Malaikat Tak Berani Siksa Orang Fasik Jika di Hatinya Ada Ini, Kata Gus Baha

Dalam pandangan Gus Baha, meski seseorang bisa saja disebut fasik karena perbuatannya, jika hatinya pernah menghafal Al-Qur'an, maka malaikat tidak bisa serta-merta memberikan siksaan tanpa pertimbangan khusus.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2024, 20:30 WIB
Gus Baha 2
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Ulama Nahdlatul Ulama (NU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, dalam salah satu ceramahnya, menjelaskan sebuah konsep menarik tentang malaikat.

Menurutnya, ada aturan yang mengikat malaikat sehingga mereka tidak bisa begitu saja menyiksa orang fasik yang masih menyimpan Al-Qur'an dalam hatinya, meski orang tersebut memiliki dosa. Penjelasan ini disampaikan Gus Baha dengan bahasa yang penuh makna dan penekanan pada keagungan Al-Qur'an.

Dalam pandangan Gus Baha, meski seseorang bisa saja disebut fasik karena perbuatannya, jika hatinya pernah menghafal Al-Qur'an, maka malaikat tidak bisa serta-merta memberikan siksaan tanpa pertimbangan khusus.

"Karena malaikat itu ternyata mukalaf, mukalaf itu kena aturan hukum, enggak boleh dia sembrono selonang-selonong," ucap Gus Baha. Hal ini menjelaskan bahwa malaikat memiliki aturan yang harus mereka patuhi.

Pernyataan Gus Baha ini dikutip dari video kajian yang diunggah di kanal YouTube @Pengaosangusbaha, yang menyoroti kedudukan orang-orang penghafal Al-Qur'an, baik yang taat maupun yang melakukan perbuatan fasik.

Ia menyebutkan bahwa malaikat tidak dapat bertindak sembarangan terhadap seseorang yang hatinya memuat kalam Allah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Orang Hafal Al-Qur'an Tak Akan Disiksa

malaikat yang menanyai di kubur adalah
malaikat yang menanyai di kubur adalah ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

“Makanya Allah berfirman, Allah tidak akan menyiksa hati yang ada di Al-Qur'an,” tambah Gus Baha.

Menurutnya, ini adalah bukti bahwa keberadaan Al-Qur'an dalam hati seseorang memberikan perlindungan tersendiri, bahkan dari siksaan malaikat. Artinya, seorang penghafal Al-Qur'an yang meninggal dalam keadaan menyimpan ayat-ayat Allah di hatinya, memiliki nilai kehormatan tertentu.

Gus Baha mengisahkan bahwa malaikat tidak bisa langsung menyiksa orang fasik yang hafal Al-Qur'an. Malaikat harus mempertimbangkan bahwa orang tersebut menyimpan Al-Qur'an dalam hatinya, dan ini mengharuskan malaikat untuk berhati-hati dalam memberikan hukuman.

“Kalau orang hafal Al Qur'an sampai mati, artinya dia membawa Qur'an,” jelasnya. Dalam hal ini, malaikat terikat aturan yang melarang mereka melecehkan atau menyakiti seseorang yang membawa Al-Qur'an di hatinya.

Dalam ceramah tersebut, Gus Baha juga menyebutkan bahwa surah Al-Mulk atau yang sering dikenal sebagai surah Tabarak, akan berdiri membela orang fasik yang hafal Al-Qur'an jika malaikat mencoba menyiksanya.

“Sehingga surah Tabarak enggak terima dan ngomong ke malaikat, ‘Ini orang ini Hafal saya. Kalau kamu mukulin dia, kena saya,’” ujar Gus Baha, mengutip kisah simbolis tentang perlindungan yang diberikan oleh Al-Qur'an.

Namun, malaikat mengajukan argumen bahwa orang tersebut adalah fasik dan tidak sepenuhnya taat. Dalam dialog ini, malaikat mencoba memahami apakah orang fasik yang menghafal Al-Qur'an layak mendapatkan perlindungan. “Tapi ini orang fasik,” kata malaikat, yang menunjukkan dilema mereka dalam menjalankan tugas.

 

Kisah Malaikat dan Surah Tabarak

Tadarus Al-Qur’an Raksasa di Masjid Yaman
Pria Muslim mendengarkan ketika seorang anak membaca Al-qur'an. (MOHAMMED HUWAIS/AFP)

Meski begitu, surah Tabarak tetap menegaskan posisinya untuk melindungi orang yang menghafalnya. “Malaikat berkata lagi, ‘Tapi saya di situ, kalau mukuli dia, kena saya,’” ujar Gus Baha melanjutkan kisah ini. Hal ini menggambarkan bahwa keberadaan Al-Qur'an dalam hati seseorang menjadi pertimbangan khusus bagi malaikat dalam menjalankan tugasnya.

Gus Baha menjelaskan bahwa malaikat tidak memiliki otoritas untuk langsung menghukum penghafal Al-Qur'an yang fasik tanpa konsultasi lebih lanjut dengan Allah. “Akhirnya kompromi terus konsultasi ke Allah,” tambah Gus Baha. Dalam proses ini, malaikat tetap menunjukkan ketaatan pada aturan yang mengikat mereka dalam menjalankan tugas.

Dalam ceramah ini, Gus Baha ingin menegaskan pentingnya menjaga Al-Qur'an dalam hati. Ia menjelaskan bahwa meski seseorang melakukan dosa, statusnya sebagai penghafal Al-Qur'an memberinya posisi khusus yang bahkan membuat malaikat harus mempertimbangkan tindakan mereka. Bagi Gus Baha, ini adalah bentuk rahmat Allah bagi orang-orang yang menyimpan ayat-ayat-Nya.

Selain itu, kisah ini juga mengajarkan tentang keagungan dan kemuliaan Al-Qur'an sebagai kitab yang tidak hanya menjadi pedoman, tetapi juga menjadi pelindung bagi siapa saja yang menghafalnya, bahkan ketika ia berbuat dosa. Al-Qur'an, dalam pandangan Gus Baha, memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membimbing dan melindungi orang yang menghafalnya.

Melalui ceramah ini, Gus Baha berharap umat Islam semakin menghargai dan menjaga Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Ia meyakini bahwa siapa pun yang memiliki Al-Qur'an dalam hatinya akan mendapatkan perlindungan dari Allah, bahkan dalam keadaan yang tidak ideal sekalipun.

Gus Baha mengajak umat untuk merenungkan betapa agungnya Al-Qur'an yang mampu memberikan syafaat atau pembelaan bagi para penghafalnya. Dalam hal ini, peran Al-Qur'an bukan hanya sebagai bacaan semata, melainkan sebagai cahaya yang melindungi dari berbagai mara bahaya, bahkan di alam kubur.

Dengan pandangan ini, Gus Baha berharap umat tidak hanya sekadar membaca, tetapi juga mengamalkan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Pesannya kepada umat adalah untuk tetap menjaga hubungan dengan Al-Qur'an sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya