Koki di Yogyakarta Rawan Dibajak

Karena kebanyakan lulusan sekolah pariwisata di Yogyakarta memilih bekerja di kota pariwisata Bali atau kapal pesiar.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 28 Jun 2016, 20:40 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2016, 20:40 WIB
Koki, Yogyakarta
Koki di Yogyakarta Rawan Dibajak

Liputan6.com, Yogyakarta - Kebutuhan koki alias executive chef di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tinggi seiring dengan menjamurnya hotel. Namun hal itu tidak diikuti dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang mau bekerja di Yogya.

Karena kebanyakan lulusan sekolah pariwisata di Kota Gudeg memilih bekerja di kota pariwisata Bali atau kapal pesiar. Akibatnya hotel-hotel ini pun harus rebutan koki.

"Akibatnya chef yang sudah bekerja di satu hotel jadi sasaran hotel lainnya di Yogya," ujar Ketua Indonesia Chef Association (ICA) DIY Made Witara di Yogyakarta, Selasa (28/6/2016).

Kebanyakan yang mengalami pembajakan adalah chef di level menengah yang jumlahnya ratusan. Sedangkan chef executive di hotel berbintang di Yogya hanya berjumlah 95 orang.

Made menilai wajar apabila pembajakan tinggi karena sumber daya manusianya minim. Rata-rata dalam setahun seorang chef bisa berpindah tempat kerja 2 sampai 3 kali. Padahal, kata Made, idealnya seorang chef pindah kerja dua tahun sekali.

"Setahun pertama untuk belajar dan tahun kedua memberi kontribusi ke tempat kerja," ucap dia.

Made menilai, keluar masuknya koki yang begitu cepat dari hotel ke hotel bisa berdampak pada mental chef karbitan.

Untuk mengatasi hal tersebut, tutur dia, hotel memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan skill dan manajerial sehingga chef tidak menjelek-jelekkan tempat kerja yang lama.

"Semua tempat kerja memberikan kontribusi," ucap Made.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya