Pemerintah Tolak Berikan Insentif untuk Mobil Hybrid, Toyota Bilang Begini

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, telah menegaskan tidak ada ubahan atau penambahan kebijakan untuk sektor industri otomotif tahun ini

oleh Arief Aszhari diperbarui 07 Agu 2024, 18:06 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2024, 18:06 WIB
SPK Toyota Tembus 2.540 Unit di IIMS 2024, Kijang Innova Zenix Hybrid Terlaris (ist)
SPK Toyota Tembus 2.540 Unit di IIMS 2024, Kijang Innova Zenix Hybrid Terlaris (ist)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, telah menegaskan tidak ada ubahan atau penambahan kebijakan untuk sektor industri otomotif tahun ini. Dengan kata lain, usulan terkait pemberian insentif mobil hybrid juga tidak akan terlaksana.

"Kebijakannya sudah dikeluarkan, tidak ada perubahan kebijakan dan tambahan lain," jelas Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, saat Konferensi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2024, ditulis Rabu (7/8/2024).

Lanjut Airlangga, jika dilihat dari penjualan model hybrid di Tanah Air, sudah cukup meningkat tajam. Bahkan, jumlahnya sudah dua kali lebih besar dibanding penjualan battery electric vehicle (BEV) atau listrik murni.

"Jadi sebenarnya, product hub hybrid itu sudah berjalan dengan mekanisme yang ada sekarang. Tentu kita dorong bahwa electric vehicle ini yang harus didorong supaya lebih cepat lagi. Tapi, dari pameran otomotif kemarin, hasilnya relatif bagus untuk kita dorong penjualannya," tegas Airlangga.

Menanggapi keputusan terkait pemerintah yang tak akan memberikan insentif untuk model hybrid, pabrikan penguasa pasar, yaitu Toyota Motor Indonesia (TMMIN), melalui Wakil Presiden Direktur-nya, Bob Azam mengatakan, pihaknya masih berharap pemerintah konsisten untuk mendorong investasi yang berorientasi kepada pengurangan karbon.

Pasalnya, industri otomotif Tanah Air saat ini sudah cukup maju, dengan ditandai oleh jumlah ekspor yang kuat. Namun ke depannya, industri otomotif harus bertransformasi kepada rendah emisi.

"Kalau kita telat beradaptasi, tentunya kita akan kehilangan kesempatan, baik untuk membangun industri yang tidak saja padat karya, tapi juga ekspor dan berteknologi tinggi," jelas Bob, melalui pesan elektroniknya kepada Liputan6.com.

 

Penjualan Tinggi Hybrid

Mobil hybrid all new Toyota Kijang Innova Zenix. (Liputan6.com/Arief Aszhari)
Mobil hybrid all new Toyota Kijang Innova Zenix. (Liputan6.com/Arief Aszhari)

Sementara itu, Bob juga mengomentari terkait pernyataan tentang penjualan hybrid di pasar nasional, yang memang lebih baik dari BEV. Tapi, hal itu belum cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai basis domestik dan ekspor, karena masih jumlahnya masih kecil, dan kurang dari 10 persen.

"Ini ditandai masih banyak impor model HEV. Sebagai perbandingan, model hybrid juga baru-baru ini dapat tambahan insentif di Thailand, walaupun penjualan jauh lebih baik dari kita. begitu juga di China, mereka memberikan stimulus," tegas Bob.

Langkah dua negara tersebut, di industri otomotif terlebih di segmen hybrid, menurut Bob perlu menjadi contoh. Hal ini, agar ekosistem elektrifikasi di Tanah Air bisa terus berkembang.

"Ini perlu kita berikan (insentif) agar ekosistem elektrifikasi berkembang di Indonesia, terutama e Parts, seperti motor, pcu, transexcel dan battery, yang saat ini masih minim investasi di Indonesia," pungkasnya.

Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia

Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya