Agar Tak Terkecoh, Pahami Bahasa Brosur Properti

Brosur properti sering menggunakan bahasa marketing yang kerap sulit dimengerti bahkan bisa mengecoh. Untuk itu berikut adalah tips membaca brosur properti yang perlu Anda perhatikan.

oleh Wahyu Ardiyanto diperbarui 12 Jul 2018, 18:09 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2018, 18:09 WIB
20180712-bahasa brosur properti
Informasi yang dicari umumnya terkait perbandingan lokasi, harga, sampai dengan fasilitas yang tersedia baik di dalam area residensial atau di sekitarnya.

Liputan6.com, Jakarta Tips membaca brosur properti ini tentunya perlu diketahui bagi Anda yang akan membeli rumah ataupun apartemen. Ya, pastinya Anda yang hendak membeli hunian akan mencari informasi selengkap-lengkapnya terkait hunian yang diincar.

Informasi tersebut umumnya terkait perbandingan lokasi, harga, sampai dengan fasilitas yang tersedia baik di dalam area residensial atau di sekitarnya. Dan salah satu cara yang paling lazim dilakukan banyak orang ketika hendak berburu proyek residensial baru seperti apartemen atau perumahan adalah mencarinya melalui brosur.

Kunjungi juga review properti yang disajikan secara obyektif dan transparan sehingga Anda dapat menilai spesifikasi material hunian, rencana pembangunan infrastruktur di sekitar lokasi, hingga perbandingan harga dengan hunian lain di sekitarnya.

Media cetak atau media online memang dianggap paling praktis menjelaskan sebuah produk properti. Brosur memang tak harus dalam bentuk cetak di atas kertas tapi bisa juga dalam format digital yang disebarkan di internet. Brosur yang bagus tentu akan menarik minat yang melihatnya sehingga ujung-ujungnya tertarik untuk membelinya.


Keringanan Pembayaran Uang Muka.

Sayangnya, brosur properti sering menggunakan bahasa marketing yang kerap kali sulit dimengerti bahkan bisa mengecoh. Nah, agar Anda dapat memahami cara membaca bahasa brosur yang benar, berikut ini adalah tips membaca brosur properti yang perlu Anda perhatikan.

  1. Promo Uang Muka

Ada banyak strategi pemasaran yang ditawarkan oleh pengembang atau developer untuk membuat konsumen tertarik untuk membeli rumah atau apartemen baru. Salah satunya ialah dengan menawarkan keringanan pembayaran uang muka.

Seperti yang telah diketahui, sebelum mengajukan KPR, pembeli wajib menyerahkan DP atau uang muka yang besarannya bisa sampai 30 persen. Untuk meringankan bobot pembayaran tersebut, pengembang sering menawarkan promo uang muka mulai dari 10 persen sampai dengan promo “tanpa DP”.

Untuk memahami skema promo uang muka ini, untuk amannya Anda harus bertanya langsung dengan bagian staf marketing. Terlebih untuk promo tanpa DP. Bentuk promosi seperti ini juga terbilang jarang ditemukan dan juga memerlukan beberapa syarat tertentu.

  1. Memahami NUP

Mungkin beberapa dari Anda masih asing dengan kata NUP. yang sering dicantumkan pada headline brosur. NUP adalah Nomor Urut Pembelian. Dan lebih gamblangnya NUP adalah urutan pembelian yang didapat dari pembeli potensial dengan membayar sejumlah uang.

Biasanya, seminggu atau tiga hari menjelang peluncuran, pembeli potensial sudah mendapatkan NUP tersebut. Dan berbeda dengan booking fee, NUP biasanya bersifat refundable atau bisa dikembalikan jika batal membeli. Jumlahnya juga ringan mulai dari Rp1 juta sesuai dengan kebijakan pengembang.

Nah, nominal yang ringan ini sering menjadi iming-iming yang ditampilkan dengan ukuran font besar di bagian brosur. Seperti contoh tagline “Bayar 1 juta dapat apartemen Rp250juta.”


NUP atau Nomor Urut Pembelian.

  1. Memahami NUP

Mungkin beberapa dari Anda masih asing dengan kata NUP. yang sering dicantumkan pada headline brosur. NUP adalah Nomor Urut Pembelian. Dan lebih gamblangnya NUP adalah urutan pembelian yang didapat dari pembeli potensial dengan membayar sejumlah uang.

Biasanya, seminggu atau tiga hari menjelang peluncuran, pembeli potensial sudah mendapatkan NUP tersebut. Dan berbeda dengan booking fee, NUP biasanya bersifat refundable atau bisa dikembalikan jika batal membeli. Jumlahnya juga ringan mulai dari Rp1 juta sesuai dengan kebijakan pengembang.

Nah, nominal yang ringan ini sering menjadi iming-iming yang ditampilkan dengan ukuran font besar di bagian brosur. Seperti contoh tagline “Bayar 1 juta dapat apartemen Rp250juta.”


Jangan Terburu Nafsu

  1. Cicilan dan Harga

Banderol angka yang berkaitan dengan harga dan cicilan seringkali mengecoh calon pembeli. Hal pertama yang harus Anda waspadai adalah penulisan kata dengan akhiran "an" yang menjelaskan nominal harga.

Semisal “Apartemen strategis harga Rp200 jutaan”, atau “Cicilan perbulan hanya Rp2 jutaan.” Faktanya, apartemen tersebut bisa jadi memiliki harga Rp295 juta atau cicilan perbulannya mencapai Rp2,9 juta.

Walaupun terkesan mengecoh, Anda tidak bisa menyalahkan pengembang karena imbuhan berakhiran "an" memang bermaksud untuk menjelaskan kisaran angka yang tidak spesifik. Jadi jangan terburu nafsu dan pastikan dengan mengajukan pertanyaan. 

Itulah sekilas tips membaca brosur properti. Klik di sini untuk informasi selengkapnya, hanya di Rumah.com. Manfaatkan juga jasa agen properti profesional yang dapat membantu transaksi pembelian properti Anda.

Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya