Liputan6.com, Makassar - "Jalang-jalangki di Pantai Losari. Jangki lupa singgah makang pisang epe. Gulana manis pake duriang enakna mamo biking lupa utanga..." selarik lagu daerah Bugis-Makassar yang dibawakan Anci Laricci berjudul "Pantai Losari" ini bakal membuktikan.
Bagi yang punya pinjaman berupa utang-piutang diyakini akan lupa utang jika sudah jalan-jalan dan mencicipi pisang epe atau pisang gepeng di sepanjang Pantai Losari, Kecamatan Ujungpandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Berkunjung ke Pantai Losari di Jalan Penghibur, tanpa menikmati pisang epe di kota Daeng seakan tidak lengkap menanti momen terbenamnya matahari (sunset) di ufuk barat kota Makassar.
Baca Juga
Pedagang kaki lima pisang epe Daeng Rahman mengatakan, bahan baku pisang epe dibuat dari pisang setengah matang (mengkal). Kemudian pisang itu dipanggang hingga matang.
"Setelah dipanggang pisangnya ditekan-tekan sampai gepeng menggunakan alat yang orang Makassar sebut pangngepena untia. Karena menekan sesuatu hingga gepeng itu kita sebut niepeki, maka lazimlah pisang gepeng itu sama dengan pisang epe," ucap Daeng Rahman kepada Liputan6.com, Minggu, 13 November 2016.
Advertisement
Seiring berjalannya waktu, lanjut Daeng Rahman, pisang epe terus mengalami inovasi penyajian. Termasuk kepada pelanggannya yang datang ke gerobaknya di Jalan Penghibur.
"Awalnya memang pisang epe hanya disiram dengan kuah gula aren ditambah buah durian. Tapi, seiring waktu berbagai macam rasa pisang epe mulai bermunculan seperti cokelat keju," Daeng Rahman menerangkan.
Menyoal sugesti makan pisang epe dengan kuah durian bikin lupa utang, Daeng Rahman mengaku hal itu hanya lagu dari Anci Laricci.
"Soalnya siapa saja yang punya utang banyak, pasti tidur dan makannya tidak enak karena jadi pikiran dan siri-sirikki (malu)," ujar Daeng Rahman.
Sementara untuk seporsi pisang epe di Pantai Losari, Makassar, umumnya pedagang pisang epe membanderolnya seharga Rp 15.000 hingga Rp 25.000.