Bandung Timur dan Selatan: Destinasi Tujuan Investasi Baru

Bisnis properti erat kaitannya dengan infrastruktur dan kondisi alam. Dan wilayah Bandung Timur dan Selatan akan memiliki semuanya.

oleh Wahyu Ardiyanto diperbarui 09 Des 2016, 07:09 WIB
Diterbitkan 09 Des 2016, 07:09 WIB
20161209-Prospek properti Bandung
Bisnis properti erat kaitannya dengan infrastruktur dan kondisi alam. Itu sebab mengapa wilayah Bandung Timur dan Selatan saat ini dan juga ke depannya diproyeksikan menjadi surga baru bagi lokasi properti di wilayah barat.

Liputan6.com, Jakarta Bisnis properti sangat erat kaitannya dengan dua hal, infrastruktur dan kondisi alam. Itulah yang menjadi dasar mengapa pada akhirnya wilayah Bandung Timur dan Selatan saat ini dan juga ke depannya diproyeksikan menjadi surga baru bagi lokasi properti di wilayah barat.

Sedikit menggambarkan kondisi Bandung Timur, dengan rencana pembangunan infrastruktur yang cukup beragam dari mulai fly over Pasteur-Ujung Berung, interchange Gedebage, monorel maupun tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan.

Baca juga: Bandung: Kota dengan Potensi Properti Berinvestasi Tinggi

Itu semua memberikan bukti bagaimana ke depannya Bandung Timur akan berubah menjadi satu kawasan yang terintegrasi secara bisnis. Sementara kita semua tahu, Bandung Selatan memiliki banyak potensi alam yang masih asri. Dimana sektor pariwisata Bandung pun sebagian besar berada di wilayah Bandung selatan.

Ambil contoh misalnya Ranca Upas, Situ Cileunca, Cimanggu, Gunung Puntang, Perkebunan Teh Malabar, Ranca Walini, Situ Patenggang, Cibolang, Kawah putih, dan sebagainya.

Kedua potensi ini jelas memberikan gambaran menarik, tidak saja bagi investor pada sektor properti tapi juga bagi end user yang tertarik untuk memiliki hunian di wilayah tersebut. Alasannya, potensi keuntungan yang akan didapat pada masa kini dan mendatang memang jelas, lewat selisih harga dari unit properti yang dimiliki.

Jadi sekalipun kondisi bisnis properti selama Januari – Oktober 2016 belum terlalu banyak bergerak, namun seperti yang disampaikan Dosma Sijabat, Asisten Director ERA Bandung kepada Rumah.com, justru sektor primary di Bandung saat ini masih cukup menarik dibanding secondary market. Baik investor ataupun end user masih melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Hal senada juga disampaikan oleh Arif Heryono, Prinsiple Ray White Central Bandung (Kalipah APO), “Bandung itu unik, dimana investor yang masuk ke Bandung tidak serta merta melakukan investasi, namun mereka secara jeli melihat kemungkinan-kemungkinan yang sejatinya akan berkembang. Kemudian baru mereka memutuskan pilihan.”

Satu contoh ketika launching Summarecon Bandung yang ada di Gede Bage. Waktu itu Ray White Central Bandung diberikan ‘jatah’ menjualkan 20 unit rumah dengan kisaran harga Rp2 miliar, padahal peminatnya ada 60 orang. Alhasil 20 unit itu habis dalam waktu singkat.

Kondisi itu memang sesuai dengan pernyataan Dosma bahwa di Bandung saat ini unit properti yang masih stabil berada pada kisaran dibawah Rp2 Miliar. Sementara untuk Bandung Selatan sama halnya seperti launching Summarecon Bandung di Gede Bage.

Ketika salah satu mascot pengembang disana, Matahari Land, meluncurkan proyek perumahannya yang berlokasi di daerah Baleendah. Mereka membangun 102 unit dan sekitar 80 persen habis terjual dengan harga Rp497 juta.

Foto: Pixabay

Achmad Fachrezzy

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya