Liputan6.com, Banyumas: Selama satu hari penuh, Kamis (31/8), Presiden Abdurrahman Wahid berputar-putar ke berbagai tempat di Jawa Tengah. Gus Dur antara lain mengunjungi guru spiritualnya Kiai Haji Chudlori di Kauman Sokaraja, Banyumas. Di hadapan para santri, Kiai Ciganjur ini mengingatkan agar agama jangan sampai dijadikan alat politik. Bahayanya, hal itu bisa menimbulkan konflik seperti tragedi Maluku.
Presiden kemudian berkunjung ke Pondok Pesantren Al Ass'ariyyah, Desa Kali Beber, Kecamatan Mojo Tengah, Wonosobo. Sore harinya Presiden melanjutkan mengunjungi Pesantren Al Hikmah, Desa Benda Kecamatan Sirampong, Brebes. Pimpinan Pesantren ini, Kiai Haji Mashuri Mughni adalah teman sekamar Gus Dur ketika menjadi santri di Pesantren Tambak Beras, Jawa Timur.
Secara khusus, presiden berpesan kepada para ulama dan kiai agar ikut memakmurkan masyarakat. Menurut putra pendiri Nadlatul Ulama, K.H. Wahid Hasyim ini, kalau masyarakat tidak makmur maka dipastikan rakyatnya akan bejat. Kendati demikian, walaupun masyarakat telah makmur, hal itu bukan merupakan jaminan bahwa rakyatnya tidak bejat.
Di situlah peran ulama dan kiai masa kini, kata Gus Dur. Selain harus mencetak akhlak yang baik, mereka juga harus memakmurkan masyarakat. Tak hanya jihad badan yang dibutuhkan saat ini, ujar Gus Dur, tetapi juga jihad harta benda. Dan, sudah menjadi kewajiban umat Islam untuk memerangi kemiskinan. Gus Dur menegaskan, tidak ada larangan bagi umat Islam untuk menerima bantuan materi dari nonmuslim. Presiden mempersilakan umat nonmuslim agar mewakafkan kekayaannya.
Di ujung hari, sebelum bertolak kembali ke Jakarta dengan naik kereta api, Presiden Gus Dur menyempatkan berkunjung ke rumah Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah.(HFS/Teguh Hadi Prayitno dan Kukuh Ary Wibowo)
Presiden kemudian berkunjung ke Pondok Pesantren Al Ass'ariyyah, Desa Kali Beber, Kecamatan Mojo Tengah, Wonosobo. Sore harinya Presiden melanjutkan mengunjungi Pesantren Al Hikmah, Desa Benda Kecamatan Sirampong, Brebes. Pimpinan Pesantren ini, Kiai Haji Mashuri Mughni adalah teman sekamar Gus Dur ketika menjadi santri di Pesantren Tambak Beras, Jawa Timur.
Secara khusus, presiden berpesan kepada para ulama dan kiai agar ikut memakmurkan masyarakat. Menurut putra pendiri Nadlatul Ulama, K.H. Wahid Hasyim ini, kalau masyarakat tidak makmur maka dipastikan rakyatnya akan bejat. Kendati demikian, walaupun masyarakat telah makmur, hal itu bukan merupakan jaminan bahwa rakyatnya tidak bejat.
Di situlah peran ulama dan kiai masa kini, kata Gus Dur. Selain harus mencetak akhlak yang baik, mereka juga harus memakmurkan masyarakat. Tak hanya jihad badan yang dibutuhkan saat ini, ujar Gus Dur, tetapi juga jihad harta benda. Dan, sudah menjadi kewajiban umat Islam untuk memerangi kemiskinan. Gus Dur menegaskan, tidak ada larangan bagi umat Islam untuk menerima bantuan materi dari nonmuslim. Presiden mempersilakan umat nonmuslim agar mewakafkan kekayaannya.
Di ujung hari, sebelum bertolak kembali ke Jakarta dengan naik kereta api, Presiden Gus Dur menyempatkan berkunjung ke rumah Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah.(HFS/Teguh Hadi Prayitno dan Kukuh Ary Wibowo)