kegiatan “Ikrar Setia Napiter terhadap NKRI” secara serentak ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Bakti Pemasyarakatan yang ke-60.
Melalui kegiatan tersebut, napiter diharapkan mampu menjadi warga negara yang baik dan membawa diri secara tepat dalam berhubungan dengan sesama warga negara lainnya maupun terhadap lembaga-lembaga kenegaraan dalam menciptakan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, serta bahagia.
Advertisement