High Speed Train Belum Bisa Kalahkan Mobil, Ini Alasannya

Ada kereta cepat, masyarakat masih tetap pilih menggunakan kendaraan pribadi.

oleh Septian Pamungkas diperbarui 03 Sep 2015, 19:34 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2015, 19:34 WIB
20150723-Jerman Perkenalkan Kereta Tercepat Bernama ICE-Jerman
Siegrid Zscherneck masinis kereta api ICE saat berada didalam ruang kendali kereta api ICE di Stasiun Kereta Api, Jerman, Kamis (23/7). Kereta api cepat dengan rute Amsterdam ke beberapa kota di Jerman dan Switzerland. (REUTERS/Kai Pfaffenbach)

Liputan6.com, Jakarta Wacana kereta cepat tujuan Jakarta-Bandung menjadi angin segar bagi warga Ibu Kota yang ingin menuju Paris van Java dan begitu pula sebaiknya. Pasalnya dengan fasilitas high speed train (HST) ini, waktu tempuhnya hanya 37 menit.

Saat ini, untuk menuju Kota Kembang dari Jakarta dibutuhkan waktu kurang lebih dua sampai tiga jam via tol Cipularang. Dengan catatan kondisi lalu lintas lancar. Dengan adanya kereta cepat, tentunya waktu yang dipangkas cukup signifikan. Meski begitu, adanya kereta cepat tidak serta-merta membuat pengguna mobil pribadi ataupun masyarakat umum beralih ke angkutan baru ini.

Direktur Institut Studi Transportasi (Instran), Darmaningtyas mengatakan, pengguna mobil tidak akan mau naik kereta cepat kalau perjalanan di dalam kotanya, di Jakarta maupun Bandung masih macet. "Misalkan Saya dari Kalibata naik mobil pribadi langsung masuk tol Cikampek 2,5 jam bisa sampe Bandung. Tapi kalau naik kereta cepat, dari rumah ke stasiunnya saja sudah memakan waktu yang lama. Karena macet sampai sana juga akan sama saja," jelasnya di Kantor Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Gedung Sarinah, Jakarta, Kamis (3/8/2015).

Menurutnya, proyek kereta cepat ini harus dilihat dulu urgensinya. Kalau kondisi lalu lintas di dalam Kota belum tertib, maka alat transportasi premium ini tidak akan berjalan dengan maksimal. "Selama transportasi di dalam kotanya masih buruk percuma saja ada kereta cepat," pungkasnya.

(ian/sts)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya