Liputan6.com, Jakarta Kira-kira lima menit dari taman wisata sawah berundak di Ceking, Tegalalang, di sebelah kanan jalan terdapat Bali Pulina. Ini adalah kebun agrowisata kopi dan cokelat khas Bali. Bali Pulina terletak di Desa Banjar Pujung Kelod, Tegalalang, Gianyar, Bali—atau kira-kira 8 kilometer dari Ubud.
Di sana, pengunjung disuguhi proses pembuatan kopi luak dalam suasana alami khas pedesaan. Begitu masuk, pengunjung akan melihat ada pohon kopi dan pohon buah cokelat yang berwarna hijau dan cokelat kemerahan tengah menggantung.
Ada juga beberapa tanaman lain yang diberi papan nama seperti yang biasanya kita jumpai di Kebun Raya Bogor. Di antaranya ada tanaman kembang sepatu dan putri malu.
Advertisement
Pengunjung tempat itu tidak dikenai biaya masuk. Begitu datang, ada pemandu yang menunjukkan arah sekaligus menjelaskan cara pembuatan kopi luak secara tradisional. Mulai dari proses dimakannya biji kopi oleh luwak (penghasil kopi luak), penjemuran yang memakan waktu hingga tiga hari, pemasakan, hingga penumbukan biji kopi menjadi butiran-butiran halus siap saji.
Yang istimewa, ada sebuah dapur kecil dengan seorang nenek sedang menyangrai biji kopi dengan api dari kayu bakar. Di sampingnya ada alat penumbuk kopi dan penyaring. Hal itu menjadi pengetahuan baru, terutama bagi turis-turis asing yang datang berkunjung.
Buktinya, mereka antusias bertanya mengenai proses pemasakan biji kopi. Bahkan, ada pula yang mencoba menumbuk biji kopi hingga menjadi butiran halus.
Setelah mendapat penjelasan mengenai proses pembuatan secangkir kopi, pengunjung dipersilakan turun ke area warung. Ini adalah sebuah tempat lapang di mana pengunjung bisa minum kopi sambil menikmati pemandangan alam yang indah.
Pemandangan persawahan khas Bali tengah menghampar. Sejauh mata memandang hanya warna hijau pepohonan yang bersatu dengan birunya langit dan putihnya awan. Sangat bagus sekali untuk berfoto di sini.
Pelayan menyajikan bermacam-macam minuman untuk dinikmati. Ada tujuh cangkir keramik kecil (sloki) dalam sebuah wadah cembung yang panjang sebagai tatakan. Cangkir-cangkir itu berisi beberapa macam teh, cokelat, kopi ginseng, kopi cokelat, kopi vanilla, dan kopi Bali.
Kopi luak tidak termasuk dalam tester. Untuk mencicipi kopi luak dalam cangkir berukuran normal, setiap pengunjung harus membayar Rp 50.000. Namun, minuman lainnya gratis.
Ada pula kudapan keripik sebagai teman minum kopi. Namun jika ingin menikmati camilan pisang goreng, Anda harus membayar lagi Rp 40.000.
Di tengah alam indah dan menawan, minum kopi tentu jadi lebih asyik. Seusai minum kopi, pengunjung bisa berswafoto (selfie). Ada beberapa titik yang disediakan. Di seberang, ada sawah berundak yang indahnya mirip dengan sawah di Ceking. Ada juga pohon nyiur melambai. Suasananya secara keseluruhan menyenangkan, tapi kurang "wah". Apalagi di siang hari sangat panas dan sinar matahari menyebabkan foto menjadi buram.
Sementara untuk anak-anak, ada arena untuk bermain angklung, tapi sayang kurang terawat. Maka itu, hiburan satu-satunya di sini adalah mengambil foto dari segala sudut. Andalannya adalah sebuah panggung kayu —disebut Kembang Kopi Stage— yang terbuat dari kayu yang dipancangkan ke lembah.
Panggung ini cukup luas, lancip, dan luas seperti dek perahu. Dari panggung ini, pengunjung bisa puas menoleh ke bawah lembah atau seberang sawah dan bukit yang hijau.
Jika Anda ke Bali Pulina, pastikan perut Anda sudah kenyang. Sebab jika meminum kopi sebelum makan, niscaya kenikmatannya akan berkurang. Apalagi Bali Pulina hanya menyediakan camilan kecil dan tidak ada menu untuk makan besar.
Â