Liputan6.com, Jakarta Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengingatkan para pemilih muda untuk tidak mudah termakan dengan gimik pasangan calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2024 ini, terutama soal penampilan.
Menurut dia, tipu daya capres-cawapres lewat penampilan itu biasanya dimanfaatkan untuk menghindari adu gagasan dan ketajaman program kerja. Hal itu diungkapkannya dalam forum diskusi, Ngobrol Etika Penyelenggara Pemilu Dengan Media, yang digelar Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) di Jakarta Pusat, Jakarta, Jumat, 24 November 2023.
"Ini bukan pemilihan idola yang hanya bisa didekati dengan suara yang bagus, tarian yang bagus, atau personal appearance yang menarik," kata Titi, seperti dilansir Antara.
Advertisement
Menurut dia, pemilih muda memiliki karakter berbeda dari segmen pemilih lainnya. Mereka, kata dia, lebih mudah teralihkan dengan tampilan fisik atau gimik yang ditawarkan peserta Pilpres 2024.
Dia menilai, hal ini berbahaya. Sebab, ruang untuk menguji gagasan dan program para pasangan calon kepada pemilih muda semakin terkikis.
Alhasil, kata dia, para pemilih pemula yang berangkat dari usia 17 tahun tersebut hanya menjadi "ladang suara" yang harus dimenangkan para paslon.
Padahal, suara pemilih pemula harus didengar dan diimplementasikan dalam program kerja yang ditawarkan peserta Pemilu 2024.
"Kita perlu dialektika itu, karena teman teman muda juga perlu punya persoalan yang dijawab. Tidak boleh mengaburkan dialektika gagasan bahwa karena muda, kita masih dianggap sebagai sumber suara atau ladang suara," jelasnya.
Tanggung Jawab Paslon hingga Parpol
Titi menilai pasangan capres-cawapres hingga partai politik memiliki tanggung jawab besar untuk membuka ruang dialektika itu dan tidak menawarkan sesuatu yang terkesan menghibur.
"Elite politik, pasangan calon, partai politik, itu punya tanggung jawab melakukan kampanye yang menurut regulasinya sebagai bagian dari pendidikan politik," ujar Titi Anggraini.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden sebagai peserta Pilpres 2024, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD nomor urut 3.
KPU juga telah menetapkan masa kampanye mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, kemudian jadwal pemungutan suara pada tanggal 14 Februari 2024.
Advertisement
Pilpres 2024 Sulit 1 Putaran
Sebelumnya, Direktur Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mochammad Nurhasim meyakini, Pilpres 2024 bakal berlangsung 2 putaran. Maka dari itu, jika ada pasangan calon yang mengklaim bisa menang dalam satu putaran menjadi hal yang sulit sebab ada tiga pasangan yang bertanding.
"Kalau dari hitungan kami, untuk menjadi satu putaran, hampir dari seluruh lembaga survei, itu angkanya tidak menunjukkan, tingkat kemungkinan 2 putaran seakan sangat tinggi,” ujar Nurhasim di acara rilis hasil survei Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) di Hote Aryaduta Semanggi, Jakarta, seperti dikutip Jumat (17/11/2023).
“Kecuali nanti ada yang namanya invisible hand," singgung dia menambahkan.
Namun saat disinggung apa yang dimaksud soal invicible hand, Nurhasim tidak mengelaborasinya lebih detil. Dia justru berhitung, dari tiga pasangan capres-cawapres relatif masih mempunyai peluang sama untuk masuk ke putaran kedua.
Paslon dengan Peluang Besar Lolos di Putaran Pertama
Salah satu pasangan yang saat ini memiliki peluang terbesar adalah pasangan capres-cawapres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan pasangan capres-cawapres Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
"Elektabilitas nomor 1 (Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar) ada kecenderungan naik tapi tidak dramatis. Tingkat kecenderungan memang persaingan 2 dan 3 ini sangat kompetitif," jelas Nurhasim.
Sementara itu, menanggapi analisis Nurhasim, Pengamat Politik Kusnanto beranggapan semua kehendak ada di tangan rakyat pada 14 Februari 2023. Sebab, meski pun saat ini hasil survei Anies-Muhaimin berada di urutan bontot, tetapi bisa saja masuk putaran kedua mengalahkan salah satu dari pasangan nomor urut satu atau dua.
“Karena sebagai suatu survei tentu saja masih akan banyak perubahan dalam beberapa bulan ke depan, itu akan sesuai dengan perkembangan, sesuai dengan bagaimana pasangan calon maupun partai politik yang mendukungnya,” yakin Kusnanto
Kuncinya, lanjut Kusnanto, pasangan calon yang ingin masuk ke putaran kedua wajib mengelaborasi lebih lanjut tentang gagasan dan program kerja yang lebih konkret ketika mereka memenangkan pertarungan pada bulan Februari 2024.
Advertisement