Macan Tutul Merapi Masih Berkeliaran di Gunung Merapi

Tujuh kamera jebakan terpasang, tapi sosok macan tutul Merapi tetap tak terekam.

oleh Yanuar H diperbarui 01 Mar 2017, 17:02 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2017, 17:02 WIB
Gunung Merapi
Sejak 2010, pengunjung Merapi bisa menjelajah gunung itu dengan menggunakan jeep. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Balai Taman Nasional Gunung Merapi bertugas menjaga ekosistem yang ada di Gunung Merapi terjaga, baik satwa maupun floranya. Salah satunya adalah macan tutul Merapi yang kini langka.

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Balai TNGM, Iskandar mengatakan hewan karnivora itu diyakini masih ada di kawasan Merapi. Keyakinan itu muncul saat petugas BTNGM dan warga menjumpai langsung hewan bernama latin Panthera pardus Melas itu.

Namun, petugas yang bertemu macan endemik Merapi itu tak membawa kamera sehingga tidak terdokumentasi dengan baik. "Perjumpaan langsung pernah sekali tahun 2015 lalu oleh petugas BTNGM di sisi antara Klaten dan Boyolali. Tetapi sayang, saat itu tidak sempat difoto," ujar dia saat ditemui di kantor BTNGM, Senin, 27 Februari 2017.

Iskandar menjelaskan setelah perjumpaan itu, BTNGM memasang alat kamera jebakan untuk memotret binatang langka di Merapi. "Kami pasang tujuh, jadi selama setahun terakhir ada empat kali kita lakukan kegiatan. Belum dapat. Mungkin penempatannya ya," kata dia.

Meski begitu, ia meyakini macan Merapi masih hidup di Taman Nasional Gunung Merapi. Para petugas sering mendapat tanda-tanda keberadaan hewan tersebut, seperti cakar di pohon dan jejak kaki di tanah.

"Teman-teman satwa punya bukti ada macan tutul Merapi. Kita hanya komunikasi personal saja, dan kita belum melihat datanya, tetapi mereka bilang masih ada dan harus terus dicari untuk perlindungan habitat," kata Iskandar.

Ia mengaku khawatir dengan populasi binatang langka itu. Menurut Iskandar, kepunahan flora dan fauna di Merapi utamanya berpangkal pada ulah manusia. Khususnya, para pemburu liar yang makin marak di kawasan konservasi.

"Masalah utama adalah manusia. Mengurangi populasi itu. Kerusakan habitat sudah sangat besar. Sekarang tren perburuan. Kalau di dalam kawasan kita bisa tangani, kalau di luar kan teman-teman penegak hukum ya harusnya," ucap dia.

Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan TNGM, Putu Dhian menambahkan, pihaknya kembali memantau keberadaan Macan Tutul Merapi pada tahun ini. Pemantauan itu tidak bergantung pada ada tidaknya anggaran.

"Beberapa bulan sekali, kami tetap akan memasang camera trap di beberapa lokasi yang dicurigai tempat aktivitas macan tutul. Tahun ini kita tetap akan pasang," kata Putu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya